Ternyata Indonesia dari 1956 Ada BUMN Namanya PT Iglas, Ingin Ditutup Erick Thohir, Dirutnya Korupsi
Ternyata Indonesia Punya BUMN Namanya PT Iglas, Ingin Ditutup Erick Thohir, Dirutnya Korupsi
Ini karena perusahaan asal Amerika Serikat ini mulai beralih menggunakan kemasan botol platik.
Aset PT Iglas saat ini berada di bawah pengelolaan PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) atau PPA.
Sepinya order membuat perusahaan terus mengalami keterpurukan dan pabriknya sudah tak lagi berproduksi sejak pada tahun 2015.
Merujuk laporan PPA, pada tahun 2008 aset PT Iglas hanya Rp 188,69 miliar, sementara utangnya mencapai Rp 318,99 miliar.
Perusahaan mencatatkan rugi sebesar Rp 86,26 miliar.
Kemudian di tahun 2017, asetnya susut menjadi Rp 119,87 miliar, beban utang Rp 1,09 triliun, ekuitas minus Rp 977,46 miliar, pendapatan Rp 824 juta, dan rugi bersih Rp 55,45 miliar.
Karena pabriknya berhenti beroperasi, Iglas melakukan PHK kepada para karyawannya.
Bahkan, aset PT Iglas berupa lahan eks pabrik di Jalan Ngagel bersengketa denganm Pemkot Surabaya.
Sebelumnya, Erick berencana melikuidasi PT Iglas agar tak semakin membebani perusahaan.
"Ya kalau likuidasi contoh perusahaannya seperti Iglas terus gimana? Masa mati segan hidup tak mau?" tegas Erick.
Erick pun tengah menunggu Peraturan Presiden (PP) mengenai perluasan hak Kementerian BUMN agar juga bisa memerger atau pun melikuidasi perusahaan-perusahaan dengan kinerja yang kurang mentereng.
"Nanti kami menunggu PP yg bisa membuat peran kementerian BUMN lebih besar yaitu dengan merger ya kan atau likuidasi supaya kita bisa lebih efisien," ucap Erick.
Dia mengaku harus bersikap tegas dengan tidak membiarkan BUMN yang terus merugi dibiarkan.
"Semua serba segan? ya enggak. Itu enggak sehatlah ngapain kita membohongi diri sendiri kepada sesuatu yang bukan ahlinya. Bahkan itu hanya kamuflase perusahaannya," ujar Erick.
"Pemimpin terbaik yang bisa membuat keputusan tepat. Termasuk tadi perusahan-perusahaan BUMN yang sudah tidak jelas bentuknya. Pegawai tidak gajian itu sama aja kejam loh. Apa kita mau menjadi pemimpin seperti itu? kan enggak mau," jelas dia.