Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Presiden Soeharto

Dokter Ungkap Perjuangan Presiden Soeharto Lawan Stroke, Alasan Tak Mau Dirawat di Rumah Sakit

Kisah Presiden Soeharto saat berjuang melawan penyakit Stroke di usia senja. Momen tersebut memberikan kesan tersendiri bagi menorehkan pengalaman t

Editor: Rasni
Tribunnews
Dokter Ungkap Perjuangan Presiden Soeharto Lawan Stroke, Alasan Tak Mau Dirawat di Rumah Sakit 

TRIBUN-TIMUR.COM - Dokter Ungkap Perjuangan Presiden Soeharto Lawan Penyakit Stroke, alasan Tak Mau Dirawat di rumah sakit

Kisah Presiden Soeharto saat berjuang melawan penyakit stroke di usia senja.

Momen tersebut memberikan kesan tersendiri bagi menorehkan pengalaman tersendiri bagi dokter yang menanganinya. 

Cerita ini datang dari Satyanegara, dokter ahli bedah saraf yang juga anggota Tim Dokter Kepresidenan. 

Melansir dari buku berjudul "Pak Harto, The Untold Stories" terbitan Gramedia Pustaka Utama (2011), Satyanegara mengaku merasa kagum dengan perjuangan Soeharto melawan stroke.

Nurfandi Bangga Dapatkan Fasilitas Rehabilitasi Sosial di BRSPDF Wirajaya

Bupati Indah Putri: Desa Sukadamai Jadi Contoh Harmoni Indonesia

Pertamina Jamin Pasokan BBM dan LPG Aman Saat Natal dan Tahun Baru

Bagi Satya, Soeharto dikenal sebagai orang yang sangat disiplin.

"Ketika Pak Harto terkena stroke, setiap hari saya menyaksikan beliau berusaha mengatasinya dengan keuletan dan disiplin yang tinggi," tutur Satya

Soeharto terus berusaha sekuat tenaga untuk kembali menggerakkan tangannya secara normal.

"Pak Harto berusaha sekuatnya untuk segera bisa lagi menorehkan tanda tangannya, seutuh dan setegas saat ia belum stroke," tulis Satya.

Soeharto
Soeharto (Kolase Grid.id)

Selama menjalani perawatan pada usia senja, Soeharto juga dikenang Satya sebagai pasien yang istimewa.

Soeharto dinilai mampu mengimbangi berbagai bentuk tindakan medis.

"Seberapa pun berat dan menyakitkan, dengan kontrol diri dan mental yang hebat," kenang Satya.

"Di usianya yang 80-an tahun, kekuatan fisik Pak Harto bagaikan mobil berkekuatan empat mesin turbo," tutur mantan Direktur Utama Rumah Sakit Pusat Pertamina pada 1979-1998.

Namun, keluarga atau Tim Dokter Kepresidenan juga mengaku kesulitan untuk membujuk Soeharto agar dirawat di rumah sakit.

Soeharto kerap menolak, kecuali sangat terpaksa.

"Pak Harto tidak ingin merepotkan karena setiap kali semua kerabat yang datang menjenguk beliau akan disorot kamera media massa dan diberitakan. Pak Harto merasa jauh lebih tenang di rumah," ujar Satya.

VIDEO: Inilah Fakta-Fakta Anggota Densus 88 Ditikam Terduga Teroris

26 Korban Keracunan Makanan di Pangkep Sudah Membaik dan Pulang

Asnawi Mangkualam Kalah dari Tood Ferre, Pemain Muda Terbaik Liga 1 2019

Mulai saat itulah kesehatan Soeharto terus menurun dan akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada 27 Januari 2008 pukul 13.10 WIB, di Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta.

Mungkin tak banyak yang tahu bagaimana detik-detik Soeharto wafat

Putri sulung Soeharto, Siti Hardiyanti Rukmana atau yang biasa disapa Mbak Tutut mengungkap detik-detik presiden yang berkuasa selama 32 tahun itu mengembuskan nafas terakhir.

Dalam tulisan yang diunggah website pribadinya, Mbak Tutut bercerita mulai dua hari sebelum ayahnya wafat.

"Malam itu, tanggal 25 Januari 2008, bapak menghendaki dhahar (makan) Pizza. Kami mencari… Titiek dan Mamiek sibuk minta batuan temannya untuk mencarikan pizza sampai dapat," tulis mbak Tutut di awal tulisannya.

Soeharto, Bu Tien, Mbak Tutut
Soeharto, Bu Tien, Mbak Tutut (Instagram tututsoeharto)

Beruntung saat itu masih ada yang buka.

Setelah itu Soeharto meminta anak-anaknya untuk berkumpul makan pizza bersama.

Bukan tanpa sebab Soeharto meminta pizza. Ternyata pizza itu sebagai simbol perayaan ulang tahun putra-putrinya.

"Tiba-tiba bapak menyanyikan lagu “Panjang Umurnya”. Rupanya bapak ingat, bahwa pada bulan Januari ada anaknya yang ulang tahun, yaitu saya, pada tanggal 23 Januari. Kami menemani bapak makan Pizza. Bapak dhahar satu potong pizza dengan lahap," tulis Tutut.

Momen kebersamaan Soeharto dan anak-anaknya itu diabadikan melalui kamera di ponsel Titiek.

"Kami tidak pernah mengira, bahwa itu foto kami berenam terakhir dengan bapak. Bila malam itu Titiek tidak membawa HP-nya, mungkin kami tidak punya kenangan terakhir dengan bapak yang dapat kami abadikan".

VIDEO: Inilah Rahasia Tubuh Berotot Mark Wahlberg Meski Sudah Berusia 48 Tahun

Usai Lawan Persib, Tim PSM Makassar Langsung Diliburkan

Bupati Luwu Timur Minta Dinas Sosial Data Warga Kurang Mampu

Setelah itu, Soeharto pamit untuk sholat Tahajud yang memang rutin dilakukan selama ini.

Tak seperti biasa, Soeharto meminta tempat tidurnya diputar menghadap kiblat.

"Ada salah satu dokter menyampaikan kepada bapak, “Kalau sedang sakit, boleh tidak menghadap kiblat bapak.”

Bapak menjawab pelan tapi tegas: “Saya mau menghadap kiblat.”

Akhirnya, kami ikuti keinginan bapak. Suweden, salah seorang yang selalu setia menemani bapak, dibantu Sigit memutar tempat tidur menghadap kiblat. Dan bapak melakukan ibadah sholat tahajud. Subhannalloh".

Kesokan harinya (satu hari sebelum beliau wafat), tim dokter seperti biasanya, memeriksa kesehatan bapak. Selesai diperiksa, bapak memanggil saya.

Saat itulah Soeharto memberikan wasiat terakhir untuk Tutut.

“Kamu dengarkan wuk. Kamu anak bapak yang paling besar, sepeninggal bapak nanti, tetap jaga kerukunan kamu dengan adik-adikmu, cucu-cucu bapak dan saudara-saudara semua. Kerukunan itu akan membawa ketenangan dalam hubungan persaudaraan, dan akan memperkuat kehidupan keluarga. Selain itu Allah menyukai kerukunan. Ingat pesan bapak…, tetap sabar, dan jangan dendam. Allah tidak sare (tidur),” bapak memberi nasehat dengan lirih".

Mendengar hal itu Mbak Tutut tak kuasa menahan air matanya.

Dia mencoba menenangkan ayahnya untuk tidak membicarakan hal itu.

Setelah itu, Soeharto kembali berpesan padanya.

“Jangan sedih, semua manusia pasti akan kembali kepada-Nya. Tinggal waktunya berbeda. Bapak tidak akan hidup selamanya. Kamu harus ikhlas, Insya Allah kita akan bertemu suatu saat nanti, di alam lain. Dekatlah, dan bersenderlah (bersandar) selalu kalian semua hanya kepada ALLAH. Karena hanya Dia yang pasti bisa membawa kita ke sorga. Doakan bapak dan ibumu”

“Bapak bangga pada kalian semua anak-anak bapak. Selama ini menemani bapak terus. Bapak menyayangi kalian semua, tapi bapak harus kembali menghadap ILLAHI,” bapak berhenti sebentar terlihat capek, tapi saya tidak berani memotongnya, lalu bapak meneruskan lagi bicaranya".

“Teruskan apa yang sudah bapak lakukan, membantu masyarakat yang membutuhkan uluran tangan kita. Jaga baik-baik yayasan yang bapak bentuk. Manfaatkan sebanyak-banyaknya untuk membantu masyarakat,” berhenti sejenak. “Jangan kalian pakai untuk keperluan keluarga.”

Lengkap! Daftar Harga Kamar dan Meeting Room di Hotel Santika Makassar

IKA SMPN 3 Makassar Gelar Mubes Pilih Ketua IKA Pertama

Leadership Basic Trainning PII Sulsel, Bekali Millenials Makassar Jadi Pemimpin Berkeadaban

Setelah itu Soeharto pamit untuk istirahat.

Tutut lalu memeluk erat dan mencium tangan Soeharto lalu membetulkan selimutnya.

Sore harinya, kondisi Soeharto drop hingga malam.

Sampai pagi akhirnya Soeharto tertidur dengan tenang.

"Subuh saya dan Mamiek mencoba tidur sebentar. Namun baru sekejap kami tidur sudah dibangunkan suster bahwa bapak kritis.

Kami berdua ke kamar bapak. Bapak, ditemani Sigit, nampak tertidur dengan tenang tapi sudah tidak membuka mata. Kami putuskan memanggil semua keluarga.

Sesampainya semua di rumah sakit, satu persatu saya minta semua cium tangan bapak, sambil saya dan adik-adik membimbing bapak, membisikkan di telinga bapak, untuk istighfar dan bertasbih.

Salah seorang dari perawat bapak, ikut membisikkan terus khalam ILLAHI, sampai terhenti nafas bapak.

Bapak tampak tenang sekali, tidak sedikitpun raut kesakitan di wajah bapak. Saya rasa semua keluarga, sudah hadir semua, bapak semakin tenang helaan nafasnya, hanya tidak membuka mata.

Kami berdoa semoga keajaiban terjadi, sehingga bapak diberi kesehatan.

CEK Sekarang! Ini Daftar Hari Libur Tanggal Merah dan Cuti Bersama Tahun 2020

Saat menjelang siang, datang adik bapak, ibu Bries Soehardjo, yang baru saja menjalani operasi by passjantung di Singapore, dan bu Bries tidak pernah diberi tahu bahwa bapak dalam keadaan kritis.

Kami ajak masuk ke bapak, kami bisikkan, bahwa bu Bries sudah datang. Rupanya bapak menunggu semua keluarga berkumpul.

Siang itu jam 13.10 , 27 Januari 2008, bertepatan dengan tanggal 18 Muharram dalam kalender hijriyah, bapak kami tercinta kembali menghadap Sang Pencipta, sesuai keinginan bapak, dan takdir Illahi.

Saya tidak pernah mengira, bahwa kemarin adalah, petuah terakhir yang bapak berikan pada saya. Sesungguhnya apa yang Allah kehendaki, itulah yang akan terjadi. Tidak ada daya dan kekuatan melainkan dengan kehendak-NYA" tulis Tutut.

Jenazah Soeharto dimakamkan di Astana Giribangun, Solo.

32 tahun memimpin Indonesia, tentu banyak kenangan yang diingat oleh orang-orang terdekat Soeharto.

Dilansir dari Intisari, berikut sosok Soeharto di mata 3 wanita terdekatnya

1. Jenny Rachman

Jenny Rachman yang telah mengenal Soeharto selama 15 tahun, mengaku terkenang akan senyumnya.

“Senyum itu terasa damai,” ucap Jenny saat ditemui usai mengikuti pemakanan di Astana Giribangun.

Setiap bertemu Soeharto di Jalan Cendana, Jenny kerap dipegang pundaknya. “Ya, cuma begitu saja. Bapak tersenyum dan tak banyak berkata-kata.”

Di matanya, Soeharto dianggap sebagai pria yang amat sayang terhadap keluarganya.

2. Titiek Puspa

Penyanyi senior Titiek Puspa mengaku “lega” Soeharto bisa pergi dengan tenang.

“Alhamdulillah, Bapak sudah dilepaskan dari derita sakit. Melihat Bapak keluar masuk rumah sakit, saya merasa seperti di sayat-sayat. Bagi saya, Bapak sudah berbuat banyak dan terbaik untuk bangsa dan negara,” ujarnya.

Pencipta lagu Bapak Kami Soeharto ini, telah dianggap Pak Harto sebagai anaknya sendiri.

“Pernah suatu kali saya datang ke kediamannya. Saat Mbak Tutut mengabarkan kedatangan saya, beliau senang sekali,” kenang Titik.

3. Waljinah

Waljinah melayat Soeharto bersama suami dan kedua kerabatnya usai salat Subuh.

“Pukul lima saya berangkat. Dan sekarang saya mengkis-mengkis menapaki anak tangga. Beberapa kali berhenti. Ini bentuk penghormatan saya yang terakhir buat Pak Harto,” tutur Waljinah.

Waljinah mengaku merasa beruntung karena Soeharto memperhatikan kesenian tradisional dan musik keroncong.

“Setiap kali diundang ke istana, Bapak selalu minta saya menyanyikan lagu Walang Kekek dan Putri Solo buat lbu Tien. Saya terkesan bisa menyanyi di depan beliau bersama tamu negara lain. Misalnya saat dengan Kepala Negara Kuwait.”

Meskipun Soeharto berhak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, namun sebelum meninggal ia sudah berpesan dimakamkan di Astana Giri Bangun.

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Perjuangan Soeharto Melawan Stroke Bikin Kagum Dokter Kepresidenan, Tak Mau Dirawat di Rumah Sakit, https://surabaya.tribunnews.com/2019/12/22/perjuangan-soeharto-melawan-stroke-bikin-kagum-dokter-kepresidenan-tak-mau-dirawat-di-rumah-sakit?page=all.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved