Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Membangkitkan Ruh dan Jiwa Seorang Guru

Hidup tidak bisa lepas dari pendidikan. Karena manusia diciptakan bukan sekedar untuk hidup. Ada tujuan yang lebih mulia dari sekedar hidup

Editor: syakin
DOK
Muhammad Akbar SPd, Penulis Buku Teacher/Pendiri Madani Institute/CEO Mujahid Dakwah Media 

Adab yang pertama, sayang kepada para murid serta menganggap mereka seperti anak sendiri. Sebab seorang guru adalah Ayah yang sejati bagi murid-muridnya. Ini didasarkan pada sabda Rasulullah.

“Sesungguhnya posisiku terhadap kalian, laksana seorang Ayah terhadap anak anaknya.” (HR. Abu Dawud)

Menurut Imam Ghazali, jika seorang Ayah menjadi sebab atas keberadaan anak-anaknya pada kehidupan dunia yang fana ini, maka seorang guru justru menjadi sebab bagi bekal kehidupan murid-muridnya yang kekal di akhirat nanti. Dengan demikian, menjadi wajar apabila seorang murid tidak dibenarkan untuk membeda-bedakan antara hak guru dan hak kedua orang tuanya.

Adab yang kedua, meneladani Rasulullah dalam setiap konsep pengajarannya.

Adab yang ketiga, memberikan nasihat mengenai apa saja demi kepentingan masa depan murid-muridnya. Contoh, melarang mereka mencari kedudukan sebelum mereka layak untuk mendapatkannya. Juga melarang mereka menekuni ilmu yang tersembunyi (batin), sebelum menyempurnakan ilmu yang nyata (zahir).

Adab yang keempat, memberi nasihat kepada para murid dengan tulus, serta mencegah mereka dari akhlak yang tercela. Dalam hal ini tidak boleh dilakukan dengan cara-cara yang kasar, melainkan harus diupayakan menggunakan cara yang sangat bijak. Sebab, cara yang kasar justru dapat merusak esensi pencapaian.

Idealnya, sang pendidik harus terlebih dahulu berlaku lurus, setelah itu ia menuntun para murid untuk berlaku lurus pula. Kalau prinsip ini dilanggar, maka nasihat yang disampaikan menjadi tidak berguna. Sebab, memberikan keteladanan dengan bahasa sikap, keteladana itu jauh lebih efektif daripada menggunakan kalimat atau nasihat secara lisan.

Senada dengan hal di atas, K.H. Hasyim Asy’ari dalam kitab Adab al-`Alim wa al-Muta`allim juga menyatakan, “Sesungguhnya mengajarkan ilmu adalah perkara yang paling penting menurut agama dan derajat orang mukmin yang paling tinggi…”.

Tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan, menyucikan, serta membawa hati manusia untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah. Hal tersebut karena tujuan pendidikan yang utama adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

KH Hasyim Asy’ari memaparkan bahwa adab dan etika guru di antaranya adalah menyucikan diri dari hadas dan kotoran, berpakaian yang sopan dan rapi dan usahakan berbau wangi, berniat beribadah ketika dalam mengajarkan ilmu kepada anak didik; sampaikan hal-hal yang diajarkan oleh Allah, biasakan membaca untuk menambah ilmu pengetahuan, berilah salam ketika masuk ke dalam kelas; sebelum mengajar mulailah terlebih dahulu dengan berdoa untuk para ahli ilmu yang telah lama meninggalkan kita, berpenampilan yang kalem dan jauhi hal-hal yang tidak pantas dipandang mata, menjauhkan diri dari bergurau dan banyak tertawa, jangan sekali-kali mengajar dalam kondisi lapar, marah, mengantuk dan sebagainya.

Selain itu, beliau juga menganjurkan hal yang tak kalah penting berkaitan dengan proses belajar mengajar beberapa di antaranya ialah selalu melakukan introspeksi diri, mempergunakan metode yang mudah dipahami bagi peserta didik, membangkitkan antusias peserta didik dengan memotivasinya, memberikan latihan-latihan yang bersifat membantu, dan lain sebagainya.

Olehnya itu, membangkitan ruh dan jiwa seorang guru adalah tugas yang paling utama. Sang guru yang dihiasi dengan adab dan akhlak mulia akan melahirkan generasi yang beradab. Sebab akar dan ruh dalam proses pendidikan ini adalah lahirnya generasi beradab dan berakhlak mulia.(*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved