Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Meretas Jalan Menghadapi Resesi Ekonomi 2020

Bahkan orang sukses dan terkaya di dunia pun pernah mangalami keterpurukan, lalu bangkit menuju puncak kejayaan. Organisasi mengalami fluktuatif

Editor: syakin
zoom-inlihat foto Meretas Jalan Menghadapi Resesi Ekonomi 2020
DOK
Syamsu Alam, Ketua Masika ICMI Kota Makassar/ Dosen FE UNM.

Oleh: Syamsu Alam
Ketua Masika ICMI Kota Makassar/ Dosen FE UNM.

DALAM kehidupan sehari-hari, setiap individu, organisasi atau negara pernah mengalami pasang surut. Setiap individu pernah bahagia, khawatir, murung, dan sedih.

Bahkan orang sukses dan terkaya di dunia pun pernah mangalami keterpurukan, lalu bangkit menuju puncak kejayaan. Organisasi mengalami fluktuatif. Demikianlah hidup, seperti roda kehidupan.

Berada di titik terendah atau pun berada di puncak, adalah pertanda bahwa ada gerak, ada kehidupan yang dinamis dan bukti ada perubahan.

Lalu, bagaimana dengan kondisi ekonomi kita, Indonesia? Akhir-akhir ini diprediksi akan terkena imbas pelemahan ekonomi global.
Efek perang dagang, Brexit di Eropa, Krisis Timur Tengah hingga Hongkong, yang sudah tentu berdampak secara langsung atau tidak langsung pada perkeonomian kita.

Ada pula yang melihatnya dari sisi domestik, bahwa fundamental ekonomi kita sebenarnya tidak begitu tahan menghadapi guncangan eksternal. Namun kilah pemerintah tetap optimis menghadapi situasi tersebut. Faktor manakah yang dominan dan bagaimana meretas jalan menghadapi resesi?

Data: Fact or Fallacy

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2019 sebesar 5,02% secara tahunan. Angka ini sebenarnya melambat dibanding kuartal sebelumnya sebesar 5,05% maupun periode yang sama tahun lalu sebesar 5,17%.

Perlambatan ini relatih lebih baik jika dibandingkan dengan India yang mengalami penurunan -3,0 % dan Hongkong -2,1%. Namun tidak lebih baik dari Malaysia dan Thailand. Meski melambat, sejumlah ekonom asing meragukan data yang dilansir BPS. Menurut mereka, perekonomian Indonesia seharusnya tumbuh lebih lambat dari data BPS.

Gareth Leather (Ekonomi Capital Economics, London) meragukan data yang dilansir BPS. Ia menyebut, indikator bulanan menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia telah melambat tajam selama setahun terakhir. “Kami tak memiliki kepercayaan pada angka PDB resmi Indonesia, yang telah stabil selama beberapa tahun terakhir,"

Ekonomi Natixis Hongkong juga mengemukakan hal serupa, "Saya tidak tahu bagaimana ekonomi dapat tumbuh pada tingkat yang sama untuk waktu yang lama dan ini dimiliki Indonesia. Padahal pengeluaran pemerintah lemah dan investasi melambat, neraca impor juga mengalami tekanan. (Trinh Nguyen, 2019).

Pemerintah mengakui perlambatan ekonomi, Namun, tertolong oleh konsumsi rumah tangga yang masih kuat. Sementara komponen lain, sesuai rilis BPS, sebenarnya mencatatkan perlambatan pertumbuhan yang cukup dalam.

Misalnya Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi pada kuartal III 2019 hanya tumbuh 4,21% dibanding periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan kuartal III 2018 sebesar 6,96%. Pelemahan investasi ini menjadi pertanda nyata bahwa ekonomi memang lesu

Meskipun kontribusi konsumsi rumah tangga menyumbang 56,52% dari pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada periode yang sama, Namun sektor ini diprediksi akan mengalami koreksi.

Penurunan konsumsi barang durable (barang tahan lama) memgalami penurunan, meskipun nilainya masih di atas 100. Potensi penurunan konsumsi juga terlihat dari setoran Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Halaman
12
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved