Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

RS Siloam Makassar

Tim Siloam Makassar Sukses Operasi Bedah Saraf Pertama di Indonesia Timur

Adapun tim dokter yang terlibat seluruhnya berasal dari RS Siloam Makassar yang beralamatkan di Jl, Metro Tj Bunga.

Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Ansar
desi triana aswan/tribun-timur.com
Dokter bedah saraf RS Siloam Makassar, Dr dr Willy Adhimarta SpBS (ujung kiri) dan Ancillary Service and Medical Affair Head Division Rumah Sakit Siloam , dr Johanes Setiawan (ujung kanan) 

TRIBUN-TIMUR.COM- Tim Bedah Saraf RS Siloam Makassar berhasil menjalankan operasi bedah saraf kepada anak berusia 7 tahun yang menderita penyakit Distonia, Sabtu (23/11/2019).

Diketahui operasi bedah saraf ini pertama kalinya di lakukan di Indonesia Timur.

Adapun tim dokter yang terlibat seluruhnya berasal dari RS Siloam Makassar yang beralamatkan di Jl, Metro Tj Bunga.

Mereka adalah dokter spesialis saraf, Dr dr Willy Adhimarta SpBS, dr Angela SpS, dokter anastesi, dr Charles SpAn KMN, dr Dahyanti SpAn KIC, dan radiologi, dr Sofie SpRad, dr Andarias SpRad.

Kepada Tribun Timur, Dr dr Willy Adhimarta SpBS selaku dokter yang menangani operasi itu menjelaskan keberhasilan operasi tersebut menjadi harapan baru bagi para pengidap distonia, parkinson, atau kelainan motorik lainnya.

"Kami menyebut jenis operasi ini dengan Streotactic surgery, dimana tujuannya adalah memberikan terapi pada jaringan otak yang dianggap berlebihan," tuturnya saat dijumpai diruangannya, Sabtu (23/11/2019).

Dalam waktu satu jam saja, operasi tersebut berjalan dengan baik tanpa satupun kendala.

"Ini bisa menjadi alternatif baru bagi para penderita kelainan motorik untuk dapat sembuh dan beraktifitas normal seperti biasa," jelasnya.

Operasi ini dilaksanakan menggunakan satu teknologi yang didatangkan dari Jakarta.

Teknik yang digunakan pun adalah awake surgery.

"Teknik ini lazim dilaksanakan, fungsinya untuk membantu kita untuk brand mapping dan bisa mengontrol fungsi saraf dengan baik," jelasnya.

Kondisi pasien, sambungnya, saat operasi pun dalam keadaan bangun tidak mengeluh rasa sakit dan lukanya pun sangat minimalis sekitrar 3 cm.

"Jadi tim dokter pun berkomunikasi dengan pasien saat operasi, seperti misalkan ketika kita menyuruhnya angkat tangan untuk mengetahui fungsi motoriknya," jelasnya.

Pascaoperasi, dalam kurun waktu empat hingga lima hari pasien pun dapat kembali ke rumah dengan keadaan normal.

Dr dr Willy Adhimarta SpBS berharap mengedukasi masyarakat dengan adanya jenis operasi bagi pasien kelainan motorik.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved