Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Amir Hidup dalam Kemiskinan Tak Dipedulikan Pemkab Wajo

Kehidupan Amir sungguh miris. Dirinya yang semestinya menjadi tulang punggung keluarga, tak mampu lagi mencari nafkah untuk istri dan delapan anaknya.

Penulis: Hardiansyah Abdi Gunawan | Editor: Imam Wahyudi
hardiansyah/tribunwajo.com
Keluarga Amir (55), yang tak pernah tersentuh bantuan pemerintah. 

Sempat pula tebersit niat untuk berhenti mengajar, tapi urung mengingat salah satu anaknya masih perlu biaya sekolah.

"Anak saya yang kedua sekarang masih sekolah di pesantren, tiap bulan butuh biaya," kata dia.

Cita-cita Nining

Sebelum tinggal di toilet sekolah, Nining tinggal di sebuah rumah petak di dekat sekolah.

Namun, dua tahun lalu rumah tersebut roboh lantaran sudah lapuk.

Keinginan Nining kini hanya satu, dia bisa punya tempat tinggal sendiri yang layak sehingga bisa ditinggali oleh keluarga kecilnya.

Sekretaris Camat Kecamatan Cigeulis Encep Hadikusuma mengaku prihatin dengan keadaan Nining yang tinggal di sekolah.

Dia mengatakan, pihaknya sudah mengupayakan akan memindahkan Nining ke tempat yang layak.

"Kami sudah sepakat dari pihak kecamatan dan guru-guru untuk membuatkan rumah, secepatnya akan dibangun," kata dia.

Terima Bantuan

Cerita Nining tinggal di WC kemudian viral.

Akhirnya, dermawan memberi bantuan kepada dia.

Salah satu bantuan yang diterima adalah material untuk membangun rumah.

"Alhamdulillah sudah dapat bantuan untuk bangun rumah, saya bersyukur, seperti mukjizat, cepat sekali," kata Nining, Selasa (16/7/2019).

Nining mengatakan, bantuan berupa material tersebut sebagian sudah berdatangan di lokasi rumah yang akan dibangun, yang berada tidak jauh dari sekolah.

Lokasi tersebut dulunya merupakan bekas rumah Nining yang roboh dua tahun lalu.

Pantauan di lokasi calon rumah Nining yang akan dibangun sudah terdapat tumpukan material batu.

Nining Suryani di tempat tinggalnya, WC sekolah.
Nining Suryani di tempat tinggalnya, WC sekolah. (KOMPAS.COM/ACEP NAZMUDIN)

Sedangkan tanah untuk pembangunan rumah sudah dibatasi oleh tali berwarna merah ukurannya sekitar 6x6 meter.

Suami Nining, Ebi Suhaebi (46) mengatakan, pembangunan rumah rencananya dilakukan mulai, Rabu (16/7/2019).

Menurut Ebi, semua urusan pembangunan dikerjakan oleh pihak yang menyumbang.

"Mulai dari material sampai yang membayar tukang itu dari pemerintah, kami hanya terima beres saja," kata Ebi.

Sebelumnya, Bupati Pandeglang, Irna Narulita mengatakan, pihaknya akan memberikan bantuan kepada Nining untuk pembangunan rumah.

Bantuan tersebut bukan berasal dari APBD melainkan dari patungan mulai dari bupati hingga kepala dinas.

"Minggu ini kita urunan, terkumpul Rp 7 juta atau Rp 10 juta kita perbaiki rumahnya. Kalau menunggu dari APBD harus tahun depan, jadi kami patungan dulu untuk perbaiki rumahnya," kata dia.

Jika rumah tersebut sudah jadi, kata Irna, Nining dan keluarganya harus pindah ke rumah baru dan tidak diperkenankan untuk tinggal di toilet lagi.

"Tapi kalau beliau mau buka warung di sana, silakan. Tapi tidak untuk ditempati, tidak untuk dihuni," kata dia.(*)

Sumber: Tribun Timur
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved