Jika Prabowo Jadi Menteri Pertahanan, Yunarto Wijaya Khawatirkan Jokowi Tak Berani Mereshuffle
Jika Prabowo Jadi Menteri Pertahanan, Yunarto Wijaya Khawatirkan Jokowi Tak Berani Mereshuffle
Jika Prabowo Jadi Menteri Pertahanan, Yunarto Wijaya Khawatirkan Jokowi Tak Berani Mereshuffle
TRIBUN-TIMUR.COM - Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya berpendapat Presiden Jokowi haarus berani menilai kinerja Prabowo Subianto sebagai menteri bidang pertahanan.
Yunarto Wijaya menarik dari pidato Jokowi saat pelantikan Presiden di Gedung DPR pada Minggu (20/10/2019).
Bergabungnya Prabowo Subianto dalam kabinet Jokowi jilid 2 menyita perhatian masyarakat.
Diketahui bersama Prabowo Subianto merupakan pesaing Jokowi dan Maruf Amin dalam Pilpres 2019.
Ditambah lagi sosok Prabowo Subianto yang merupakan pimpinan Partai Gerindra.
Yunarto Wijaya turut menyoroti kedua hal tersebut terkait ditunjuknya Prabowo Subianto menjadi menteri bidang pertahanan di kabinet Jokowi jilid 2.
"klimaksnya tetap itu, orang melihatnya bisa klimaks atau anti klimaks, kacamata rekosnisloiasi secara simbolik merayakan persatuan, " kata Yunarto Wijaya dikutip dari Kompas TV.
Yunarto Wijaya mengaku belum pernah melihat dalam sejarah politik calon presiden menjadi menteri.
"saya bahkan belum pernah melihat sejarah politik di dunia calon presiden jadi menteri dari lawannya, bukan pertarungan pertama kali, pertarungan kedua kalinya," kata Yunarto Wijaya.
Prabowo Subianto yang merupakan calon presiden, menurut Yunarto Wijaya tentu memiliki visi misi sendiri.
Padahal Jokowi, kata Yunarto Wijaya, pernah berucap pada 2014 lalu menterinya tidak boleh memiliki visi misi sendiri.
"calon presiden melawan calon presiden, padahal presiden pernah mengatakan menteri tidak boleh punya visi misi sendiri, " kata Yunarto Wijaya.
Menurut Yunarto Wijaya banyak pertanyaan yang dari masyarakat soal Prabowo Subianto jadi menteri.
"menurut sebagian orang pertanyaan akan menjadi sebuah beban, sebuah aset ketika bicara stabilitas politik dan kinerja,
pertanyaan ketika sudah masuk menteri loyalitasnya dipastikan sama, " kata Yunarto Wijaya.

Padahal diketahui mungkin banyak partai yang kini sudah mulai memikirkan bagaimana cara ketumnya untuk bisa menjadi presiden di 2024.
Pertanyaan lain soal Prabowo Subianto jadi menteri, lanjut Yunarto Wijaya yakni tentang ketegasan Jokowi.
Dalam pidatonya saat pelantikan Presiden, Jokowi secara tegas akan mencopot menteri yang kinerjanya tidak baik.
"Saya juga minta kepada para menteri, para pejabat dan birokrat, agar serius menjamin tercapainya tujuan program pembangunan. Bagi yang tidak serius, saya tidak akan memberi ampun. Saya pastikan, pasti saya copot.," kata Jokowi.
Hal ini kaata Yunato Wijaya, apakah juga akan diterapkan pada Prabowo Subianto
"hal teknis kalau betul Jokowi bersikap tegas, seperti di pidato yang tidak bisa mencapai hasil akan pecat, mungkin gak orang seperti Prabowo direshuffle," kata Yunarto Wijaaya.
Selain ketegasan Jokowi, Yunarto Wijaya juga mempertanyakan soal jabatan Prabowo Subianto di Partai Gerindra.
Pasalnya menurut Yunarto Wijaya, pada tahun 2014 lalu Jokowi sempat mengajukan syarat menteri tak boleh rangkap jabatan.

"kalau Jokowi mau mengulang salah satu prasyarat yang dia utarakan di 2014 gak boleh rangkap jabatan, mungkin gak berlakukan pada sosok Prabowo tidak boleh jadi Ketua Umum Gerindra," kata Yunarto Wijaya.
Yunarto Wijaya menekankan seharusnya sebagai kepala negara Jokowi tidak boleh takut untuk menerapkan aturan itu pada Prabowo Subianto.
"secara tata negara sebenarnya tidak boleh takut, karena Prabowo pembantu presiden harusnya sudah melepas kepartaiannya untuk tugas negara," kata Yunarto Wijaya.
Kekritisan masyarakat Indonesia menurut Yunarto Wijaya akan sampai di tingkat itu.
Menurut Yunarto Wijaya, selama Pilpres, pertarungan bukan hanya di tingkat orang-orang yang mencintai Jokowi maupun Prabowo Subianto.
"ada juga barisan asal bukan Jokowi, asal bukan Prabowo orang itu sulit menerima fakta seperti ini," kata Yunarto Wijaya.
"apapun belum ada yang bisa kita simpulkam, Prabowo dengan latar belakang mungkin bisa membuat krontribusi besar, catatan Jokowi sebagai atasan bisa membuat aturan dan sistem yang bisa memastikan dan mendorong Prabowo untuk melakukan itu," kata Yunarto Wijaaya.
Setelah bertemu Jokowi, Prabowo Subianto memberi keterangan pada wartawan.
Prabowo Subianto mengatakan bahwa diminta untuk memperkuat kabinet Jokowi jilid 2.
"Saya baru saja menghadap Presiden RI yang baru kemarin dilantik, saya bersama Edhy Prabowo kami diminta untuk memeperkuat kabinet beliau, " kata Prabowo Subianto.
Prabowo Subianto mengatakan Partai Gerindra akan bersedia bila diminta untuk membantu.
"Saya sudah sampaikan keputusan kami dari Gerindra apaabila diminta kami siap membantu dan resmi diminta kami sanggupi untuk membantu, " kata Prabowo Subianto.
Prabowo Subianto secara spesifik menyampaikan diminta untuk membantu dalam bidang pertahanan.
"Saya beliau izinkan untuk menyampaikan saya diminta membantu beliau di bidang pertahanan, " kata Prabowo Subianto.
Sayangnya Prabowo Subianto tak menyampaikan pos yang akan ditempati, apakahan Menteri Pertahanan atau Menteri Hukum dan HAM.
Meski demikian Prabowo Subianto mengatakan akan bekerja keras.
"Beliau memberi pengarahan, saya akan berkerja sekeras mungkin untuk mencapai sasaran dan harapan yang ditentukan," kata Prabowo Subianto.
Sementara itu untuk posisi Edhy Prabowo, Prabowo Subianto belum mengatakannya.
"Edhy prabowo akan umumkan sendiri, ada sedikit konfirmasi tepatnya dimana, intinya beliau sendiri akan umumkan mungkin nanti hari rabu," kata Prabowo Subianto di Istana Negara.
Prabowo Subianto menegaskan bahwa Partai Gerindra mendapat dua jatah kursi Menteri dari Jokowi.
"Yang dipanggil dua jadi berapa kira-kira," kata Prabowo Subianto.