Mengabaikan Kesehatan Mental
Perihal seorang yang dulunya baik, lalu diabaikan dan akhirnya menjadi jahat. Penyebabnya karena lingkungannya sendiri. Rundungan. Ledekan.
Alih-alih si penderita bangkit, mereka justru merasa semakin tertekan. Merasa dirinya hina, tidak punya kesempatan dan lambat laun kehilangan harapan. Mereka menjadi kehilangan kepercayaan atau kepercayaannya dihancurkan oleh kita-kita yang justru merasa diri baik-baik. Namun, cara berpikir seperti itu justru sebenarnya menunjukkan kita tidak baik-baik saja.
Alih-alih mengatakan mereka kurang berdoa atau kurang salat, bisa jadi justru kita ‘dipercayakan’ oleh Tuhan untuk mendengarkan ceritanya dan mendampinginya menghadapi masalahnya. Orang-orang ini biasanya hanya butuh tempat bercerita yang nyaman tanpa dihakimi. Dengan begitu mereka bisa melepaskan luapan emosi dalam dirinya. Kita tidak perlu merasa direpotkan sampai harus ke rumah sakit kalau tidak bisa. Setidak-tidaknya kita bersedia mendengarkan dan tidak terburu-buru menghakimi apa yang hanya bisa kita lihat dari luar.
Seorang pemain hoki terkenal, juara olimpiade, dan pemain terbaik NHL tujuh kali sisa menarik tarikan pistol yang dimasukkan di mulutnya dan mengakhiri hidupnya. Dia memiliki segalanya. Namanya Theo Fleury. Namun, ingatan masa kecil mengalami pelecehan seksual senantiasa menghantuinya. Ia kemudian terjerat narkoba dan alkohol dan nyaris mengakhiri hidupnya. Beruntung ia bertahan dan berhasil memenangkan pertarungan dalam dirinya. Ia akhirnya menulis buku yang menjadi laris manis. Awalnya ia menulis buku tanpa ekspektasi dan hanya ingin memindahkan traumanya ke tempat yang lain dalam bentuk buku. Tak disangka, ratusan ribu eksampler terjual dan ratusan ribu pembacanya berkata, “Me too”. Saya juga.
Fleury kemudian ke sana ke mari menjadi pembicara sekaligus pendengar. Ia menyadari ia hanya butuh orang-orang yang mendengar ceritanya. Orang-orang yang bersedia bercerita lebih mendalam tanpa menghakimi. Berbicara tanpa kekhawatiran dan ketakutan. Semoga masih ada Fleury-fleury lain dan cukuplah film Joker menjadi pengingat bagi kita semua.
Selamat memperingati hari kesadaran mental internasional yang jatuh pada bulan Oktober ini. (*)