Tribun Wiki
Film Pengkhianatan G30S/PK Gambarkan Soeharto Sebagai Superhero, Ini Profil Sutradara Arifin C Noer
sebuah rekonstruksi visual yang agaknya dicomot langsung dari kepala Soeharto, superhero satu-satunya dalam film tersebut
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Ina Maharani
Tokoh penting di balik film ini adalah sejarawan Nugroho Notosusanto.
Dwipayana memilih Arifin C. Noer sebagai sutradara film yang awalnya berjudul Sejarah Orde Baru.
“Pak Dipo (panggilan Dwipayana) memilih Arifin karena Arifin ini dipandang sebagai orang yang independen. Dia tidak memiliki afiliasi dengan organisasi mahasiswa manapun atau organisasi masyarakat apapun,” ujar Jajang C. Noer, istri mendiang Arifin C. Noer, kepada dikutip Historia.
Arifin lahir pada 10 Maret 1941 di Cirebon.
Dia menulis drama dan puisi sejak di Sekolah Lanjutan Pertama.
Dia melanjutkan sekolah ke Solo dan bergabung dengan Himpunan Peminat Sastra Surakarta.
Pada 1960, dia pindah ke Yogyakarta dan bergabung dengan Lingkaran Drama Yogya, kemudian masuk Teater Muslim.
Setelah pindah ke Jakarta, dia mendirikan Teater Kecil.
Pada 1972, naskah dramanya, Kapai Kapai memenangkan hadiah pertama sayembara penulisan naskah drama Dewan Kesenian Jakarta.
Arifin mulai terjun ke dunia film sebagai penulis skenario Pemberang pada 1971.
Dia kemudian menulis skenario film Melawan Badai, Rio Anakku, Sanrego, Senyum di Pagi Bulan Desember, Kenangan Desember, dan Kugapai Cintamu.
Arifin menyutradarai film pertamanya, Suci Sang Primadona (1978) yang memberi Piala Citra untuk Joice Erna.
Namanya melambung setelah menyutradarai film Serangan Fajar yang meraih penghargaan sebagai film terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 1982 dengan menyabet lima Piala Citra.
“Arifin kembali meraih gelar penulis skenario terbaik melalui film Pengkhianatan G30S/PKI,” tulis Suara Karya, minggu ketiga Agustus 1992.
Film Pengkhianatan G30S/PKI dikerjakan selama dua tahun dengan biaya terbesar saat itu, yaitu Rp 800 juta.