Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

IMIKI PPT UIN Alauddin Gelar Dialog, Masalah Rasisme Jadi Pembahasan

Dialog mengangkat tema Merajut Harmonisasi Hubungan Anak Bangsa Dalam Bingkai NKRI dan Menolak Rasisme di Hotel Trisula, Jl Boulevar, Makassar.

Penulis: Wahyu Susanto | Editor: Sudirman
Ist
Para pembicara Dialog Anak Bangsa bertema Merajut Harmonisasi Hubungan Anak Bangsa Dalam Bingkai NKRI dan Menolak Rasisme di Hotel Trisula, Jl Boulevard, Kota Makassar, Selasa (17/9/2019). 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia (IMIKI) PPT UIN Alauddin Makassar bekerja sama dengan Lensa Demokrasi menggelar dialog terkait rasisme di Indonesia.

Dialog mengangkat tema Merajut Harmonisasi Hubungan Anak Bangsa Dalam Bingkai NKRI dan Menolak Rasisme, di Hotel Trisula, Jl Boulevard, Kota Makassar, Selasa (17/9/2019).

Dalam dialog menghadirkan tiga narasumber.

Pilkada Maros, Chaidir Syam dan Suhartina Bohari Semakin Mesra

Putusan Ruben Onsu & Sarwendah Sudah Bulat Adopsi Anak! Ini 5 Fakta Soal Penyanyi Cilik Betrand Peto

Sekolah di Dekat Kantor Bupati Jeneponto Rusak Parah, Legislator Soroti Dinas Pendidikan

Masing-masing Akademisi dari UNM, Dr Yasdin Yasir, Ketua Permabudhi Sulsel Dr Ir Yonggris Leo, Dekan Fisip Unibos, Dr Arif Wicaksono dan moderator Irwan AR.

Dr Yasdin Yasir mengatakan, masalah rasisme di Indonesia masih kerap terjadi utamanya yang ditujukan kepada masyarakat Papua.

Salah satunya yang terjadi baru-baru ini, di Surabaya, dan Malang dan berimbas di beberapa wilayah di Indonesia.

"Adanya faktor warna kulit yang berbeda dan rambut menjadi dasar kerap terjadi rasisme di Indonesia. Pemahaman Bhineka Tunggal Ika mestinya lebih ditanamkan kepada masyarakat," imbuh Dr Yasdin.

Sementara Ketua Permabudhi Sulsel, Dr Ir Yonggris Leo mengatakan, masyarakat sebenarnya paham arti dari rasisme.

Namun tidak bisa merasakan penderitaan orang yang berdampak rasisme.

Legislator Jeneponto Sayangkan Diknas Tak Serius Bantu SD 44 Bantaulu

Film Perempuan Tanah Jahanam Disebut Lebih Seram dari Pengabdi Setan, Ini Sinopsis dan Trailernya

Inilah 7 Poin Revisi UU KPK yang Disahkan DPR RI, Laode Syarif Sebut Lumpuhkan Penindakan

"Kami saja etnis Tionghoa, yang bertahun-tahun menderita di Indonesia, pernah tidak ada yang berfikir bagaimana perasaan kami. Apalagi ketika kita dibedakan," tegasnya.

Lebih lanjut, Dekan Fisip Unibos, Dr Arif Wicaksono menekankan rasisme memang sangat sulit dihindari.

Di negara maju saja seperti di Amerika, rasisme masih kerap muncul yang membedakan antara kulit putih dan hitam.

Akan tetapi, jika sebuah negara yang memiliki masyarakat sikap toleransi tinggi rasisme bisa dihindari.

"Apa yang dirasakan teman-teman di Papua tidak sama yang dirasakan teman-teman di Sulawesi, atau di Jawa.
Tapi Negara Kesatuan RI artinya banyak, artinya berbeda-beda kita tetap satu," pungkasnya.

Laporan Wartawan Tribun-Timur.com, @wahyususanto_21

Langganan berita pilihan tribun-timur.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribuntimur

Follow akun instagram Tribun Timur:

Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur:

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved