OPINI
OPINI - Kebohongan dan Pelacur Intelektual
Saat diserahi amanah menjadi Gubernur Andalan Sulsel, beliau menjauhkan diri memanjakan sedarahnya dalam memimpin.
Mantan Menteri Ekonomi Jepang, Akira Amari, mengundurkan diri hanya karena persoalan tuduhan korupsi (KKN).
Padahal, hasil investigasi menunjukkan, ternyata anak buahnya yang melakukan tindakan tercela tersebut.
Tinggi malu yang melekat pada budaya Jepang itu tidak beda dengan budaya siri’ yang menaungi tradisi Sulsel.
Baca: Dapat Remisi Kemerdekaan 14 Napi Lapas Kelas II A Palopo Bebas
Budaya malu juga dipamerkan Menteri Perdagangan dan Industri Jepang, Yuko Obuchi.
Merasa bersalah mentraktir para relawan yang membantunya menggunakan uang negara, Yuko dengan penuh kesadaran mengundurkan diri.
Bagaimana dengan budaya pemimpin terkait kebohongan dan penyalahgunaan wewenang?
Ada juga pemimpin secara etika betul-betul dan nyata telah mempraktikkan aroma KKN menjalankan pemerintahan, seperti tidak punya rasa malu.
Jangankan mundur atau melakukan hara-kiri politik, untuk meminta maaf saja, seperti yang diajarkan budaya pesse dan siri, tak kunjung diperlihatkan.
Lucunya lagi, sikap yang dipamerkan adalah cenderung membela diri untuk mempertahankan kekuasaan.
Saya teringat konten kampanye negatif yang menyeruak saat kontestasi Pilgub Sulsel 2017 lalu. Ada tudingan yang saya sendiri tidak pernah percaya kebenarannya.
Tentang menolak pemimpin pembohong. Sebagian masyarakat yang ikut menyaksikan kontestasi itu pasti tidak pernah yakin dengan kabar itu. Apalagi yang memilihnya.
Saran saya, masih ada waktu untuk membuktikan tudingan saat kampanye itu jauh dari kata benar.
Jagalah rasa malu, yang menurut Rasullah SAW simbol orang beriman. Apalah guna sederat gelar yang di baliknya tidak disempurnakan dengan kejujuran dan budaya malu. (*)
Catatan: tulisan ini telah terbit di Tribun Timur edisi cetak, Jumat (16/08/2019)