Mekanisasi Pertanian 5 Tahun Terakhir Mengesankan Presiden
kementerian pertanian secara aktif terus melakukan modernisasi pertanian untuk meningkatkan capaian produksi.
Berkaitan dengan ini, Presiden Joko Widodo mendukung usulan berbagai pimpinan daerah untuk memodernisasi para petani dengan berbagai sarana dan perlengkapan modern. Langkah ini perlu dilakukan menyusul adanya kebakaran hutan yang makin meningkat. Kata dia, petani harus menggunakan sarana modern untuk membuka dan menghijaukan kembali lahan baru.
"Memang kita harus berani mengalihkan pola pola pertanian tradisional menuju ke pola pola pertanian yang modern memakai teknologi. Ini tugas Bupati, tugas Wali Kota, tugas Gubernur, tugas Menteri-Menteri dan tugas kita semuanya," kata Presiden dalam Rakornas Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Tahun 2019, di Istana Negara.
Menurut Presiden, selama lima tahun terakhir, Kementerian Pertanian sudah mendistribusikan berbagai alsintan seperti traktor, excavator, dan bulldozer untuk pengharapan lahan di daerah Humbang Hasundutan, Sumatera Utara.
"Saya kaget juga dalam satu kabupaten traktornya ada banyak, begitu juga dengan excavatornya, sehingga lahan besar bisa dikerjakan dengan mekanisasi peralatan-peralatan yang ada. Dan saya lihat bantuan itu dari Menteri Pertanian," katanya.
Karena itu, Presiden meminta semua pimpinan daerah ikut mensukseskan mekanisasi pertanian sebagai upaya peningkatan produksi.
"Artinya kita ubah petani agar menggunakan traktor, excavator tanpa harus membuat api. Berilah petani-petani kita mindset yang baru, pola pikir yang baru dalam bekerja, jangan biarkan mereka sudah berpuluh-puluh tahun kita masih melihat petani yang enggak mungkin mau land clearing 2 hektar dicangkul, enggak mungkin," katanya.
Presiden mencontohkan, alat modernisasi yang bisa digunakan petani saat ini adalah penggunaan drone. Kata dia, cara ini bisa menghemat waktu dan menurunkan biaya anggaran. Lagi pula, kata dia, harga drone sangat murah dan terjangkau.
"Tiap provinsi bisa beli lah karena dengan drone kita bisa lihat titik mana saja yang bisa ditanam dan mana yang tidak. Kalau tidak sanggup saya belikan," tukasnya.
Sekedar diketahui, selama tahun 2015 hingga April 2019, Kementerian Pertanian juga memfokuskan untuk mendukung pembangunan empat sub sektor komoditas pertanian. Yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan.
Diantaranya pengembangan dan Pengelolaan Air Irigasi, Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Pengembangan Pemanfaatan Lahan Rawa, cetak sawah, pupuk subsidi, dan Asuransi Pertanian. Kegiatan yang dilakukan ini cenderung memberikan dampak pada peningkatan produktivitas dan peningkatan indeks pertanaman (IP).
Adapun realisasi angka pada pengairan sawah yang ada jumlahnya mencapai 3,129 juta hektar dengan indeks pertanaman (IP) sebesar 0,5. Angka ini rupanya berdampak langsung pada peningkatan produksi hingga mencapao 8,21 juta ton.
Disisi lain, kegiatan ini juga mampu mempertahankan produksi padi sebanyak 16,36 juta ton. Namun apabila peningkatan IP 0,5 terpenuhi akibat dari kegiatan ini, maka akan terjadi peningkatan produksi sebanyak 8,18 juta ton. Sehingga total produksi padi selama 5 tahun pada area yang terdampak kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi mencapai 24,37 juta ton.