Ini Alasan Warga Pasar Tamanroya Menolak Direlokasi
Seperti yang dikatakan Majid Dg Sikki (59) yang ditemui TribunJeneponto.com, Jumat (19/7/2019) siang. Bahwa Pasar Tamanroya memiliki sejarah panjang d
Penulis: Ikbal Nurkarim | Editor: Syamsul Bahri
TRIBUNJENEPONTO.COM, TAMALATEA - Warga Tamanroya, Kecamatan Tamalatea, Jeneponto menolak rencana pemerintah setempat memindahkan pasar mereka ke Boyong.
Seperti yang dikatakan Majid Dg Sikki (59) yang ditemui TribunJeneponto.com, Jumat (19/7/2019) siang. Bahwa Pasar Tamanroya memiliki sejarah panjang dan sudah berdiri puluhan tahun.
Pansus Angket DPRD Sulsel Periksa Teman Sekolah Sudirman Sulaiman
Empat Pemuda di Topoyo Digelandang ke Mapolsek, Lihat Pelanggarannya
Wakai MaRI Hadirkan Promo Beli Dua Diskon 30 Persen
Wakai MaRI Hadirkan Promo Beli Dua Diskon 30 Persen
Jawaban Menohok Anies Atas Kritikan Masyarakat & Anggota DPRD Sebut Getah Getih Sia-Sia
"Pasar Tamanroya sudah berdiri puluhan tahun, belumpa lahir na adami ini pasar na sekarang adami 59 tahun umurku," kata Dg Sikki.
"Dulu orang Tamanroya ambil pasir di sungai tidak jauh dari lokasi pasar dengan cara dipikul dan menimbun lakosi ini hingga rata dan dijadikan pasar," Jelas pria 59 tahun itu.
Dengan mata berkaca-kaca Dg Sikki menceritakan bagaimana manfaat pasar Tamanroya untuk masyarakat setempat.
"Saya perjuangkan pasar Tamanroya agar tidak pindah karena kami disini tidak memiliki mata pencarian selain berdagang di Pasar," tuturnya.
"Kami masyarakat Tamanroya tidak punya kebun, sawah juga melaut sebagai mata pencaharian jadi selama ini kita hanya berdagang. Tidak ada sejarahnya pasar keluar dari lokasi Tamanroya dari dulu sampai sekarang. Adanya pasar ini juga menekan tindak kriminal seperti hadang mobil demi mendapatkan uang," tandasnya.
Sementara itu Kamaruddin Dg Emba (42) mangatakan berdasarkan informasi yang Ia dapat ada kurang lebih 400 pedagang berada di pasar Tamanroya.
"Keterangan Dg Lallo ada 400 pedagang, dengan total kios ada sekitar 40 dan yang lainnya membangun lapak untuk berjulan kebutuhan pokok, mulai dari ikan, sayur, beras, hingga pakaian dan masih banyak lainnya," kata Dg Emba (42).
Pasar kebanggaan masyarakat Tamanroya juga ini tercatat sudah dua kali mengalami kebakaran yang menghanguskan seluruh bagian pasar.
"Sudah dua kali terbakar, dan saat terbakar tidak ada bantuan pemerintah memperbaiki kios dan pedagang membangun dengan dana pribadi agar bisa berjualan," turur Emba.

Ia menambahkan setiap pedagang membayar retribusi pasar sebesar Rp 2 ribu.
"Setiap pedagan membayar Rp 2 ribu untuk retribusi setiap hari, sementara jika diperkirakan perputaran uang di pasar ini capai ratusan juta perhari dengan rincian setiap pedagang paling sedikit dapat Rp 1 juta," jelasnya.
Pasar yang berjarak sekitar 11 kilometer dari kota Jeneponto (Bontosunggu) ini buka tiap hari mulai pagi hingga siang pukul 11.00 wita.
Lokasi pasar Tamanroya dengan pasar baru Boyong juga hanya berjarak sekitar 200 meter dan luas pasar Tamanroya diperkirakan 1 ha persegi.