Tribun Wiki
TRIBUNWIKI: Apa Itu Megalomania, Status Rai d'Masiv usai Bertengkar dengan Rian? Ini Penjelasannya
Orang yang terserang dampaknya seringkali menghabiskan waktu dengan berpikir tentang meraih kekuasaan atau kesuksesan, atau tentang penampilan
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Ina Maharani
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR- D'Masiv merupakan salah satu band ternama di Indonesia.
Karya-karyanya begitu melekat ditelinga para pendengarnya.
Namun, sebuah insiden pertengkaran yang hingga saat ini belum diketahu penyebabnya membuat banyak orang bertanya-tanya.
Termasuk para fans yang melihat langsung kejadian tersebut.
Baca: Viral Video Detik-detik Rian DMasiv Didorong Rayyi Sang Bassist saat Manggung
Baca: TRIBUNWIKI: Video Rian DMasiv Bertengkar Dengan Bassis Viral, Ini Profil dan Perjalanan Kariernya
Dilansir dari Grid.id, video keduanya bertengkar tersebut viral di instagram setelah diposting oleh akun gosip @lambe_turah, Sabtu (13/7/2019) malam.
Dalam video tersebut berawal dari Rian yang menghampiri sang bassist lalu terjadi pertengkaran diantara mereka.
Sang bassist, Rayyi sempat mendorong Rian hingga terpental sebelum dirinya melempar bassnya dan turun dari atas panggung.
Tak ada yang tahu apa yang membuat kedua orang ini berseteru di atas panggung, selang beberapa waktu Rayyi Dinata melalui akun instagram @raidinata update Instastory-nya yang menyebutkan 'megalomania'.
Entah siapa yang dimaksud Rayyi dalam Insta-storynya tersebut, tapi sebagian orang berspekulasi bahwa itu berkaitan dengan kejadian dirinya yang bertengkar di atas panggung dengan Rian.
Hal tersebut sempat membuat publik bertanya-tanya apakah megalomonia itu?
Bahkan Megalomonia menjadi trending topic google, Minggu (14/7/2019).
Usai mengupdate status tersebut melalui Insta Story, Rayyi langsung menghapusnya.
Namun, postingan tersebut sudah ramai dibagikan oleh akun-akun gosip.
Apa itu Megalomania?
Dilansir dari wikipedia, Penyakit kepribadian narsisistik juga biasa disebut dengan megalomonia.
Megalomonia adalah sebuah penyakit kepribadian dimana terdapat susunan jangka panjang dari perilaku abnormal yang dikarakteristikkan oleh perasaan berlebihan terhadap diri sendiri, kebutuhan untuk penyanjungan dan kurangnya pemahaman perasaan lainnya.
Orang yang terserang dampaknya seringkali menghabiskan waktu dengan berpikir tentang meraih kekuasaan atau kesuksesan, atau tentang penampilan mereka.
Mereka sering memanfaatkan orang-orang sekitar mereka.
Perilaku tersebut biasanya dimulai pada awal masa dewasa, dan terjadi pada berbagai keadaan.
Penyebab penyakit kepribadian narsisistik tidak diketahui.
Penyakit tersebut merupakan sebuah penyakit kepribadian yang terklasifikasikan dalam kluster B oleh Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders.
Diagnosis-nya didapat dari seorang profesional dalam perawatan kesehatan yang mewawancarai orang yang ditanyainya.
Kondisi tersebut dibutuhkan untuk membedakannya dari mania dan penyakit penggunaan substansi.
Pengobatan belum terpelajari.
Terapi seringkali sulit karena orang dengan penyakit tersebut kemudian tidak menganggap diri mereka sendiri memiliki sebuah masalah.
Sekitar satu persen orang meyakini dampak pada beberapa titik kehidupan mereka.
Penyakit tersebut lebih sering muncul pada laki-laki ketimbang perempuan dan berdampak pada kaum muda ketimbang kaum tua.
Kepribadian tersebut mula-mula disebutkan pada tahun 1925 oleh Robert Waelder, sementara nama saat ini untuk kondisi tersebut mulai digunakan pada 1968.
Dilansir dari Kompas.com, pengidap megalomania selalu ingin dihormati dan disanjung.
Sebaliknya, tidak mau dikritik atau dicela.
Menghadapi pengidap megalomania memang harus ekstra hati-hati.
Ciri-ciri megalomania
- Ego tinggi, suka meremehkan orang lain, sombong, arogan, emosional.
- Gangguan kepribadian
- Mengagungkan diri sendiri secara berlebihan.
- Menyebutkan bahwa megalomania termasuk narcissistic personality disorder (gangguan kepribadian narsisistik).
- Tak bisa disembuhkan Menurut pakar psikologi politik Universitas Indonesia Hamdi Muluk (Tempo.com, 24 Juli 2014, Muhammad Muhyiddin) mengatakan bahwa pengidap megalomania tak bisa disembuhkan.
- Alasannya, pengidap megalomania sulit menerima kenyataan yang terjadi pada dirinya. Misalnya kalah dalam pertandingan, tak begitu saja diterimanya.
- Malah menuduh pihak lain yang bermain curang terhadap dirinya.
- Kalaupun tetap dianggap kalah, pengidap megalomania merasa dirinya dizalimi.
- Dengan demikian, pengidap megalomania tidak berjiwa besar, karena kebenaran hanya ada pada dirinya sendiri.
Walau cukup sulit untuk mengetahui faktor penyebab megalomania ini, namun rupanya riwayat keluarga atau gen juga dapat memengaruhinya.
Selain itu, faktor lingkungan, bahkan kinerja otak dan saraf juga dapat memengaruhi pemikiran sehingga dapat menimbulkan perilaku ini.
Tentang Megalomania:
Spesialisasi: Psikiatri
Gejala: perasaan berlebihan terhadap diri sendiri, kebutuhan untuk penyanjungan, kurangnya pemahaman perasaan lainnya
Usual onset : Awal masa dewasa
Durasi: Jangka panjang
Penyebab: Tidak diketahui
Kondisi serupa: Penyakit bipolar, penyimpangan substansi, penyakit depresif, penyakit anksieti
Perawatan: Sulit
Frekuensi: 1%
Sumber berita: https://www.tribunnews.com/seleb/2019/07/14/rian-dmasiv-bertengkar-di-atas-panggung-dengan-sang-bassist-rayyi-update-megalomania?page=all
Foto: google
19224348/ Kolase Tribun Manado