Tribun Wiki
TRIBUNWIKI: Planet Saturnus Jadi Trending di Google, Apakah Itu? Ini Penjelasannya
Oposisi ini adalah fenomena ketika dua planet mencapai jarak terdekat satu sama lain karena orbit elipsnya.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Ina Maharani
TRIBUN-TIMUT.COM, MAKASSAR- Planet Saturnus dikabarkan akan terlihat dari bumi.
Hal tersebut dikarenakan Saturnus akan berada dekat dengan bumi sore ini, Rabu (10/7/2019).
Momen langka ini akan terjadi hingga Kamis, (11/7/2019), dini hari.
Bahkan bisa disaksikan dengan mata telanjang.
Saturnus akan terlihat bersama planet terbesar yakni Jupiter.
Dilansir Kompas.com, Saturnus akan mengalami oposisi dengan Bumi.
Oposisi ini adalah fenomena ketika dua planet mencapai jarak terdekat satu sama lain karena orbit elipsnya.
Oleh karena itu, sore ini, planet tersebut akan mencapai jarak 1,351 miliar kilometer dari Bumi atau sekitar 10 kali jarak Matahari-Bumi.
Planet bercincin itu akan memiliki magnitudo 0,05.
Magnitudo menunjukkan kecerlangan benda langit.
Makin kecil magnitudonya, makin terang benda langit dari sudut pandang manusia.
Dengan magnitudo tersebut, meski berjarak jauh, planet terbesar kedua di tata surya itu bisa dilihat dengan mata telanjang.
Fenomena oposisi Saturnus punya keberulangan sekitar 1 tahun sekali.
Meski demikian, jarak dan magnitudonya ketika oposisi bervariasi.
Oposisi dengan jarak terdekat dan magnitudo paling terang dalam 215 tahun terakhir terjadi pada 13 Januari 2005.
Saat itu, jarak yang dicapai adalah 1,208 miliar kilometer dan magnitudonya -0,4.
Tentang Saturnus
Dilansir dari wikipedia, Saturnus adalah sebuah planet di tata surya yang dikenal juga sebagai planet bercincin, dan merupakan planet terbesar kedua di tata surya setelah Jupiter.
Jarak Saturnus sangat jauh dari Matahari, karena itulah Saturnus tampak tidak terlalu jelas dari Bumi.
Saturnus berevolusi dalam waktu 29,46 tahun.
Setiap 378 hari, Bumi, Saturnus dan Matahari akan berada dalam satu garis lurus.
Selain berevolusi, Saturnus juga berotasi dalam waktu yang sangat singkat, yaitu 10 jam 40 menit 24 detik.
Saturnus memiliki kerapatan yang rendah karena sebagian besar zat penyusunnya berupa gas dan cairan.
Inti Saturnus diperkirakan terdiri dari batuan padat dengan atmosfer tersusun atas gas amonia dan metana, hal ini tidak memungkinkan adanya kehidupan di Saturnus.
Cincin Saturnus sangat unik, terdiri beribu-ribu cincin yang mengelilingi planet ini.
Bahan pembentuk cincin ini masih belum diketahui. Para ilmuwan berpendapat, cincin itu tidak mungkin terbuat dari lempengan padat karena akan hancur oleh gaya sentrifugal.
Namun, tidak mungkin juga terbuat dari zat cair karena gaya sentrifugal akan mengakibatkan timbulnya gelombang.
Jadi, sejauh ini, diperkirakan yang paling mungkin membentuk cincin-cincin itu adalah bongkahan-bongkahan es meteorit.
Cincin ini terentang dari 6.630 km - 120.700 km di atas atmosfer Saturnus.
Hingga 2006, Saturnus diketahui memiliki 56 buah satelit alami.
Tujuh di antaranya cukup masif untuk dapat runtuh berbentuk bola di bawah gaya gravitasinya sendiri.
Mereka adalah Mimas, Enceladus, Tethys, Dione, Rhea, Titan (Satelit terbesar dengan ukuran lebih besar dari planet Merkurius) dan Iapetus.
Sejarah
Cincin itu pertama kali dilihat oleh Galileo Galilei pada tahun 1610 dengan teleskopnya, tetapi dia tidak dapat memastikannya.
Dia kemudian menulis kepada adipati Toscana bahwa, "Saturnus tidak sendirian, tetapi terdiri dari tiga yang hampir bersentuhan dan tidak bergerak.
Cincin itu tersusun dalam garis sejajar dengan zodiak dan yang di tengah (Saturnus) adalah tiga kali besar yang lurus (penjuru cincin)". Dia juga mengira bahwa Saturnus memiliki "telinga".
Pada tahun 1612 sudut cincin menghadap tepat pada bumi dan cincin tersebut akhirnya hilang dan kemudian pada tahun 1613 cincin itu muncul kembali, yang membuat Galileo bingung.
Persoalan cincin itu tidak dapat diselesaikan hingga 1655 oleh Christian Huygens, yang menggunakan teleskop yang lebih kuat daripada teleskop yang digunakan Galileo.
Pada tahun 1675 Giovanni Domenico Cassini menyatakan bahwa cincin Saturnus sebenarnya terdiri dari beberapa cincin yang lebih kecil dengan ruang antarcincin. Bagian terbesar dinamakan Divisi Cassini.
Pada tahun 1859, James Clerk Maxwell menunjukan bahwa cincin tersebut tidak padat, tetapi terbuat dari partikel-partikel kecil yang mengorbit Saturnus sendiri-sendiri.
Jika tidak, cincin itu tidak akan stabil atau terpisah.[18] James Keeler mempelajari cincin itu menggunakan spektrometer tahun 1895 yang membuktikan bahwa teori Maxwell benar.
Bentuk fisik cincin Saturnus
Cincin Saturnus tersebut dapat dilihat dengan menggunakan teleskop modern berkekuatan sederhana atau dengan teropong berkekuatan tinggi.
Cincin ini menjulur 6.630 km hingga 120.700 km atas khatulistiwa Saturnus dan terdiri daripada bebatuan silikon dioksida, oksida besi dan partikel es dan batu.
Terdapat dua teori mengenai asal cincin Saturnus.
Teori pertama diusulkan oleh Édouard Roche pada abad ke-19, yang menyatakan bahwa cincin tersebut merupakan bekas satelit Saturnus yang orbitnya datang cukup dekat dengan Saturnus sehingga pecah akibat kekuatan pasang surut.
Variasi teori ini adalah satelit tersebut pecah akibat hantaman dari komet atau asteroid.
Teori kedua adalah cincin tersebut bukanlah dari satelit Saturnus, tetapi ditinggalkan dari nebula asal yang membentuk Saturnus.
Teori ini tidak diterima masa kini disebabkan cincin Saturnus dianggap tidak stabil melewati periode selama jutaan tahun dan dengan itu dianggap baru terbentuk.
Sementara ruang terluas di cincin, seperti Divisi Cassini dan Divisi Encke, dapat dilihat dari Bumi, Voyagers mendapati cincin tersebut mempunyai struktur seni yang terdiri dari ribuan bagian kecil dan cincin kecil.
Struktur ini dipercayai terbentuk akibat tarikan graviti satelit-satelit Saturnus melalui berbagai cara.
Sebagian bagian dihasilkan akibat satelit kecil yang lewat seperti Pan dan banyak lagi bagian yang belum ditemukan, sementara sebagian cincin kecil ditahan oleh medan gravitas satelit penggembala kecil seperti Prometheus dan Pandora.
Bagian lain terbentuk akibat resonansi antara periode orbit dari partikel di beberapa bagian dan bahwa satelit yang lebih besar yang terletak lebih jauh, pada Mimas terdapat divisi Cassini melalui cara ini, justru lebih berstruktur dalam cincin sebenarnya terdiri dari gelombang berputar yang dihasilkan oleh gangguan gravitas satelit secara berkala.
Jari-jari
Voyager menemukan suatu bentuk seperti ikan pari di cincin Saturnus yang disebut jari-jari.
Jari-jari tersebut terlihat saat gelap ketika disinari sinar Matahari dan terlihat terang ketika ada dalam sisi yang tidak diterangi sinar Matahari.
Diperkirakan bahwa jari-jari tersebut adalah debu yang sangat kecil sekali yang naik keatas cincin.
Debu itu merotasi dalam waktu yang sama dengan magnetosfer planet tersebut dan diperkirakan bahwa debu itu memiliki koneksi dengan elektromagnetisme.
Namun, alasan utama mengapa jari-jari itu ada masih tidak diketahui.
Cassini menemukan jari-jari tersebut 25 tahun kemudian. Jari-jari tersebut muncul dalam fenomena musiman, menghilang selama titik balik Matahari.
Penglihatan paling baik
Saturnus adalah planet terjauh dari lima planet yang paling mudah dilihat dengan mata telanjang dari Bumi, empat lainnya adalah Merkurius, Venus, Mars dan Yupiter.
Saturnus muncul dalam penglihatan mata telanjang di langit malam sebagai titik cahaya terang dan berwarna kekuningan dengan magnitudo tampak biasanya antara +1 dan 0.
Diperlukan waktu sekitar 29,5 tahun untuk planet ini untuk menyelesaikan seluruh rangkaian dari ekliptika terhadap latar belakang konstelasi zodiak.
Kebanyakan orang akan membutuhkan bantuan optik (teropong yang sangat besar atau teleskop kecil) yang memperbesar setidaknya 30 kali untuk mendapatkan gambar cincin Saturnus, di mana terdapat resolusi yang jelas.
Dua kali setiap tahun Saturnus (kira-kira setiap 15 tahun di Bumi), cincin menghilang sebentar dari pandangan, karena cara mereka miring dan karena mereka sangat tipis.
"Hilangnya" cincin Saturnus berikutnya akan terjadi pada tahun 2025, tetapi Saturnus akan terlalu dekat dengan Matahari untuk memungkinkan pengamatan cincin.
Saturnus dan cincinnya terlihat terbaik ketika planet berada pada, atau dekat dengan, oposisi, konfigurasi planet ketika planet itu ada pada elongasi 180°, dan dengan demikian muncul berlawanan terhadap Matahari di langit.
Sebuah oposisi Saturnus terjadi setiap tahun—kira-kira setiap 378 hari—dan hasilnya planet ini muncul paling terang.
Namun, baik Bumi dan Saturnus mengorbit Matahari pada orbit eksentrik, yang berarti jarak mereka dari Matahari bervariasi dari waktu ke waktu, dan karena itu begitu pula jarak mereka satu sama lain, maka mengubah kecerahan Saturnus dari satu oposisi ke yang lain.
Juga, Saturnus tampak lebih cerah ketika cincin miring sehingga mereka lebih terlihat.
Misalnya, selama oposisi dari 17 Desember 2002, Saturnus muncul paling terang karena orientasi yang menguntungkan dari cincin relatif terhadap Bumi, meskipun Saturnus lebih dekat ke Bumi dan Matahari pada akhir 2003.
Sumber berita: https://www.tribunnews.com/nasional/2019/07/10/fakta-fakta-saturnus-dekati-bumi-sore-ini-bisa-dilihat-mata-telanjang-hingga-tampil-bersama-jupiter?page=all
Sumber foto: Tribun Manado