Cerita Imam Rawatib di Makassar Sekolahkan Anak hingga S2, Honornya Segini
Lahamuddin mengaku resmi ditunjuk sebagai rawatib pada Tahun 1996 oleh SK yang diterbitkan pengurus Masjid Al-Abrar.
Penulis: Muslimin Emba | Editor: Ansar
Waktu terus berjalan, Lahamuddin yang telah mempunyai seorang istri juga telah dikaruniahi anak.
Dengan penghasilan yang terbilang pas-pasan, pria asal Kabupaten Gowa ini terus bertahan menjadi imam.
Untuk menambah penghasilannya, ia bersama sang istri pun berinisiatif membuka warung kecil di perumahan masjid yang ia tinggali.
Lokasinya tepat di belakang masjid atau sisi selatan masjid.
Skor 2-0, Live Streaming iNews TV Persija Jakarta vs Shan United Via meTube.id Tanpa Buffer di Sini
Dari tunjangan yang diperoleh itu, ditambah dari hasil jualan barang campuran di perumahan dinasnya, ia pun sukses menyekolahkan enam orang anaknya.
Sembari mengeyam pendidikan di bangku sekolah, anak Lahamuddin yang berbakti juga ikut membantu perekonomian kedua orangtuanya dengan menjadi guru ngaji privat.
"Anak-anak saya itu cukup berbakti, mereka sementara sekolah juga bantu-bantu saya dengan menjadi grunganji privat. Lumayan hasilnya Rp 300 ribu dia gunakan untuk keperluan sekolahnya," cerita Alumni Fakuktas Tabiyan IAIN Makassar atau UINAM Tahun 1995 ini.
Meski demikian, tidak jarang Lahamuddin mengaku kekurangan saat diminta biaya sekolah anaknya.
Ia pun terpaksan menjual asetnya di kampung halaman untuk menutupi biaya sekolah anaknya.
"Kalau dibilang cukup tidak juga, saya pernah jual dua ekor sapiku di kampung untuk biaya kuliah anakku. Karena penidikan dan agam sudah menjadi prinsip hidup saya," kenangnya.
Suara Partai Dapil I Sulsel DPRD Sulsel, Simak Berikut Ini
Wal hasil, satu diantara ke enam anaknya sukses menyabet gelar starata dua atau S2 di salah satu kampus terkemuka di Makassar.
"Satu (anak saya) sementara S2, satunya sementara S1 juga di Stie Nobel, satunya sementara sarjana, dua orang baru mau masuk tsanawiyah sementara satunya di tahfiz quran," ungkap Lahamuddin.
Menurut Lahamuddin, meski terbilang hidup dalam kesederhanaan, menyekolahkan anak hingga ke perguruan tinggi adalah dambaan setiap orangtua.
"Kesederhanaan itu ketika kita ikhlas menjalani insyaAllah berkah, dan ketika keberkahan itu ada, akan selalu ada jalan keluar disetiap kesusahan yang kita alami," terangnya.
Terbesit harapan Lahamuddin agar bagaimana Kementrian Agama juga dapat fokus untuk mengawal kesejahteraan para imam rawatib.
Jalin Silaturahmi Mitra dan Karyawan, Kalla Kars Buka Puasa Bersama di Hotel Amelia