Andi Sose Meninggal
Ini Pesan Andi Sose Saat 'Berikan' Universitas 45 ke Aksa Mahmud
"Almarhum ini pejuang DHD 45, Andi Sose orang yang gigih, dan sosial, tahun 1980an sampai 2000-an, beliau bangun banyak mesjid di Sulsel," kata Aksa.
Penulis: Thamzil Thahir | Editor: Hasrul
"Saya dan Bapaknya Aksa, itu sama-sama pejuang kemerdekaan di Sulsel," ujar Sose.
Sekadar diketahui Brigjen TNI Purn Andi Sose adalah pejuang 1945.
Sedangkan Aksa Mahmud adalah salah satu eksponen mahasiswa 1966, yang aktiv di Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI).
Secara terpisah, Aksa menceritakan, Andi Sose di masa perjuangan kemerdekaan, pernah datang ke kediaman orang tuanya di Kampung Balusu, Kecamatan Soppeng Riaja, Barru. "Andi Sarifin, pernah tidur di rumah saya, saat bapak saya menjadi kepala kampung di Balusu, Mangkoso, dan dari kampung sayalah, Andi Sose bersama pejuang lain berangkat ke Paccekke," kata Aksa.
Sose berasal dari kampung bernama Sossok di kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang, pusat keramaian dan menjadi jalan poros antara Tana Toraja dengan kabupaten dan kota-kota lain ke arah Makassar.
Tak jauh dari kampung halaman Sose, ada daerah bernama Baraka yang pernah jadi markas Kahar Muzakkar pada 1950-an. Tidak jauh dari situ, ada suatu tempat yang disebut Alla—pernah menjadi daerah perlawanan Pong Tiku melawan pemerintaha kolonial Belanda.
Orang-orang di daerah kelahiran Sose lebih suka mengklaim sebagai "orang Duri"—digolongkan sebagai Massenrempulu (etnis-etnis yang bermukim di Enrekang). Mereka menganggap bukan orang Bugis meski selalu digolongkan demikian oleh orang-orang di luar Sulawesi Selatan.
Ayah Sose adalah Puang Liu dan ibunya adalah Andi Sabbe. Puang adalah gelar terhormat di kawasan itu. Meski orang-orang di sana tak merasa sebagai orang Bugis, gelar bangsawan Bugis dipakai ibunda Sose serta Sose sendiri.
Puang Liu, kepala masyarakat di daerahnya, tidak berbeda sebagai raja kecil. Banyak kerajaan di luar Pulau Jawa adalah kerajaan-kerajaan kecil. Sose lahir pada 15 Maret 1930. Setelah belajar di Volkschool (sekolah rakyat yang cuma tiga tahun) di Anggeraja, Sose melanjutkan ke Schakelschool (sekolah rendah lanjutan) di Makale, Tana Toraja.
Demi kelancaran operasi penumpasan Kahar Muzakkar dan pengikutnya, Panglima Kodam Hasunuddin M. Jusuf menjauhkan Sose dari jangkauan Kahar. Antara tanggal 5 April dan 15 April 1964, Sose diperintahkan ke Jakarta dan ditahan tanpa pernah diadili. Kekayaan Sose pun disita. Semua bisnisnya diambil alih Kodam Hasanuddin.
Sose baru dibebaskan pada 1965 setelah Kahar dikabarkan terbunuh. Belakangan ia pensiun dengan pangkat brigadir jenderal. Kemudian, terjun ke dunia bisnis sepenuhnya. Ia makin kaya sebagai pimpinan dari Bank Marannu. Kelebihan uang membuatnya jadi dermawan di Sulawesi Selatan.(*)
Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube Tribun Timur :
Jangan Lupa Follow akun Instagram Tribun Timur: