Detik-detik Siti Zulaeha Tewas di Tangan Wahyu Jayadi, 3 jam Dalam Mobil Hingga Pelaku Emosi
Detik-detik Siti Zulaeha Tewas Ditangan Wahyu Jayadi, 3 jam Dalam Mobil Hingga Pelaku Emosi
Untuk hasilnyanya pun Kapolres Gowa AKBP Shinto Silitonga ,mengatakan masih dalam penyelidikan.
Namun, sampai saat ini, diketahui jika korban dibunuh karena ketersinggungan dan emosi yang tidak terkendali.
Ketika sudah berada dalam mobil Terios biru milik korban, dan tersangka sebagai sopir, mereka terlibat cek cok.
Korban dinilai terlalu mencampuri urusan pribadi tersangka, namun kata-kata apa yang diucapkan tersangka hingga membuat korban menamparnya, masih didalami polisi.
"Cekcok ini dipicu bahasa korban yang mencampuri pribadi pelaku. Korban juga menampar pipi pelaku di mobil," kata Shinto Silitonga.
Disitu Wahyu naik pitam. Ia menepikan kendaraan di Jl STPP Bontomarannu Gowa. Selanjutnya ia melakukan kekerasan fisik berkali-kali terhadap korban.
"Pelaku melakukan penekanan pada batang leher korban dengan tenaga yang luar biasa sehingga tulang leher korban patah dan pernapasan terhambat," tandas Shinto Silitonga.
Wahyu Jayadi kini telah ditahan Mapolres Gowa. Ia dijerat pasal berlapis, pasal 338 KUHP tentang pembunuhan serta pasal 351 ayat 3 KUHP tentang penganiyaan berat menimbulkan kematian.
"Ancaman hukuman bagi pelaku minimal lima belas tahun penjara," tandas Shinto Silitonga.
Baca: Selangkah Lagi Jadi Profesor, Sudah Diusulkan UNM, Apa yang Buat Wahyu Jayadi Tega Bunuh Zulaeha?
Baca: Resmi Dicopot sebagai Ketua UPT KKN UNM, Ini Hukuman yang Mengintai Wahyu Jayadi Usai Bunuh Zulaeha
Baca: Setelah Habisi Nyawa Siti Zulaeha, Wahyu Jayadi Telpon Suami Korban, Beri Tahu Ada Penemuan Mayat
Hubungan Tersangka dan Korban
Wahyu Jayadi dan Siti Zulaeha Djafar diketahui memang dekat layaknya saudara.
Orang tua Siti Zulaeha Djafar pun menganggapnya sedemikian rupa.
Sebelum meninggal, ibunda Siti Zulaeha Djafar sempat berpesan kepada Wahyu Jayadi untuk menjaga korban.
"Kita tak punya hubungan emosional dalam tanda kutip bahwa kita saling suka sama suka. Ini karena persoalan hubungan emosional karena hubungan keluarga. Saya ingat pesannya almarhumah mamanya, 'Jagai anrimmu, jagai anrimmu (jaga adikmu, jaga adikmu). Bahasa Bugisnya seperti itu. Taniako tau laing' (kamu bukan orang lain)," kata Wahyu Jayadi mengakui.