Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ronald Regeng, Loper Koran di Bulukumba dari Masa Soeharto Hingga Jokowi

Ia lahir di Bulukumba, tepatnya di Jalan Titang, Kelurahan Ela-ela, Kecamatan Ujung Bulu, tahun November 1986.

Penulis: Firki Arisandi | Editor: Imam Wahyudi
firki/tribunbulukumba.com
Ronald Regeng 

TRIBUNBULUKUMBA.COM, UJUNG BULU - Pagi itu, di akhir Desember 1996, masih masa kepemimpinan Presiden Soeharto, langit Bulukumba, Sulsel, sedang mendung.

Ronald Regeng sudah tahu, kalau Bulukumba bakal diguyur hujan hari itu.

Namun ia tetap menarik sepeda mustang-nya dari kolong rumah.

Rutinitasnya mendistribusikan koran tak boleh terhalang karena alasan hujan.

"Saya masih ingat, saat itu saya masih SD. Koran saya bungkus kantongan supaya tidak basah, sementara saya hujan-hujanan," kata Ronald, sapaannya, mengenang masa lalu.

Namanya memang kebarat-baratan, tapi Ronald bukanlah orang barat.

Ia lahir di Bulukumba, tepatnya di Jalan Titang, Kelurahan Ela-ela, Kecamatan Ujung Bulu, tahun November 1986.

Ronald juga tak mengetahui pasti mengapa orangtuanya memberikannya nama itu.

Namun yang pastinya, loper yang juga pelatih Gasiba Junior itu, mengidolakan sosok Ronaldo dari Brazil.

Ronald menceritakan, di rezim Soeharto, ia menjadi loper koran untuk Pedoman Rakyat.

Tak jarang ia terjatuh dari sepedanya, bahkan ia juga sering ditabrak.

Ronald kecil memang perkasa. Ia perkasa karena keadaan.

Anak pertama dari tiga bersaudara itu harus bekerja ekstra, untuk menambah uang jajan.

Ayahnya yang hanya seorang buruh lepas, tak cukup untuk kebutuhan tiga orang anaknya.

Dengan menjadi loper, kala itu Ronald mendapat upah paling banyak Rp 80000 setiap bulannya.

"Cukuplah untuk kebutuhan sekolah dan bantu-bantu orangtua saat itu," kata Ronald.

Setamat Sekolah Dasar, Ronald tak melanjutkan sekolahnya. Ia hanya fokus untuk menjadi loper koran.

Terlebih setelah ayahnya berpulang untuk selamanya. Ronald menjadi tumpuan keluarga satu-satunya.

Dengan perjuangannya itu, Ronald berhasil membiayai sekolah dan kuliah adik-adiknya.

"Satu adik saya tamat SMA. Satu sarjana di UIN Alauddin Makassar. Itu semua uang dari hasil jadi loper," katanya.

Bahkan 'uang panaiknya' (mahar) saat melamar Andi Irawati, perempuan yang dicintainya, dikumpulkan dari uang loper.

Saat itu, di tahun 2016, Ronald berhasil mengumpulkan Rp 35 juta, untuk modal menikah.

"Loper itu pekerjaannya tidak mengikat, menyenangkan. Banyak yang menawarkan saya kerjaan, tapi saya tidak mau," ujar Ronald.

Hingga masa Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat ini, Ronald masih aktif menjadi loper.

Jika dulu ia keliling menggunakan sepeda, saat ini dirinya telah mengendarai sepeda motor.

Dengan menjadi loper, Ronald mengaku semakin banyak kenalan. Mulai kalangan bawah hingga para pejabat di Bulukumba. (TribunBulukumba.com)

Laporan Wartawan Tribun Timur, @arisandifirki

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved