Ke Banda Neira, Hendrik Horas Kenang Bung Hatta & Sjahrir Guru Bapaknya, Ini Rumah Pengasingan
Ke Banda Neira, Hendrik Horas Kenang Bung Hatta & Sjahrir Guru Bapaknya, Ini Tempat Pengasingan
Jejak indonesia mini ada di kepulauan ini. Jejak warga keturunan Belanda, Tionghoa dan Arab masih ada hingga saat ini.
Reporter dan fotografer tribun-timur.com Makassar berkesempatan menjejakkan kaki di salah satu pulau terindah di Nusantara, Rabu (13/3/2019) siang bersama Hendrik Horas.
Rombongan meninggalkan Makassar dengan pesawat Garuda Indonesia Minggu (10/3/2019) dini hari ke Bandara Pattimura, Ambon.
Karena cuaca buruk, otoritas Pelabuhan di Ambon baru memberangkat Kapal Pelni pada Rabu (13/3/2019) pukul 01.30 dini hari.
Pelabuhan Ambon-Pelabuhan Banda Naira ditempuh kurang lebih 14 jam.
Tempat pertama yang dikunjungi salah satunya rumah pengungsian Bung Hatta dan Bung Sjahrir.
Rumah itu kini jadi cagar budaya dan salah satu spot wisata.
Di depan rumah pengungsian itulah, nenek Hendrik Horas, Ho Koh Cai, mukim.
Belakangan Bung Sjahrir pindah rumah.
Ho Koh Cai memasak dan anaknya Ho Sau Kun membawa makanan ke rumah Bung Hatta.
Selama di pengasingan, Belanda tidak membatasi gerak Bung Hatta.
Ini dimanfaatkan Bung Hatta mengajar warga. Ayah Hendrik Horas, Ho Sau Kun, menjadi salah satu murid bersama Des Alwi di tempat Hatta.
"Jadi bapak saya bersama Des Alwi pernah belajar ke Bung Hatta di sini," kata Hendrik Horas.
Kakek hendrik Horas sebagai saudagar mutiara punya radio, satu-satunya di Banda naira saat itu.
"Karena pengawasan intel Belanda saat itu, kakek saya sembunyi-sembunyi membawakan radio ke rumah Bung Hatta. Bapak saya cerita, Saluran Australia salah satu favorit Bung Hatta kala itu," kenang Hendrik Horas.
