Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ke Banda Neira, Hendrik Horas Kenang Bung Hatta & Sjahrir Guru Bapaknya, Ini Rumah Pengasingan

Ke Banda Neira, Hendrik Horas Kenang Bung Hatta & Sjahrir Guru Bapaknya, Ini Tempat Pengasingan

Editor: Mansur AM
Abdiwan/Tribun Timur
Pengusaha Makassar Hendrik Horas disambut di Pulau Banda Neira. Hendrik menyusuri jejak keluarganya di Pulau Pengasingan Bung Hatta dan Bung Sjahrir. 

TRIBUN-TIMUR.COM, BANDA NEIRA - Banda Neira atau Banda Naira. 

Welcome To Banda Naira. 

Demikian ucapan selamat datang disaksikan saat pertama kali kapal mau sandar di Pelabuhan Banda Nileira.

Selamat datang di Banda Neira
Selamat datang di Banda Neira (Tribun Timur)

Banda Neira salah satu kecamatan di Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.

Juga merupakan pusat administratif Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku.

Secara administratif, Banda Neira terbagi dalam 6 desa, yakni Dwiwarna, Kampung Baru, Merdeka, Nusantara, Rajawali, dan Tanah Rata.

Topografi pulau ini cenderung datar, sehingga memungkinkan didirikannya kota kecil. Pulau Banda Neira memiliki kantor pemerintahan, toko, dermaga, dan bandara. 

Penduduk pulau ini berjumlah 16.000 jiwa.

Banda Neira pernah menjadi pusat perdagangan pala dan fuli (bunga pala) dunia, karena Kep. Banda adalah satu-satunya sumber rempah-rempah yang bernilai tinggi itu hingga pertengahan abad ke-19. 

Kota modernnya didirikan oleh anggota VOC, yang membantai penduduk Banda untuk mendapatkan palanya pada tahun 1621 dan membawa yang tersisa ke Batavia (kini Jakarta) untuk dijadikan budak.

Pulau ini juga terkenal sebagai tempat pembuangan tahanan politik pada masa Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda. 

Beberapa tokoh perjuangan nasional yang pernah merasakan tinggal di pulau ini di antaranya Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, dan Cipto Mangunkusumo. 

Bung Hatta dan Sjahrir tiba d Banda Neira tahun 1936.

Dulunya Banda Naleira adalah pusat pemerintahan pertama VOC atau kolonial Belanda di awal tiba di Nusantara tahun 1609.

Kekayaan alam berupa pala di tempat ini sangat melegenda. Pala saat itu komoditas paling mahal dan laki di Eropa.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved