Cerita Pemuda Makassar Jadi Asisten Dosen di Johns Hopkins University AS
Fitrah saat ini sedang berada di Washington DC, Amerika Serikat, mengikuti program beasiswa bernama Fulbright Foreign Language Teaching Assistant.
Penulis: Fahrizal Syam | Editor: Imam Wahyudi
Sementara kehidupan di kampus, lanjut Fitrah, jika Ia ada kuliah hari Jumat, terkadang meminta izin untuk meninggalkan kelas lebih awal untuk ke mesjid.
"Dosen yang mengajarpun Alhamdulillah sangat pengertian dan menghargai saya sebagai Muslim yang harus beribadah di hari Jumat. Sekitar 2 dua kilometer dari kampus saya ada sebuah mesjid yang dibangun oleh komunitas Muslim African-American. Mesjid tersebut berdiri tidak lepas dari peran legenda tinju dunia yaitu Muhammad Ali. Yang mendirikan mesjid itu bernama Elijah Muhammad yang juga merupakan mentor dari Muhammad Ali," imbuhnya.
Pun demikian dengan makanan, Fitrah mengaku tidak pernah mengalami masalah karena selain banyaknya restauran atau food truck yang menjual makanan halal, di Washington DC sendiri banyak Asian Store atau toko yang menjual bahan makanan khas Asia, dan tak jarang saya mendapatkan sayur, ikan hingga bumbu dapur dari Indonesia.
"Budaya juga saya terkesan dengan sikap masyarakat yang selalu menghargai privasi kita. Saya tidak tahu di negara bagian lain di Amerika tapi di Washington DC masyarakat selalu meminta maaf terlebih dahulu jika melewati kita atau sedikit saja menyentuh kita di bus ataupun di kereta, hal yang bertolak belakang dari apa yang saya dengar dan yang biasa kita lihat di film-film," ucapnya.
"Selama 8 bulan hidup di Washington DC, Alhamdulillah saya belum pernah mendapat perlakuan yang tidak pantas dari warga malah saya yang justru belajar banyak dari kebudayaan Amerika. Terutama budaya menjadi relawan, ini yang membuat saya jatuh hati dan berharap bisa menanamkannya ke para siswa saya kelak ketika kembali ke Indonesia," harapnya.
Menurut Fitrah, meskipun Amerika sering dilanda isu tentang rasisme, tapi sejauh ini di lingkungan kampusnya belum pernah menemukan isu rasis tersebut.
"Menurut pantauan saya, para dosen sangat berhati-hati dengan hal ini dan semua mahasiswa diperlakukan sama. Justru mahasiswa Asia termasuk dari Indonesia mereka terkenal dengan kejeniusannya makanya tak jarang yang menjadi asisten dosen biasanya orang Asia," pungkas Fitrah. (tribun-timur.com)
Laporan wartawan tribun-timur.com, @fahrizal_syam