Pesan Terakhir Rayhan Terungkap Sebelum Tewas Mengenaskan Dianiaya Senior, Curhat ke Ibu Soal Ini
Pesan Terakhir Rayhan Terungkap Sebelum Tewas Mengenaskan Dianiaya Senior, Curhat ke Ibu Soal Ini
TRIBUN-TIMUR.COM - Pesan Terakhir Rayhan Terungkap Sebelum Tewas Mengenaskan Dianiaya Senior, Curhat ke Ibu Soal Ini
Sungguh malang nasib remaja yang satu ini.
Niatan Rayhan Al Sahri membahagiakan orangtua dengan lulus sekolah kandas di tengah jalan.
Dirinya mtewas mengenaskan dianiaya oleh seniornya hanya karena uang.

Baca: Lowongan Kerja BUMN 11 Ribu Posisi, Lulusan SMA SMK S1 S2, Daftar di rekrutbersama.fhcibumn.com
Baca: Sudah Daftar UTBK 2019?Login https://pendaftaran-utbk-2.ltmpt.ac.id/, LTMPT Pastikan Soal Jenis HOTS
Baca: Wow, McDonalds akan Bagi-bagi 1000 Sarapan Gratis, Catat Tanggalnya! Ini Alamat 4 Gerai di Makassar
Cek kisah selenfkapnya di sini:
Rayhan Al Sahri atau Aan (16), siswa Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Negeri Ladong di Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar, ternyata sempat curhat ke sang ibu, Reni Rahayu (41).
Diketahui Aan ditemukan tewas mengenaskan di atas bukit sekitar 300 meter dari belakang pekarangan asrama sekolahnya.
Reni menuturkan Aan sempat mengirim pesan melalui Facebook Messenger.
Ternyata hal itu merupakan pesan terakhir sebelum Aan disebutkan menghilang dan ditemukan tewas.
Dikutip TribunWow.com dari Serambinews.com, Rabu (6/3/2019), Reni menuturkan Aan pada Rabu (27/2/2019) sekitar pukul 17.21 WIB, sempat bercerita ada rekannya dipukuli bahkan Aan juga mengaku dipukuli.
Baca: LINK https://ssdm.pkh.kemsos.go.id/ Tutup Hari Ini, Buruan Daftar Pendamping PKH Kemensos, Cek Gaji
Baca: Akses Sekarang Link penerimaan.polri.go.id, Rekrutmen Polri 2019 untuk Akpol, Bintara dan Tamtama
Baca: Dikenal sebagai Perusak Harga Pasar dengan Jual Ponsel Murah,Siap-siap Harga Xiaomi akan Lebih Mahal
"Iya mama nggak tau tentang anak Medan kan. Lagi panas-panasnya nih di semua SUPM.
Udah sampek Jakarta.
Iya kemarin lah yang tinggal 2 angkatan sama anak kelas 2.
Anak Medan kelas 1 nya dipukulin.
Iya Aan pun kena tapi Aan diam-diam aja," tulis Aan di Facebook Messenger.
Baca: Cuaca Buruk, Kapal Fery Tujuan Bira-Pamatata Selayar Tidak Beroperasi
Baca: Jalan Akses Peti Kemas ke Pelabuhan Cappa Ujung Parepare Berlubang
Reni mengaku sempat membalas pesan Facebook Messenger Aan itu beberapa menit kemudian.
"Ada masalah apa An?," balas sang ibu pukul 17.26 WIB.
Namun setelah itu tidak ada kabar lagi sama sekali.
"Saya tanya ada masalah apa, tapi sudah nggak ada di balasnya pesan," ucap Reni.
Merasa resah dengan curhatan sang buah hati, Reni mengaku dirinya gelisah hingga meriang dua hari.
"Saya dalam 2 hari dari Rabu duduk sana kesini meriang. Badan saya gampang capek dan cuma duduk-duduk lihat TV."
"Saya pantau HP nggak ada kabar juga. Bahkan pas Jumat (1/3/2019) pagi, kayak ada yang manggil 'mama' teriak-teriak kayak suara Rayhan (Aan)," ungkap Reni.
"Saya terus terbangun dan nggak tenang. Pas lihat kawannya, bernama Kiki online saya coba hubungi. Terus dibilangnya Rayhan sudah 2 hari nggak pulang dan masih di cari."
"Saya bangunkan suami dan minta nomor HP sekolah dan dibilang pihak sekolah masih dicari dan saya kirim chattingan terakhir dia pada pihak sekolah," urai Reni.
Baca: Begini Jadinya saat Poster Jokowi-Maruf Dijadikan Penanda Jalan Berlubang, Ini Reaksi Tim Kampanye
Ia juga bercerita ketika Aan menghilang, pihak sekolah menghubungi dirinya.
"Pas Rayhan (Aan) hilang sekolah tidak ada kabari ke orangtua. Jawaban sekolah ada yang bilang tunggu 3 hari ada yang bilang 2 hari," ujarnya.

Kronologi
Awalnya, berdasarkan laporan SUPM Negeri Ladong, korban disebutkan sudah tidak berada di asrama sejak Selasa (26/2/2019) malam.
Hal tersebut diketahui saat apel (pengecekan) malam.
Pihak asrama kemudian segera mencari di sekitar kampus, namun Aan tak ditemukan.
Pencarian dilanjutkan esok harinya, Rabu (27/2/2019).
Petugas asrama, guru, dan pegawai SUPM Negeri Ladong berupaya mencari yang bersangkutan, tetapi masih tidak ditemukan.
Pihak sekolah pun berupaya menghubungi keluarga untuk mengonfirmasi keberadaannya, namun ternyata Aan tidak pulang ke rumahnya.
Dikutip dari Serambinews.com, Sabtu (2/2/2019), jasad Aan awalnya ditemukan oleh seorang pengembala domba, Abdul Munir (53).
Abdul Munir merupakan warga Gampong Ruyung, Kecamatan Mesjid Raya Aceh Besar.
Saat itu, Abdul sedang menggembala ternaknya di kawasan perbukitan Kompleks SUPM Ladong.
Perhatiannya kemudian tertuju pada sosok tubuh yang terletak di atas bukit sekitar 300 meter dari belakang pekarangan asrama sekolah tersebut.
Abdul pun mendekati sosok tersebut, dan menyadari ternyata yang ditemukannya merupakan tubuh yang sudah tak bernyawa.
Korban saat ditemukan dalam kondisi wajah yang mengalami luka parah.
Baca: Begini Jadinya saat Poster Jokowi-Maruf Dijadikan Penanda Jalan Berlubang, Ini Reaksi Tim Kampanye
Baca: Ketua Bawaslu Jeneponto Peringati Peserta Pemilu Tidak Melakukan Money Politik
Baca: Disbudpar Maros Pungut Retribusi di Rammang-rammang, HPI Minta Kejelasan
Selain itu pada belakang kepala juga terdapat luka memar.
Kondisi jenazah, memperlihatkan tanda-tanda penganiayaan berat.
Di bagian wajah terlihat menghitam seperti hantaman benda tumpul (dibenturkan) dan juga bekas seperti disulut rokok di bagian kening.
Setelah menemukan mayat, Abdul langsung melapor kepada seorang PNS di SUPM Ladong, Usman (33).
Usman melanjutkan laporan tersebut ke Polsek Krueng Raya.
Polsek Krueng Raya kemudian ke lokasi dan melakukan penyelidikan.
Ciri-ciri jasad korban saat itu mengenakan baju oblong biru dan celana sekolah warna biru SUPM Ladong, tali pinggang, sandal jepit hitam, dan jam tangan tali cokelat yang masih melingkar di pergelangan tangan kirinya.
Aan yang merupakan siswa SUPM Negeri Ladong itu disebutkannya berkulit sawo matang, rambut lurus potong pendek, tinggi 160 cm, berat 50kg.
Dalam aksesoris yang dikenakan mayat, memakai sendal jepit warna hitam, jam tangan merek Swis Army dengan tali warna coklat jam warna hitam.

Kapolresta Banda Aceh, Kombes Pol Trisno Riyanto SH yang dihubungi Serambi, Jumat (2/3/2019) malam, menuturkan ada dugaan mayat merupakan korban pembunuhan.
“Besar dugaan korban sempat mengalami penganiayaan berat sebelum meninggal dunia."
"Di tubuh korban ditemukan sejumlah tanda-tanda kekerasan. Nanti dari hasil visumnya baru kita ketahui pasti korban mengalami kekerasan di bagian mana saja,” kata Kapolresta Trisno.
Namun hal itu belum hanya spekulsi belum ditemukan buktinya.
Trisno mengatakan kasus dugaan pembunuhan tersebut masih dalam penyelidikan dan pendalaman oleh personel Satuan Reskrim Polresta dan Polsek Krueng Raya, Aceh Besar.
Ia berharap kasus ini segera terungkap, mengingat terjadinya di belakang asrama sekolah kejuruan bidang perikanan itu.
Humas SUPM Angkat Bicara
Humas SUPM Negeri Ladong, Harun SPi MSi belum bisa berkomentar banyak mengenai kasus kematian siswanya tersebut.
Ia hanya berharap polisi bisa secepatnya menemukan titik terang kasus tersebut.
“Semoga polisi bisa secepatnya mengungkap kasus ini,” ujar Harun didampingi keluarga korban.
Sedangkan keluarga korban juga belum bisa memberikan komentar dan menyerahkan pengusutan kasus itu kepada pihak kepolisian.

Kementerian Perikanan Beri Respon
Dikutip TribunWow.com dari Siaran Pers Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) KKP, Sjarief Widjaja menuturkan pihaknya akan ikut mengawal proses penyelidikan penyebab tewasnya Aan.
Ia mengatakan, jika penyebab tewasnya Aan karena tindak kekerasan, pihaknya tak segan-segan pihaknya akan memberikan hukuman tegas kepada sekolah.
Menurutnya instansi pendidikan KKP tidak dididik menggunakan kekerasan.
Aan menyatakan, tindakan hukuman bisa saksi administrasi bagi pelaku, pembinanya, hingga SPUMnya sendiri.
“Kita berketetapan bahwa di kampus-kampus di bawah naungan KKP tidak ada proses pendidikan seperti itu (menggunakan kekerasan)," ujar Sjarif, pada Selasa (5/3/2019).
"Dan seandainya terbukti ternyata ada pihak internal yang terlibat, maka kami akan melakukan tindakan yang tegas."
"Dari sisi pidana memang akan dikembalikan kepada pihak berwajib untuk melaksanakan."
"Dan kalau memang ada (yang terlibat), sanksi administrasi akan kami laksanakan, mulai dari tarunanya sendiri, kemudian pembinanya, sampai kepada SUPM-nya,” tegas Sjarief.
Syarif juga mengatakan pihak keluarga korban telah meminta agar interogasi juga dilakukan kepada teman-teman korban.
Saat ini kasus ini telah ditangani pihak kepolisian dibantu guru-guru dan petugas asrama.
“Pihak keluarga meminta agar segera diproses diteruskan, dan kami memang mendorong pihak kepolisian segera menginvestigasi dan mencari tahu apa penyebab meninggalnya Saudara Rayhan tadi,” ungkap Sjarief.
Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube Tribun Timur :
Jangan Lupa Follow akun Instagram Tribun Timur:
Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Ditemukan Tewas Mengenaskan di Belakang Asrama, Terungkap Ini Curhatan Terakhir Rayhan kepada Ibunya, http://wow.tribunnews.com/2019/03/07/ditemukan-tewas-mengenaskan-di-belakang-asrama-terungkap-ini-curhatan-terakhir-rayhan-kepada-ibunya?page=all.