Warkop Labolong, 7 Tahun Menemani Penikmat Kopi di Sengkang
Warkop Labolong terletak di Jl Beringin, Sengkang, Kabupaten Wajo. Warkop Labolong mengusung konsep semi outdoor.
Penulis: Hardiansyah Abdi Gunawan | Editor: Suryana Anas
TRIBUN-WAJO.COM, SENGKANG - Sebelah kanan bangunan itu dipenuhi tumbuhan rambat. Meski tak lebat, barangkali sudah terlalu tua, beberapa di antaranya sudah menjulur ke bawah dengan daun yang mengering serta gugur.
Pemiliknya, sengaja membiarkan tumbuhan rambat itu tumbuh. Tumbuhan rambat itu adalah pohon anggur.
Ada sepeda ontel tua tergantung. Hitam dan karatan. Tak luput dari lilitan tumbuhan rambat tersebut. Ada sepeda motor tua yang yang jadi pajangan di tengah warung kopi tersebut. Warkop Labolong namanya. Terletak di Jl Beringin, Sengkang, Kabupaten Wajo.
Baca: Malam Munajat 212 - Titiek Soeharto Shalat Magrib di Monas, Prabowo Bakal Hadir?
Baca: Ditetapkan Tersangka, Ini Fakta dan Sepak Terjang Slamet Maarif Ketua PA 212
Baca: Relawan Jokowi Mania Nyaris Adu Jotos dengan Ketua Alumni 212 Novel Bamukmin Saat Live di Televisi
Ada beberapa orang sedang asik berbincang sesekali menyesap kopi. Ada pula yang sibuk dengan ponselnya. Bising kendaraan yang lalu lalang tak tersaring masuk ke telinga. Warkop Labolong mengusung konsep semi outdoor.
Pemiliknya, Marsyam Ahmad, yang gemar mengunjungi tempat-tempat baru dengam motor vespanya terinsparasi dari tempat-tempat yang pernah dikunjunginya.

"Ini terinspirasi dari teman-teman dari Jawa sama Bali. Saya lihat konsep mereka, dan saya rasa itu cocok untuk diterapkan di Sengkang," katanya kepada Tribun Timur, Sabtu (23/02/2019).
Warkop Labolong sudah menemani para penikmat kopi di Bumi Lamaddukelleng sejak 2011 lalu. Mulanya, Abol, saoaan karib Marsyam Ahmad memulainya di dekat Terminal Callaccu Sengkang. Lalu, memilih pindah ke Jl Bau Mahmud, tepat di dekat kantor KPU Kabupaten Wajo.
Dua tempat itu disewanya dengan biaya yang tak sedikit. Bahkan, Abol nyaris menutup usaha jualan kopinya tersebut lantaran terkendali pada pembayaran kontrakan tempat.
"Itu waktu jalan 3 tahunan, karena terbentur persoalan kontaran, pas kemarin kita habis pugar full (temoat sekarang), dan kontrakan habis kiat habis. Kita punya pemikiran kemarin, meskipun agak di luar kota tapi sudah milik sendiri," katanya.
Abol menganggap bahwa kopi yang disajikan ke konsumennya adalah kopi rakyat. Sebab, kopi yang diproses dan diraciknya sendiri itu bisa diterima di lidah masyarakay Sengkang.
"Ini kopi rakyat. Kita menyebutnya kopi rakyat," kata penghulu di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Wajo tersebut.
Kopi tersebut diperolehnya dari petani-petani kopi di Tana Toraja. Jenis arabika. Lalu, diproses dan diracik sendiri sebelum disajikan ke konsumen. Tak cuma kopi, Warkop Labolong juga menyediakan berbagai minuman dingin dan makanan ringan untuk menemani bercengkrama.
Warkop Labolong ramai dikunjungi anak-anak komunutas. Terutama komunitas motor dan gamers. Adapula polisi, pekerja kantoran swasta, serta pegawai negeri yang datang.
Tentu, di tengah menjamurnya warung kopi bak cendawan di musim hujan di Sengkang, Kabupaten Wajo, tetap bersaing adalah salah satu kunci. Alumni Fakuktas Agama Islam Universitas Muslim Makassar tersebut menyebutkan, selain menjaga cita rasa kopi, menjalin komunikasi yang baik adalah juga kuncinya.
"Bagaimana hubungan kepada konsumen kita jaga, kita kan di sini banyak komunitas, interaksi kita ke konsumen itu penting, dan kita sesuai kemampuan konsemen dan hobinya," katanya.
Tak cuma warkop, kini Warkop Labolong juga menjajakan kopi keliling menggunakan mobil Volkswagen ke sejumlah titik keramaian di Sengkang, Kabupaten Wajo. Selama 7 tahun menemani para penikmat kopi di Sengkang, kini Warkop Labolong memliki omzet sekitar Rp 60 juta per bulan. (TribunWajo.com)
Laporan wartawan Tribun Timur @dari_senja
Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube Tribun Timur :
Follow juga akun instagram tribun-timur.com:
A