Dijaga 25 Sekuriti, Taruna Aldama Tewas Dianiaya Senior! Begini Pengamanan di Kampus ATKP Makassar
Aldama, taruna ATKP Makassar, tewas setelah dianiaya seniornya M Rusdi (21) pada Minggu (3/2/2019) lalu.
Penulis: Muslimin Emba | Editor: Arif Fuddin Usman
"Hanya di halaman gedung kita pantau, untuk di dalam asramanya, ada pengasuhnya masing-masing," ujarnya.
500-600 Taruna
Sepengetahuan Tri Margono, total taruna dan taruni di ATKP Makassar berkisar 500-600 orang yang menempati dua asrama, Charly dan Alfa.
Lokasi penganiayaan yang dilakukan Muh Rusdi terhadap juniornya Aldama berada di asrama Alfa.
Baca: Paman Aldama Putra Taruna ATKP Makassar Harap Ada Sanksi Pelaku Penganiayaan
Baca: Keluarga Histeris Saat Aldama Taruna ATKP Makassar Dimakamkan di Maros
Namun, Tri Margono mengaku tidak mengetahui persis sistem keamanan yang diterapkan di asrama ATKP Makassar.
Bahkan Tri juga tidak tahu kejadiannya itu di asrama sang senior Rusdi atau asrama korban, Aldama.
Direktur ATKP Makassar Agus Susanto yang dikonfirmasi mengungkapkan, lokasi penganiayaan terhadap Aldama telah dipasangi garis polisi oleh Polrestabes Makassar guna kepentingan penyelidikan.
Awak media pun dilarang untuk mengambil gambar di sekitar lokasi peristiwa tewasnya Aldama tersebut.
"Koordinasi ke polisi pak. Soalnya TKP-nya sudah dipasang garis polisi, jadi lebih lanjutnya kordinasi ke pihak kepolisian pak," kata Agus Susanto saat tribun-timur.com berusah mengambil gambar.
Evaluasi Pengelolaan
Terpisah, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementrian Perhubungan, Novyanto Widadi memberi penjelasan terkait tewasnya Aldama.
Saat ditemui di lokasi pemakaman Aldama, di Maros, Novyanto Widadi mengungkapkan akan melakukan evaluasi terhadap sistem pengelolaan ATKP khususnya keamanan taruna.
Baca: Medsos Aldama Putra Dibanjiri Ucapan Duka, Keluarga Mengaku Dibohongi Pihak ATKP, Ini Wajah Pelaku
Baca: Viral ATKP Pembunuh, Gegara Helm, Aldama Tewas di Tangan Senior di ATKP Makassar! Tersangka Baru?
"Evaluasi pasti dilakukan, untuk evaluasi keselamatan (taruna) tentunya dibutuhkan alat, alat itu adalah sistem yaitu sistem pelaporan," kata Novyanto Widadi.
Menurut Ketua Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug ini, selama ini taruna di APTK Makassar tidak mempunyai wadah untuk melaporkan jika ada ancaman untuk keselamatan dirinya.
"Mereka (taruna) itu tidak punya alat untuk melaporkan bahwa mereka itu terancam, dianiaya. Jadi mungkin harusnya seorang taruna Wa (whatsApp ke direktur bahwa ia terancam, jadi ada sistem pelaporan," tegasnya.
Selama ini, pihaknya mengaku telah memberlakukan sistem pelaporan tertulis itu. Namun, belum maksimal.
"Sudah diterapkan, namanya hazard report. Hazard itu apa, yaitu bahaya, bahaya kepada siapa, bahaya kepada diri sendiri, orang lain dan lingkungan," ujarnya. (*)
Lebih dekat dengan Tribun Timur, subscribe channel YouTube Kami:
Follow juga akun instagram official Kami: