Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kapal TNI AL Temukan Black Box, Akankah Ungkap Penyebab Jatuhnya Lion Air JT 610?

Black box berisi cockpit voice recorder milik pesawat Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT 610 ditemukan oleh KRI Spica 934 milik TNI AL

Editor: Anita Kusuma Wardana
Ilustrasi black box Lion Air. 

TRIBUN-TIMUR.COM-Black box berisi cockpit voice recorder milik pesawat Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT 610 ditemukan oleh KRI Spica 934 milik TNI AL, Senin (14/1/2019).

"KRI Spica-934 menemukan CVR pada posisi koordinat 05 48 46,503 S - 107 07 36,728 T di perairan Tanjung Kerawang, Jabar," kata Kepala Pushidros TNI AL Laksamana Muda Harjo Susmoro dalam keterangannya.

Harjo menuturkan, sebanyak 18 orang penyelam Dinas Penyalaman Bawah Air dan tiga orang penyelam Komando Pasukan Katak diturunkan ke bawah air setelah titik koordinat itu ditentukan.

UPDATE Black Box Lion Air JT 610, Ungkap 13 Menit Mencekam Pilot Berjuang Pertahankan Pesawat
UPDATE Black Box Lion Air JT 610, Ungkap 13 Menit Mencekam Pilot Berjuang Pertahankan Pesawat (DOKUMENTASI PUSHIDROSAL)

"Pada pukul 08.40 wib penyelam atas nama Serda Ttg Satria Margono berhasil menemukanya CVR dimaksud," ujar Harjo.

Baca: VIDEO: Gelar Pelepasan 13 Purnawirawan, Ini Pesan Kapolres Pangkep

Baca: Satu Black Box Lion Air JT 610 Akhirnya Ditemukan, Lokasinya di Sini

Baca: Masih Ada APK Caleg di Jeneponto Dipasang di Pohon

Baca: VIDEO: Pindah Tugas, Polwan Pangkep Ini Dapat Kenang-kenangan Cincin

Baca: PSM Butuh Pelatih, Karyawan Bosowa Semen Pilih Riedl atau Peter Segart

Baca: KSOP Parepare Akan Panggil Nahkoda MT Golden Pearl Terkait Tumpahan Minyak di Laut

Baca: Tiket Pesawat Dikabarkan Turun, Bandingkan Harganya Sekarang, UPG-CKG Paling Murah Rp 1,082 Juta

Selanjutnya, black box diangkut ke KRI Spica sebelum dibawa ke Jakarta.

Pantauan Kompas.com di KRI Spica, para penyelam tengah beristirahat setelah menunaikan tugasnya.

Awak media yang berada di KRI Spica masih menunggu pihak berwenang untuk mengetahui informasi lebih lengkap terkait penemuan black box.

Lokasi pencarian black box Lion Air JT 610 di perairan <a href='https://makassar.tribunnews.com/tag/karawang' title='Karawang'>Karawang</a>, Senin (14/1/2019).

Lokasi pencarian black box Lion Air JT 610 di perairan Karawang, Senin (14/1/2019).(KOMPAS.com/Ardito Ramadhan D)

CVR tidak hanya merekam percakapan pilot dan kopilot, namun juga beragam suara yang bisa merupakan petunjuk penting, seperti suara mesin, suara alarm, bahkan suara kursi yang digeser jika awak kabin bergerak.

Pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang jatuh di Tanjung Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10/2018) pagi, setelah 13 menit lepas landas dari Bandara Soetta.

Pesawat dipiloti Bhavye Suneja dan kopilot Harvino. 

Dengan ditemukannya CVR ini, maka akan terungkap 13 menit mencekam saat pilot dan kopilot Lion Air PK-LQP berjuang mati-matian mempertahankan pesawat sebekum menukik tajam ke perairan Tanjung, Karawang, Jawa Barat.  

Sebelumnya tim penyelam Basarnas menemukan black box bagian flight data recorder (FDR), Kamis (1/11/2018). 

Black  box Lion Air JT 610 itu temukan oleh penyelam TNI AL, Sertu Hendra dan dibawa ke KM Baruna 01 pada pukul 10.00 WIB.     

Dikutip dari tayangan Breaking News MetroTV, black box ditemukan di lokasi berjarak 400 meter dari lokasi terakhir hilangnya Lion Air JT 610 dengan kedalaman 30 meter. 

Sebelumnya dalam laporan awal tersebut disajikan data dari kotak hitam Flight Data Recorder (FDR) yang menunjukkan bahwa sebelum jatuh, hidung pesawat Lion Air JT610 turun secara otomatis hampir 24 kali dalam 11 menit.

Pilot dan kopilot berulang kali berupaya untuk membawa pesawat naik kembali, sebelum akhirnya kehilangan kontrol.

Pesawat kemudian menukik dengan kecepatan sekitar 700 kilometer per jam, sebelum akhirnya menghantam laut.

Data FDR Lion Air JT610 bisa dilihat di foto di bawah ini. Perhatikan grafik biru TRIM MANUAL dan grafik orange TRIM AUTOMATIC.

Hidung pesawat turun lebih dari 20 kali dalam 11 menit (grafik oranye). Grafik biru menunjukkan upaya pilot membawa hidung pesawat naik kembali. 

Data FDR Lion Air JT610. Grafik biru dan orange (dua paling atas) menunjukkan upaya pilot menaikkan hidung pesawat, melawan kendali otomatis yang membawa hidung pesawat turun.
Data FDR Lion Air JT610. Grafik biru dan orange (dua paling atas) menunjukkan upaya pilot menaikkan hidung pesawat, melawan kendali otomatis yang membawa hidung pesawat turun.(KNKT)

Laporan awal KNKT dari pembacaan data FDR ini konsisten dengan penyelidikan Boeing soal sistem Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS).

MCAS adalah sistem otomatis yang mencegah pesawat stall atau kehilangan daya angkat dengan menurunkan hidung pesawat secara otomatis, meski dalam kondisi terbang manual (Autopilot OFF).

Meski demikian, MCAS bukan satu-satunya faktor penyebab jatuhnya Lion Air JT610. Kepala Subkomite Penerbangan KNKT, Nurcahyo Utomo sendiri dalam jumpa pers di kantor Kemenhub, Rabu (28/11/2018), mengatakan bahwa insiden ini merupakan multiple failure.

"Pilot menghadapi berbagai kerusakan dalam waktu yang sama," kata Nurcahyo.

Faktor lain yang masih diselidiki saat ini adalah sensor Angle of Attack (AoA) dalam pesawat. Sensor mirip sirip kecil yang berada di samping hidung pesawat ini mendeteksi sudut angle of attack (kemiringan hidung pesawat) saat terbang.

KNKT juga mengungkap kerusakan yang sama yang dialami oleh PK-LQP dalam penerbangan sehari sebelumnya (28/10/2018), yakni rute Denpasar-Jakarta.

Saat itu, kopilot mengatakan bahwa kendali pesawat terasa berat saat ditarik ke belakang (untuk membawa hidung naik).

Pilot kemudian mengubah trim stabilizer ke posisi CUTOUT, untuk mematikan sistem trim otomatis, sehingga trim diatur secara manual.

Langkah itu sesuai dengan rekomendasi yang dikeluarkan Boeing dan Federal Aviation Admisnitration (FAA), setelah kecelakaan JT610 terjadi.

Menurut Nurcahyo, KNKT selanjutnya akan berdiskusi dengan Boeing dan FAA di Amerika Serikat (AS), untuk membahas temuan awal ini.

Menurut laporan itu ada perbedaan data sensor Angle of Attack (AoA).

"Data Flight Data Recorder (FDR) merekam adanya perbedaan antara AoA kiri dan kanan sekitar 20 derajat, yang terjadi terus menerus sampai dengan akhir rekaman," ungkap Kapten Nurcahyo Utomo, Kepala Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT, di hadapan wartawan.

Sensor yang disebut angle of attack ini memberikan data tentang sudut terkait hembusan angin melalui sayap, sehingga pilot bisa mengetahui daya angkat pesawat saat itu.

AOA adalah parameter penting yang membantu sistem pesawat mengetahui apakah posisi bagian hidung pesawat terlalu tinggi. Jika terlalu tinggi pesawat bisa mengalami apa yang disebut aerodynamic stall dan jatuh.

KNKT
"Data Flight Data Recorder (FDR) merekam adanya perbedaan antara AoA kiri dan kanan sekitar 20 derajat, yang terjadi terus menerus sampai dengan akhir rekaman," ungkap Kapten Nurcahyo Utomo, Kepala Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT, di hadapan wartawan/BBC NEWS INDONESIA.

Pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang jatuh di Tanjung Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10/2018) pagi.

Pesawat itu mengangkut 181 penumpang dan 8 awak.

Semua penumpang dan awak diduga tewas dalam kecelakaan itu.

Total ada 125 jenazah korban jatuhnya pesawat yang teridentifikasi dari total 189 penumpang dan awak kabin yang menaiki pesawat naas tersebut.

Black Box Pertama 

Dua prajurit TNI yang berhasil menemukan Black Box Pesawat Lion Air JT-610 mendapat penghargaan dari Presiden RI Ir. H. Joko Widodo, saat meninjau Posko Evakuasi di Jakarta International Container Terminal II (JICT II), Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (2/11/2018).

Presiden RI Joko Widodo tiba di lokasi sekitar pukul 16.02 WIB dan disambut oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, S.I.P., Kepala Basarnas Marsdya TNI M. Syaugi, Pangkoarmada I Laksda TNI Yudo Margono, S.E., M.M. dan Kapushidrosal Laksda TNI Harjo Susmoro.

Baca: Ini Penyebab Listrik Padam di Sejumlah Daerah di Selayar

Baca: Selayar Berawan Hari Ini, Kecepatan Angin 10 - 15 Knots

Baca: Inilah Pekerjaan Maulia Lestari Sebelum Jadi Finalis Putri Indonesia, Kini Diduga Masuk Prostitusi

Baca: Tarif Maulia Lestari, Baby Shu, Fatya Ginanjarsari, Riri Ferbian, Aldiena Chena, Tiara Permatasari

Baca: Jeneponto Berpotensi Hujan Lokal, Suhu 32 Derajat Celcius

Pada kesempatan tersebut, Presiden RI Joko Widodo menyampaikan apresiasi kepada tim penyelam yang sudah bekerja mencari Kotak Hitam (Black Box) pesawat dan mengevakuasi penumpang Lion Air JT-610 yang jatuh di perairan Tanjung Karawang, Laut Jawa, Jawa Barat, Senin 29 Oktober 2018 yang lalu.

Baca: Prakiraan Cuaca Hari Ini - Selayar Hari Ini Berawan, Tinggi Gelombang Aman

Black Box Lion Air
Black Box Lion Air ()

Baca: TERPOPULER: Mamah Dedeh Kini Terkenal, Beginilah Tampakan Rumah Mewahnya, Ini Foto-fotonya

Baca: Kronologi Lengkap Saddil Ramdani Diminta Nikahi Mantan Pacar Padahal Sudah Jadi Tersangka Penganiaya

 “Saya ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh jajaran di Basarnas, TNI, Polri, Kemenhub, BPPT, KKP, Pertamina, yang semuanya bekerja secara penuh pagi, siang dan malam,” kata Presiden RI Joko Widodo dalam rilis yang diterima Tribun dari Kabidpenum Puspen TNI, Kolonel Sus Taibur Rahman, Sabtu (3/11/2018).

Kedua Prajurit TNI tersebut berasal dari Batalyon Intai Amfibi Marinir 1 atas nama Sertu Mar Hendra Saputra dan Kopda Mar Nur Ali.

Mereka menemukan Black Box Pesawat Lion Air JT-610 di hari keempat pelaksanaan Search and Rescue (SAR).

Baca: Festival DJ se-Sulawesi Akan Digelar di Makassar

Baca: Kronologi Lengkap Saddil Ramdani Diminta Nikahi Mantan Pacar Padahal Sudah Jadi Tersangka Penganiaya

Baca: VIDEO: Tim Gegana Amankan Tas Diduga Berisi Bom di Hotel Matos Mamuju

Untuk memaksimalkan pencarian korban dan badan pesawat Lion Air JT-610, TNI telah mengerahkan 6 KRI yaitu KRI Banda Aceh 593, KRI Sikuda 863, KRI Tenggiri 865, KRI Rigel 933, KRI Torani 860, KRI Lemadang 632, dan 4 Sea Rider, serta sejumlah personel satuan khusus TNI AL dari satuan Kopaska, Tim Denjaka dan Taifib serta dari satuan Dislambair.

Terungkap Pembicaraan Terakhir Pilot

Rekaman pembicaraan terakhir pilot pesawat Lion Air JT 610, Bhavye Suneja pun mulai beredar dan terungkap setelah hampir dua pekan black box pesawat Lion Air JT 610 ditemukan.

Isi pembicaraan pilot yang terekam di dalam black box pesawat Lion Air JT 610 pun mengungkapkan kronologi detik-detik terakhir pesawat sebelum hilang kontak.

Baca: Pasca Jatuhnya Lion Air JT-610, Seperti Ini Tren Statistik Penumpang Lion Air di Bandara Ngurah Rai
 

Namun, bagian lain dari black box, yakni CVR (Cockpit Voice Recorder) masih belum bisa ditemukan hingga saat ini.

CVR diduga berada di kedalaman sekitar 32 meter.

Ada 151 penyelam yang diterjunkan untuk pencarian korban dan CVR ini.

Lalu, bagaimana kronologi detik-detik terakhir jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 sebelum hilang kontak sebenarnya?

Melansir dari Grid.ID, berikut adalah percakapan pilot dan co-pilot sebelum Lion Air JT 610 jatuh.

Pukul 06.20 WIB pesawat Lion Air JT 610 take off dari bandara Soetta.

Awalnya, pesawat masih mampu naik cepat sampai di ketinggian 27.000 kaki tanpa masalah.

Co-pilot Lion Air JT 610 menghubungi ATC bandara

Dua menit setelah lepas landas, co-pilot Harvino meminta posisi pesawat dipertahankan karena adanya kondisi tidak normal.

Menara ATC kemudian menanyakan masalah apa yang terjadi pada pesawat tersebut yang dijawab Harvino dengan adanya masalah pada kendali penerbangan.

Menara ATC melihat Lion Air JT 610 turun mendadak dari ketinggian

ATC Soekarno Hatta sempat meminta Lion Air naik ke posisi 5.000 kaki setelah sempat alami penurunan ketinggian secara mendadak.

Baca: Terlibat Prostitusi Artis, Robby Abbas Sebut Ada yang Sampai Hamil : Dia Artis Ternama

Baca: BREAKING NEWS: Manajemen PSM Makassar Umumkan Pemain Baru di Hotel Aryaduta

Baca: Promo Januari, Nginap di Kamar Superior Room Hotel Claro Mulai Rp 600 Ribu

Perintahkan Sriwijaya Air menghindar

ATC bahkan sempat memerintahkan sebuah pesawat maskapai Sriwijaya Air yang tengah melintas untuk menghindar dan memberi jalan kepada Lion Air JT 610 yang terus melaju tidak stabil.

Pilot kembali ungkapkan adanya masalah

Pukul 6.29, pilot Lion Air kembali mengungkapkan ada masalah dengan pengendali penerbangan, sehingga penerbangan dilakukan secara manual.

Maka pada menit ke-10, Lion Air JT 610 mengabarkan sudah putar balik ke bandara Soekarno Hatta untuk mendarat lagi di sana.

Permintaan itu kemudian disetujui oleh pihak ATC.

Avionik alami malfungsi

Pada menit ke-11, pilot tak bisa memastikan posisi pesawat karena indikator ketinggian dan sistem lainnya di avionik menunjukkan kesamaan.

Pilot juga meminta agar di ketinggian 3.000 kaki tak ada penerbangan lain agar Lion Air JT 610 dapat aman menuju jalur Bandara Soekarno-Hatta.

Satu menit kemudian, ATC kembali menghubungi kesiapan Lion Air JT 610 untuk mendarat di bandara, tetapi tidak ada balasan.

ATC juga sempat menghubungi pesawat Batik Air 6410 yang terbang di sekitar area untuk mengidentifikasi secara visual maupun radar posisi dari Lion Air JT 610.

Namun, Batik Air 6410 juga tak menemukan keberadaan Lion Air JT 610.

Hingga kini penyebab permintaan kembali ke bandara keberangkatan tersebut masih menjadi misteri dan sedang diselidiki. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ini Titik Lokasi Penemuan Black Box Lion Air JT 610", . 

Penulis : Ardito Ramadhan
Editor : Dian Maharani

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved