Cerita Korban Gempa Asal Palu, Kakinya Terpaksa Diamputasi di Rumah Sakit Wahidin Makassar
Siswi MAN 1 Kota Palu itu bertahan di posko korban gempa di BTP, bersama ayahnya, M Yusuf (46).
Penulis: Amiruddin | Editor: Nurul Adha Islamiah
Laporan Wartawan Tribun Timur, Amiruddin
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Sejumlah korban gempa asal Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), saat ini diketahui masih berada di Kota Makassar.
Seperti terlihat di Posko Korban Gempa Sulteng, di Bumi Tamalanrea Permai (BTP), Jl Kejayaan Timur 1 No 260, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar.
Di posko tesebut masih terdapat sembilan kepala keluarga, yang jumlahnya sekitar 40 orang.
Baca: Terungkap, Isi Surat Wasiat Suzanna Sebelum Meninggal 10 tahun Lalu, ini Pesan ke Anak & Suaminya
Baca: Bagaimana Nasib 4 Bidan PTT di Wajo yang Tidak Penuhi Kriteria Pengangkatan CPNS?
Baca: Tanjung Bunga Lakukan IPST, Jamin Kualitas Bangunan Sebelum Diserahkan
Salah seorang korban gempa yang masih bertahan, yakni Nurul Istikharah (16).
Siswi MAN 1 Kota Palu itu bertahan di posko korban gempa di BTP, bersama ayahnya, M Yusuf (46).
Ibunya, Risni dan adiknya, Nurul Istiqomah meninggal dunia dalam gempa berkekuatan 7,4 skala richter tersebut.
Bukan hanya itu, rumahnya di Perumnas Balaroa, Jl Kenanga, Kelurahan Balaroa, Kecamatan Palu Barat, kini telah hancur diterjang gempa dan tsunami, yang juga disertai likuifaksi itu.
Beruntung, Nurul Istikharah masih bisa selamat, setelah tiga hari bertahan dalam reruntuhan.
"Selama tiga hari saya bertahan di bawah reruntuhan, hingga akhirnya saya diselamatkan oleh relawan. Sedangkan nyawa ibu saya tak tertolong, setelah kami bersama selama tiga hari di bawah reruntuhan," kata Nurul Istikharah kepada tribun-timur.com, Kamis (20/12/2018).
Meski selamat dari gempa dahsyat tersebut, kondisi Nurul tak lagi sama dengan sebelum gempa.
Ia kini harus kehilangan kedua kakinya, setelah diamputasi di RSUP dr Wahidin Sudirohusodo, Kota Makassar.
Meski sebelumnya pihak keluarganya menolak, namun Nurul ikhlas dengan keputusan tim dokter melakukan amputasi.
"Saya ikhlas diamputasi. Selamat setelah tiga hari di bawah reruntuhan, itu sudah sangat Alhamdulillah bagi saya kak," ujarnya.
Sebelum dirawat di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo, Nurul ternyata sempat dibawa ke tiga rumah sakit berbeda, yakni RS Bhayangkara dan RS Undata di Palu, serta RS Pasangkayu di Sulawesi Barat.
Namun, Nurul gagal mendapatkan pertolongan di rumah sakit itu, gegara peralatan untuk menyembuhkan kakinya tidak memadai.
Ayah Nurul, M Yusuf mengaku sempat pula menolak keputusan dokter di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo mengamputasi kaki anaknya.
"Saya tidak tega melihat ia diamputasi. Tetapi keinginan Nurul yang ikhlas demi kesembuhannya, akhirnya ia diamputasi oleh dokter," ujar Yusuf.
Saat ini, Nurul masih dalam perawatan dokter RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo.
Untuk bergerak, ia tampak membutuhkan bantuan ayahnya. Paha kirinya juga tampak masih diperban.
"Semoga lekas sembuh, saya ingin sekolah lagi," ujarnya.
Bukan hanya Nurul, di posko tersebut juga terdapat korban gempa lainnya yang mengalami luka di bagian kepala, punggung, dan kaki.
Untuk kebutuhan sehari-hari, korban gempa asal Sulteng di BTP hanya mengandalkan bantuan dermawan.
Bagi dermawan yang ingin membantu korban gempa asal Sulteng tersebut, bisa datang langsung ke posko korban gempa Palu, Bumi Tamalanrea Permai (BTP), Jl Kejayaan Timur 1, No 260 atau Masjid Al Muamalah, yang jaraknya dekat posko tersebut.
Subscribe untuk Lebih dekat dengan tribun-timur.com di Youtube:
Jangan lupa follow akun instagram tribun-timur.com