Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Begini Keunikan Badik yang Dipamerkan Kombinasi78 di Benteng Roterdam

Badik bersarung perak gandaria itu cukup menarik perhatian pengunjung. Lalu apa keunggulan dari badik Luwu yang disebutnya

Penulis: Muslimin Emba | Editor: Imam Wahyudi
zoom-inlihat foto Begini Keunikan Badik yang Dipamerkan Kombinasi78 di Benteng Roterdam
muslimin/tribunjeneponto.com
Badik Luwu Kurissi Jala-jala, Milik bendahara Komunitas Bina Budaya dan Seni 78, Hasbullah Karaeng Nappa yang dipamerkan di pameran bilah pusaka Benteng Fort Roterdam, Makassar, Jumat (19/10/2018).

TRIBUNTIMUR.COM, MAKASSAR - Komunitas Bina Seni Budaya (Kombinasi78) ikut meramaikan pameran bilah pusaka yang berlansung di Benteng Fort Roterdam, Makassar, Jumat (19/10/2018).

Pameran benda atau bilah pusaka digelar dalam rangka merayakan HUT Ke-349 Sulsel.

Meski terbilang baru terbentuk, Kombinasi78 memamerkan puluhan jenis bilah pusaka. Mulai dari senjata tajam jenis badik, keris dan parang dan beberapa lainnya.

"Kalau dari komunitasnya kita, Kombinasi78 mamerkan bilah sebanyak 80 buah, terdiri delapan bilah keris, dua bilah parang, 55 bilah badik Makassar dan 15 bilah badik Luwu dan Bugis," kata ketua Kombinasi78, Ardiansyah Daeng Lalank melalui rilisnya.

Satu dari puluhan bilah yang dipamerkan Kombinasi78, ialah badik Luwu. Badik bersarung perak gandaria itu cukup menarik perhatian pengunjung.

Lalu apa keunggulan dari badik Luwu yang disebutnya Kurissi Jala-jala itu?

Sang pemilik badik, Hasbullah Karaeng Nappa, kepada TribunTimur.com mengungkapkan, jika tekhnik tempa pada bilah badik Luwu miliknya itu memiliki keunikan tersendiri.

"Modelnya itu tua temporer, agak unik. Cuman yang bikin susah itu karena di pamornya itu tembus dan tipis seperti kertas dan ada kayak jala-jala (jaring-jaring). Jadi tehnik papanrenya (pandai besi) itu yang luar biasa dan bahannya kan bahan meteor," kata Hasbullah Karaeng Nappa.

Selain kaunikan bentuk, pamor atau urat besi yang muncul pada badik miliknya juga tidak kalah unik.

"Kalau secara logika manusia murni, kayakmya susah juga dikatakan kalau manusia murni yang buat itu. Ada urat tallasanya (urat hidup) dan ada bolang-bolangnya, badik itu jenis sambung, orang Luwu bilang jenis sambang," ujarnya.

Bentuknya yang unik dan langkah diyakini Karaeng Nappa, badik miliknya itu tidak ada duanya.

"Karena memang tidak ada duanya itu barang, biar cariki dimana tidak ada itu samanya," ungkap Hasbullah.

Untuk menjaga keunikan kemewahan badik miliknya, ia pun memasangkan sarung perak gandaria yang nilainya hingga jutaan rupiah.

"Sarungnya itu saya pakaikan perak gandsria, ongkos buatnya itu kemarin Rp 7,5 juta. Untuk menjaga kelasnya ini barang saya juga pakaikan batu ruby dan pegangannya itu tanduk kerbau, tapi rencana saya mau ganti juga," kata Hasbullah.

Ia pun mengaku tidak akan menjual badik miliknya itu, walau dihargai ratusan juta rupiah.

Halaman
12
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved