G30S PKI - Soekarno Marah Besar pada Soeharto Usai Jenderal Diculik, tapi Mengalah karena Alasan ini
Presiden Soekarno tahu kalau Mayjend Soeharto membangkang perintahnya.
Ketika mendengar pelarangan Pangdam V Jaya tidak boleh menghadap Bung Karno karena atas perintah Soeharto, Bung Karno tampak tidak senang.
Meskipun secara garis komando, ketika KASAD tidak ada di tempat, Pangkostrad secara otomatis boleh mengambil alih garis komando tapi perintah Presiden sebagai Panglima Tertinggi tetap harus dipatuhi.
Para Panglima Angkatan yang hari itu hadir menghadap Bung Karno antara lain Marsekal Oemar Dhani, Laksamana Martadinata, Jenderal Sutjipto Judodihardjo, Jenderal Sutardhio, Leimena, dan Brigjen Sabur.
Ketika para Panglima Angkatan yang menghadap Bung Karno kemudian mulai membahas peristiwa yang sedang terjadi pada 1 Oktober 1945, para perwira menengah pengiring para Panglima Angkatan itu ada yang duduk-duduk di rerumputan sambil mengobrol, ada yang main catur, dan ada juga yang sibuk mendengarkan siaran RRI lewat radio transistor.
Jika diamati suasana di sekitar rumah dinas Komodor Udara Susanto malah tampak santai dan sama sekali tidak mencerminkan suasana ketegangan.
Tapi suasana betul-betul berubah tegang ketika tepat pukul 12.00 WIB dari radio transmitter yang dipinjamkan oleh Komodor Susanto terdengar pengumuman Letkol Untung, salah satu dalang dari aksi G30S, mengenai Dewan Revolusi dan pembubaran kabinet.
Itu berarti telah terjadi kudeta. Brigjen Sabur pun segera mengangkat radio transmitter itu dan membawanya ke hadapan Presiden Soekarno.
Bung Karno pun sangat terkejut dan segera menyadari telah terjadi masalah serius bagi bangsa dan negaranya.
Setelah diadakan rapat di rumah Komodor Susanto, Bung Karno memutuskan mengangkat Jenderal Pranoto Reksosamudro sebagai caretaker Menteri/Panglima AD menggantikan posisi Ahmad Yani yang belum jelas nasibnya.
Baca: Login di sscn bkn go id, Koneksi Sedang Sibuk, ini Waktu Tepat Buka SSCN BKN Daftar CPNS 2018 Lancar
Lewat pukul 17.00 WIb, ajudan Bung Karno, Kolonel Bambang Widjanarko, diperintahkan memanggil Jenderal Pranoto.
Tapi Jenderal Pranoto yang sudah berada di markas Kostrad ternyata dilarang oleh Soehatro untuk menghadap Bung Karno.
Soeharto bahkan menegaskan semua instruksi mengenai Angkatan Darat dari Bung Karno harap disampaikan kepada Soeharto.
Mendengar laporan Bambang, Bung Karno tampak sangat kecewa dan marah sekali.
Ia menjadi bingung, pasalnya Letkol Untung baru saja mengkudeta kabinetnya dan pada saat yang sama Soeharto juga secara terang-terangan berani membangkang instruksinya.
Namun karena pasukan TNI AD mulai memasuki Halim, Bung Karno kemudian “diungsikan” ke Istana Bogor.
Tapi justru ketika berada di Istana Bogor itulah, Soeharto yang sudah memiliki segudang pengalaman tempur, secara perlahan berhasil “menaklukkan” Bung Karno.
Ia mengambil alih aksi penumpasan G30S/PKI, dan tiga tahun kemudian menggantikan posisi Bung Karno sebagai Presiden RI. (Intisari Online)