Wawancara Khusus dengan Emil Dardak
Emil Dardak Jawab soal Siapa Dia Dukung, Jokowi-Ma'ruf atau Prabowo-Sandi?
Di lobby hotel, Emil sudah ditunggu beberapa karyawan, termasuk koki restoran tempat Emil akan makan siang.
Penulis: Fahrizal Syam | Editor: Edi Sumardi
TRIBUN-TIMUR.COM - Doktor Emil Elestianto Dardak syuting video testimoni di depan Cabin Campus Canteen di kampus Fakultas Teknologi Industri (FTI) Universitas Muslim Indonesia (UMI), Jl Urip Sumoharjo, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (19/9/2018) siang.
Rekaman itu dilakukan bersama content creator Tumming Abu dan Bassi Toayya usai kuliah umum bertajuk 'Leadership, Innovation, Collaboration in Millennium Era'.
Setelah syuting, Emil masuk ke mobil.
Dia langsung duduk di jok kanan baris kedua, tempat yang masih kosong.
Di depan, samping sopir, duduk seorang wanita yang mendampinginya dari Trenggalek, Jawa Timur.
Wanita itu tak lain adalah sekretarisnya.
Fahrizal Syam dari Tribun Timur sudah stand by di jok kiri.
Perjalanan dari kampus UMI ke Hotel Myko, Panakkukang, sejauh sekitar 3 kilometer itu digunakan wawancara khusus dengan Tribun.
Emil beberapa kali tersenyum menjawab pertanyaan Tribun.
Apalagi terkait pertanyaan seputar gelar doktor termudanya.
Baca: Jurus Jadi Pemimpin Muda ala Emil Dardak, Tidak Ada Lagi Kata-kata Belum Saatnya
Ia bersemangat menjawab satu per satu pertanyaan.
Tiba di parkiran Hotel Myko, pertanyaan belum selesai terjawab.
Dia memilih menyelesaikan semua pertanyaan lalu keluar dari mobil.
Dekan FTI UMI, Ir Zakir Sabara HW ST MT IPM ASEAN Eng, sekretaris Emil, serta polisi yang mengawal perjalanan telah menunggu Emil di pintu masuk.
"Oke sudah semua yah mas, mari masuk dulu," kata Emil sambil tersenyum dan keluar dari mobil.
Di lobby hotel, Emil sudah ditunggu beberapa karyawan, termasuk koki restoran tempat Emil akan makan siang.
Mereka mengajak Emil untuk berfoto bersama, dengan latar belakang tulisan 'Hotel Myko'.
Saat makan siang, bupati termuda di Indonesia yang pada Maret 2019 dilantik menjadi Wakil Gubernur Jawa Timur mendampingi Khofifah Indar Parawansa itu hanya menyantap sedikit nasi putih.
Dia lebih banyak memilih buah.
Emil makan siang sambil berdiskusi dan kadang bercanda dengan Zakir dan beberapa sivitas akademika FTI UMI lainnya.
Baca: Nasihat Emil Dardak untuk Anak Muda yang Mau Daftar CPNS
Setelah istirahat sejenak di Hotel Myko, Emil ke Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar di Mandai, Maros, Sulawesi Selatan pada pukul 14.15 wita.
Dia take off ke Surabaya pada pukul 15.15 wita.
Berikut petikan wawancara dengan suami artis Arumi Bachsin itu dengan Tribun.
Fenomena korupsi terus menjangkiti para pejabat, termasuk politisi muda, bagaimana Anda melihat ini?
Ada dua level, pertama kesalahan itu memang tindak pidana atau administratif, karena administratif di pemerintahan itu gak mudah dan sangat rawan, tapi belum tentu ada niat jahat di balik kesalahan itu.
Ada juga memang punya niatan tidak baik, perbuatan melawan hukum dilandasi niat jahat.
Nah, kalau sudah masuk niat jahat itu macam-macam.
Ada yang ingin memperkaya diri sendiri, ada juga karena tekanan politik akhirnya dia melakukan itu.
Makanya sekarang jadi tanggung jawab kita bersama menegakkan politik yang baik.
Jokowi-Ma'ruf atau Prabowo-Sandi?
Pak Jokowi adalah presiden yang sangat berkomitmen memajukan Indonesia timur, mempercepat ketertinggalan infrastruktur kita dan berkomitmen memperlancar segala hambatan birokrasi dalam menciptakan kemudahan berusaha.
Itu prestasi yang tidak bisa dipungkiri oleh siapa pun, apalagi saya sebagai kepala daerah.
Kiai Ma’ruf adalah ulama besar.
Saya sebagai warga NU yang pernah jadi pengurus PC NU di Jepang, jadi saya sangat menghargai beliau.
Pak Prabowo, Partai Gerindra turut mendukung saya kemarin di Trenggalek.
Beliau sosok cerdas, ayahnya juga saya kagumi dan jadi inspirasi saya mengambil PhD termuda.
Saya dari dulu memang punya satu cita-cita setelah membaca profilnya Soemitro Djojohadikusumo, beliau ekonom Indonesia termahsyur, lulusan Belanda dan jadi doktor di usia muda kurang lebih 24 atau 25 tahun.
Dari membaca profile Soemitro Djojohadikoesoemo itulah, saya termotivasi untuk jadi doktor yang lebih muda lagi.
Sementara Pak Sandi adalah pengusaha rendah hati dan cerdas.
Kita bersyukur memiliki demokrasi berkualitas.
Kalau arah dukungan, saya coba mendukung proses demokrasi yang baik, tapi kalau disuruh bilang apakah presiden sekarang berprestasi?
Saya harus obyektif bilang, iya.
Kesan di Kota Makassar?
Saya suka Coto Makassar, saya senang makanan lautnya, udang, ikan.
Istri saya selalu menyebut restoran sea food yang ada di sini, dia senang banget.
Tadi, saya coba coto Makassar dengan daging lidah, wah enak banget, sayangnya gak bisa nambah.
Kuliner Makassar ini sudah termahsyur, saya rasa ini jadi daya tarik pariwisata luar biasa. Makanya saya ajak warga Makassar ke Jatim, dan sebaliknya.(*)
Berita ini telah terbit pada harian Tribun Timur edisi, Sabtu (22/9/2018) dan merupakan seri wawancara terakhir.