Bayi Bermata Satu di Mandailing Natal Bikin Heboh, Inilah Kemungkinan Penyebabnya
Seorang bayi dilahirkan dengan kondisi fisik tidak sempurna, bermata satu, terjadi di Rumah Sakit Umum Panyabungan, Mandailing Natal (Madina)
"Paparan radiasi dalam rahim atau kombinasi obat-obatan yang berbeda yang dikonsumsi selama kehamilan bisa menjadi pemicunya," ujar ahli bernama Ahmed Badruddin.
Menurutnya, bayi yang lahir dengan kondisi seperti ini sebagian besar memiliki cacat jantung sehingga kemungkinan bertahan hanya hitungan hari saja.
Hal senada disampaikan oleh peneliti LIPI, Anang Setiawan Achmadi yang mengatakan jika bayi dengan syndrome biasanya tidak akan bertahan lama.
“Karena beberapa bagian tubuhnya tidak sempurna, biasanya fungsi beberapa organ tubuh jadi tidak bisa berjalan normal. Dia akan cepat mati. Tidak akan bertahan," kata dia.
Ia mengungkapkan, ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan bayi lahir dengan kondisi seperti itu.
Seperti si ibu pernah terpapar radiasi saat hamil, adapula faktor genetik.
“Secara herediter faktor resesifnya yang muncul,” ujar Anang.
Faktor masuknya zat kimia tertentu pada ibu hamil juga bisa menyebabkan cyclops syndrome pada sang bayi.
“Kalau di manusia bisa saja karena pengaruh obat yang berlebihan. Misalnya obat untuk kehamilan yang bersifat kontradiksi," sambung Anang.
Ia menambahkan, bisa juga penyebabnya adalah pengalaman traumatis saat masa kehamilan.
“Jadi sebenarnya kompleks,” kata dia.
Diinformasikan National Geographics, kelainan genetik biasanya dsebut-sebut sebagai penyebab cyclopia.
Meski demikian cyclopia juga dapat disebabkan oleh racun yang tertelan oleh ibu selama kehamilan.
Meninggal
Bayi malang ini dilaporkan meninggal 8 jam setelah dilahirkan.
"Benar, barusan saja meninggal. Memang dari awal kita sudah prediksi umur bayi ini tidak lama, karena kondisinya sangat buruk," tutur Syarifuddin.
Kepala Dinas Kesetahan Pemkab Mandailing Natal itu mengungkapkan hal ini sudah diprediksi oleh pihak dokter usai melihat kelainan pada bayi.
"Kita sudah berupaya semaksimal mungkin, tapi Tuhan berkata lain," ungkap Syarifuddin.(*)