Naskah atau Isi Khutbah Idul Adha 2018 oleh Prof M Qasim Mathar di Pelabuhan Makassar
PT Pelindo IV (Persero) Cabang Makassar menggelar shalat Idul Adha 1439 H
“Dan tidaklah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya kecuali umat-umat juga seperti kamu, .…” (surat Al-An’am/6: 38)
Perhatikan pula penjelasan Alquran mengenai ulama sebagai berikut:
“Tidakkah kamu melihat bahwa Allah menurunkan air dari langit, lalu dengan air itu Kami hasilkan buah-buahan yang beraneka macam jenis. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada pula yang hitam pekat.”
“Dan demikian pula di antara manusia, makhluk yang bergerak yang bernyawa, dan hewan-hewan ternak, juga bermacam-macam warna dan jenisnya; yang takut kepada Allah dari antara hamba-hambaNya itu hanya ilmuwan (ulama), sungguh Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun” (surat Fathir/35: 27-28)
Amboi, sangat disayangkan, di zaman milenial dan tahun politik ini, umat dan ulama dipotong-potong dan terbelah menurut belahan partai politik.
Masing-masing pihak politik mengklaim diri sebagai representasi (wakil) dari umat dan ulama.
Bolehkah kita membiarkan umat dan ulama merdeka memilih partai dan calon pemimpinnya masing-masing, tanpa mengejek pihak-pihak yang berbeda itu?
Bolehkah umat dan ulama juga semakin dewasa di dalam berpolitik, dengan tidak pula mengejek umat dan ulama yang berbeda pilihan politiknya?
Bukan hanya di partai Islam terdapat umat dan ulama.
Di partai non-Islam pun terdapat umat dan ulama.
Pada zaman Orde Lama, banyak umat Islam menjadi anggota dan pengurus PKI (Partai Komunis Indonesia) atau partai-partai sekuler pada zaman itu. Janganlah kiranya, karena sikap kerdil dan kekanak-kanakan para politisi menjadikan citra umat dan ulama yang maknanya luas dan luhur di dalam Alquran, tercemar dan busuk oleh kebencian dan permusuhan.
Untuk belajar tentang beragama yang luhur, mari kita tengok peristiwa sejarah yang menyebabkan kita duduk di sini untuk beribadah Idul Adha (Idul Qurban).
Perhatikan firman Allah yang artinya sebagai berikut:
“Maka ketika anak itu (Ismail) telah sampai ke usia sanggup berusaha bersama ayahnya, (Ibrahim) berkata: Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi aku menyembelihmu; maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu? Dia (Ismail) menjawab: Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu, insya Allah, engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
“Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipisnya (untuk menyembelihnya atas perintah Allah)”.