Dua Ilmuwan Diaspora Bawakan Kuliah Umum di Unhas
Kuliah umum yang dihadiri puluhan dosen dan mahasiswa tersebut dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor Bidang Akademik Prof Dr Muhammad Restu.
Penulis: Munawwarah Ahmad | Editor: Mahyuddin
Laporan Wartawan Tribun Timur, Munawwarah Ahmad
TRIBUN-TIMUR.COM,MAKASSAR - Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar dan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menggelar kuliah umum bertema “Interdisciplinary Studies And World Class University: Responding To Challenges In Entering Industrial Revelution 4.0”.
Kegiatan itu dihelat di ruang Senat gedung Rektorat Unhas, Kamis (16/8/2018).
Hadir sebagai narasumber ilmuwan diaspora Indonesia yaitu Prof Sitti Kusujiarti Ph D dari Warren Wilson College Amerika Serikat dan Assoc Prof Sulfikar Amir Ph D dari Nanyang Technology University, Singapura.
Kuliah umum yang dihadiri puluhan dosen dan mahasiswa tersebut dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor Bidang Akademik Prof Dr Muhammad Restu.
Baca: Dies Natalis FT Unhas ke-58, Tiga Kepala Daerah Bakal Jadi Pembicara
Prof Restu mengatakan, sesi kuliah tersebut merupakan momentum yang baik bagi Unhas untuk meningkatkan kualitas pendidikan di kampus dan dapat mengantisipasi perkembangan pembelajaran yang dipicu oleh kemajuan teknologi.
Dinamika pembelajaran itu, menurut Prof Restu, perlu direspon dengan kolaborasi dengan ilmuwan-ilmuwan Indonesia yang berada di luar negeri.
Kedua pembicara yang hadir dalam dialog tersebut merupakan dua ilmuwan diaspora Indonesia dari 48 ilmuwan yang dihimpun Kemenristekdikti dari berbagai negara di dunia untuk berbicara di sejumlah universitas di tanah air.
“Yang paling kita syukuri, pembicara kita hari ini terpilih untuk datang di Universitas Hasanuddin. Karena dari 48 diaspora Indonesia tidak banyak yang bertugas ke luar Jawa,”kata Prof Restu.
Wakil Rektor Bidang Akademik ini berharap pada peserta kuliah umum untuk memanfaatkan kesempatan itu untuk berdiskusi dan membangun jejaring untuk mengembangkan riset dan publikasi internasional.
“Kita berharap pada Prof Sitti dan Prof Sulfikar menjadi bagian dari Universitas Hasanuddin, sehingga kita bisa bersama-sama berkolaborasi dan mengembangkan lebih jauh tema diskusi hari ini,” kata Prof Restu.
Baca: Kedokteran Unhas Kerjasama RSUD Bantaeng Bakal Gelar Sunatan Massal, Ini Jadwalnya
Prof Sitti Kusujiarti dalam sambutannya mengatakan, internasionalisasi perguruan tinggi merupakan gejala global karena dunia saat ini mengalami integrasi menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Sehingga perguruan tinggi sebagai sebuah institusi harus mengikuti tren tersebut.
Internasionalisasi perguruan tinggi, menurut dia, memiliki beberapa indikator, di antaranya publikasi internasional, pengiriman dosen dan mahasiswa ke luar negeri, international award, penelitian kolaborasi dengan berbagai institusi di luar negeri, rangking internasional, dan lainnya.
“Indikator-indikator ini sebenarnya hanya berasal dari perspektif tertentu dalam melihat internasionalisasi perguruan tinggi. Dua perspektif yang sekarang dominan adalah perspektif instrumentalist dan idealis,"kata dosen Sosiologi Warren Wilson College itu.