Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

BIKIN NANGIS! Razan Najjar Relawan Perawat Lakukan Ini Sebelum Tewas Ditembak Tentara Israel

Wanita muda berparas cantik tersebut segera bergegas ke area berbahaya untuk menolong korban terluka.

Editor: Rasni
Razan Najjar 

TRIBUN-TIMUR.COM - Sisi kemanusiaan kembali digugah di atas kejadian di Palestina.

Seorang perawat Palestina dilaporkan tewas terbunuh pasukan Israel.

Saat itu perawat berusia 21 tahun tersebut sedang mencoba membantu pengunjuk rasa yang terluka di perbatasan Gaza.

Wanita muda berparas cantik tersebut segera bergegas ke area berbahaya untuk menolong korban terluka.

Sebagai pertugas media darurat sukarela, ia mengatakan bahwa dirinya ingin membuktikan bahwa perempuan memiliki peran dalam masyarakat konservatif Gaza.

"Menjadi tenaga medis bukan hanya pekerjaan untuk seorang pria, tetapi untuk wanita juga," ungkap Razan al-Najjar seperti yang dikutip Grid.ID dari New York Times.

Baca: Lama Bungkam, Akhirnya Jessica Akui Hubungannya dengan Rihard Kyle Seperti Ini

Baca: Detik-detik Tewasnya Razan Najjar, Perawat Palestina yang Ditembak Tentara Israel saat Tolong Pasien

Baca: Polwan Polda Sulbar Ikut Pengamanan Salat Tarwih di Mamuju

Razan Najjar (21) perawat cantik Palestina ditembak mati tentara Israel saat sedang bertugas
Razan Najjar (21) perawat cantik Palestina ditembak mati tentara Israel saat sedang bertugas ()

Pada hari Jumat tersebut, merupakan terakhir kalinya dia bisa membantu seorang demonstran untuk terluka.

Niat baiknya tersebut rupanya mengantarkan Najjar pada maut.

Dari seberang pagar, dua atau tiga peluru meluncur dan tepat mengenai bagian dada Najjar.

Tak lama setelah kejadian ini, ia dinyatakan meninggal dunia.

Baca: Link Live Streaming MotoGP Hari Ini dan Jadwal Tayang Trans 7, Ini Klasemen Lengkap dan Urutan Star

Baca: Ketua Panwascam Bangkala Jeneponto Harap 88 PTPS Jaga Integritas

Baca: Amir Uskara Resmikan Cafe Surga di Galesong Takalar

Najjar merupakan orang Palestina ke-119 yang tewas sejak protes Great Return March yang dimulai bulan Maret.

Kematian Najjar merupakan satu-satunya kematian yang terdaftar pada hari Jumat.

Seorang juru bicara militer Israel, Letnan Kolonel Jonathan Conricus mengatakan bahwa dirinya mengetahui laporan tersebut.

Tetapi tetap saja dia tidak langsung berkomentar mengenai keadaan tersebut.

Pada hari Jumat tersebut kembali diadakan protes.

Baca: Amir Uskara Resmikan Cafe Surga di Galesong Takalar

Baca: LSI Sebut IYL Punya Peluang Paling Tinggi Gantikan SYL

Baca: Pengunjung Keluhkan Taksi Bandara Penuhi Area Penjemputan, Ini Komentar Angkasa Pura I

Ribuan warga Palestina mengambil bagian dengan membuat kerusuhan di sepanjang pagar keamanan, membakar ban, dan melemparkan batu.

Inilah adegan dimana Najjar berlari dengan mantel putihnya untuk menolong seorang pria tua yang telah dipukuli di bagian kepala.

Najjar merupakan penduduk Khuzza, sebuah desa pertanian yang terletak di dekat perbatasan dengan Israel.

"Kami memiliki satu tujuan, untuk menyelamatkan nyawa dan mengevakuasi orang. Dan mengirim pesan ke dunia: Tanpa senjata, kita bisa melakukan apa saja," ujar ayah Najjar.

The New York Times
The New York Times ()

Pernyataan tersebut dikatakan oleh Najjar kepada ayahnya sebelum dia meninggal dunia.

Saat peristiwa penembakan itu terjadi, Najjar berada 100 meter dari pagar dan sedang membalut pria yang terkena tabung gas air mata.

Pria tersebut kemudian dibawa dengan ambulans.

Tiba-tiba saja suara tembakan terdengar dan Najjar jatuh ke tanah.

Najjar tiba di rumah sakit dengan kondisi yang sangat serius.

Dia meninggal dunia di ruang operasi.

Baca: Pengunjung Keluhkan Taksi Bandara Penuhi Area Penjemputan, Ini Komentar Angkasa Pura I

Baca: Bank Muamalat Bagi-bagi Makanan Sahur untuk Penjaga Pasien di Dua Rumah Sakit

(GridID)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved