Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

OPINI - Program Kandidat Gubernur versus Kearifan Lokal Sulsel

Masyarakat yang cerdas dan berkualitas dapat menilai sejauh mana program kerja yang ditawarkan dapat mengakomodir kearifan lokal yang ada di Sulsel.

Editor: Jumadi Mappanganro
zoom-inlihat foto OPINI - Program Kandidat Gubernur versus Kearifan Lokal Sulsel
Hiyar Abdi Hamzah

Oleh Hiyar Abdi Hamzah
Pemerhati Budaya

Empat pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur Sulsel sudah sibuk melontar gagasan untuk menjadi pemimpin Sulsel periode 2018-2023.

Pasangan nomor urut 1, Nurdin Halid-Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar memperkenalkan program kerja Sulsel Baru dari Konsep Tri Karya Pembangunan yang berbasis infrastruktur, ekonomi kerakyatan, dan kearifan lokal.

Program NH-Aziz terangkum dalam lima konsep. Pertama, Gerakan Bangun Kampung. Kedua, Layanan kesehatan gratis berbasis KTP. Ketiga, Puskesmas Bertaraf Rumah Sakit Rawat Inap di Setiap Kecamatan.

Keempat, lapangan berstandar internasional di setiap kecamatan. Kelima, pendidikan gratis dan pemberian perlengkapan sekolah secara cuma-cuma.

Sementara pasangan nomor urut dua, Agus Arifin Nu`mang-Achmad Tanribali Lamo hadir dengan 9 Program Fokus Tuntas Sulsel Bagus.

Program Agus-TBL tersebut dijabarkan dalam sembilan konsep. (1) 500 Kilometer jalan strategis provinsi untuk konektivitas kawasan Latimojong, Bulusaraung, dan Bawakaraeng (Labuba).

(2) 50 sekolah menengah kejuruan unggulan gratis langsung kerja. (3) Rp 2 triliun pengembangan wirausaha baru di seluruh pedesaan Sulsel. (4) Rp 2 triliun untuk pembangunan sosial keagamaan untuk masyarakat berkeadilan dan berkeadaban.

(5) Lima rumah sakit rujukan provinsi baru. (6) 50 juta paket bibit/benih gratis untuk revolusi hijau dan biru. (7) Pengentasan 120 ribu kepala keluarga miskin atau 400 ribu orang dengan gerakan kesetiakawanan sosial sipatio-sipatokkong.

(8) Memfasilitasi tumbuhnya ekonomi kreatif dari masyarakat untuk mendukung sektor pariwisata.(9) Rekruitment dan promosi jabatan secara transparan untuk memastikan pemerintahan yang profesional bersih tanpa KKN.

BACA JUGA: OPINI - Peran Perempuan Membangun Peradaban

BACA JUGA: Hebat! Hafiz Al Quran asal Takalar Juara dalam MHQ Internasional di Iran

Nurdin Abdullah-Andi Sudirman Sulaiman, sebagai pasangan nomor urut tiga, menawarkan lima program andalan. Yakni, (1) Bantuan Permodalan, Teknologi dan Skill untuk Mendukung Hilirisasi Pertanian dan Perikanan.

(2) Rumah Sakit Regional di 6 Wilayah & Ambulans Siaga. (3) Birokrasi Anti-Korupsi dan Masyarakat Madani. (4) Destinasi Wisata Andalan Berkualitas Internasional.

(5) Pembangunan Infrastruktur yang Menjangkau Masyarakat Desa Terpencil.

Pasangan jalur perorangan yang menempati nomor urut 4, Ichsan Yasin Limpo-Andi Mudzakkar mengusung tiga program utama. Petama, pendidikan berkualitas, merata, tanpa pungutan dan subsidi Rp 1.5 triliun per-tahun.

Kedua, Rumah Produktif untuk menciptakan lapangan kerja. Ketiga, pembangunan merata bagi rakyat.

Menilik program kerja unggulan yang ditawarkan oleh ke-empat pasangan tersebut diatas semuanya menekankan kepada Indeks Pembangunan Infrastruktur bukan pada Indeks Pembangunan Manusianya.

Sedangkan untuk Sulsel Indeks Pembangunan Manusia yang dipandang perlu untuk perkembangan Sulsel kedepannya.

Pembangunan manusia seutuhnya tidak lepas dari bagaimana eksistensi kearifan lokal yang tetap tumbuh dan berkembang dalam masyarakatnya.

Berbicara mengenai kearifan lokal dalam hubungannya dengan Pilgub Sulsel 2018 erat kaitannya dengan filosofi dan nilai-nilai kepemimpinan.

Filosofi dan nilai-nilai kepempinan tersebut merupakan cerminan dari identitas berbudaya kita. Penataaan identitas berbudaya merupakan cikal bakal baiknya penataan suatu bangsa.

Kearifan lokal Sulsel tercermin pada filosofi masyarakat Bugis-Makassar yaitu Sipakainge’ (saling mengingatkan), Siapakatau (saling memberi tahu), Sipakalebbi’ (saling menghargai).

Seorang pemimpin harus memiliki dan menanamkan di dalam jiwanya filosofi tersebut sehingga memunculkan sikap positif yang tercermin dalam kepemimpinannya yang berkharisma yang pada akhirnya menjadikannya pemimpin yang ideal dalam arti “Master Leadership”.

Ketika seseorang telah menjadi pemimpin ideal, maka dia akan dicintai, dikagumi dan disegani oleh masyarakatnya. Pada praktiknya model kepemimpinan yang berbasis kearifan lokal mulai tergerus oleh model kepemimpinan berbasis konsep western.

Padahal jika dikaji secara mendalam, kearifan lokal yang ada banyak mengajarkan model kepemimpinan yang baik dan sesuai penataan kepemimpinan modern saat ini.

Hal inilah yang seharusnya diutamakan dalam program kerja unggulan oleh para pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur tentang penghargaan terhadap keberadaan kearifan lokal masyarakat Sulawesi Selatan.

Masyarakat Bugis-makassar mengenai model-model kepemimpinan sebagaimana terlihat dari ungkapan yang terdapat pada papaseng Pappasenna La Bungkace To Udama MatinroE ri Kannana: Iyapa ritu pattuppu batu padecengi tana bolaiengngi nawa nawa eppa’E.

Seuwani, lempu’E, naiya riasengngilempu’ riasalangnge naddampeng. Maduanna, maccaE, naiya riasengnge macca naitai amunrinna gau’E. Matellunna, waraniE, naiya riasengnge warani tettattenre nawanawanna napolei ada maja’ ada madeceng.

Maeppa’na, masempoE, naiya riasengnge masempo mappainungnge ri esso ri wenni natania gau’ riaseng. Apa’ iyapa pattuppu batu, temmatinroe matanna ri esso ri wenni nawa-nawai atanna.

Pemimpin, pemerintah yang dikatakan dapat memperbaiki negeri, adalah yang memiliki empat pemikiran. Pertama, kejujuran, dan yang dimaksud jujur ialah, orang bersalah kepadanya lalu ia memaafkan.

Kedua, pandai, yang dimaksud pandai ialah, dapat mempertimbangkan akibat suatu perbuatan. Ketiga, berani, yang dimaksud berani ialah, tidak gentar hatinya menerima berita buruk maupun berita baik.

Keempat, pemurah, yang dimaksud pemurah ialah, memberi makan dan minum siang maupun malam bukan karena ingin dipuji. Sebab pemimpin, pemerintah itu tidak tertidur matanya siang maupun malam memikirkan kemaslahatan rakyatnya.

Perlu dirumuskannya konsep dasar tentang kepemimpinan berbasis kearifan lokal dimulai dari azas, filosofi, jenis, sistem, tipe, karakter nilai, kompetensi, syarat-syarat sampai dengan pantangan-pantangan yang harus dijauhi.

Untuk itu, masyarakat selaku pemilih yang cerdas dan berkualitas dapat menilai sejauh mana program kerja yang ditawarkan oleh para pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur dapat mengakomodir kearifan lokal yang ada di Sulsel ini.

Masyarakat harus lebih bijak memilih pemimpin yang mampu memajukan, memakmurkan dan mensejahterkan daerah yang dipimpinnya.

Seorang pemimpin tentunya harus mampu menyatukan seluruh masyarakat dari berbagai etnis dan golongan untuk bersama-sama menggali potensi berbasis kearifan lokal yang dimiliki demi kemajuan Sulsel ke depan. (*)

Tulisan di atas telah dimuat di Tribun Timur edisi cetak, Senin 30 April 2018

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved