opini
OPINI Pengurus MUI Enrekang: Memburu Jabatan, Bolehkah?
Bagaimana tipologi pemimpin ideal? Adakah contoh pemimpin yang Allah utus kepada manusia agar jadi panutan?
Muhammad Shalih Al-Munajjid dalam “100 Faidah min Surah Yusuf” menekankan bahwa seseorang boleh meminta jabatan sekiranya dia merasa paling mampu untuk melaksanakan tugas jabatan tersebut, tanpa harus membahayakan dirinya sendiri.
Al-Munajjid melanjutkan, bahkan seorang calon pemimpin boleh menyebutkan kemampuan dirinya untuk tujuan mendapatkan jabatan dengan pertimbangan demi kemaslahatan rakyat bukan demi kepentingan pribadi.
Sebagaimana Yusuf meminta jabatan sebagai sarana berdakwah kepada Allah.
Yusuf meminta jabatan bukan demi kepentingan pribadi tapi karena agama dan kemaslahatan umum, dan pada masa itu tidak seorang yang memiliki kapasitas dan integritas melebihi kemampuan Yusuf dalam memegang jabatan.
Intinya, jika merasa paling mampu untuk memegang jabatan maka dia boleh mencalonkan diri sebagai pemimpin selama itu untuk kemaslahatan umat bukan ambisi dan nafsu kekuasaan pribadi.
Bukan Karbitan
Seorang pemimpin ideal yang muncul dari politik profetik agar dijadikan contoh pemimpin zaman now adalah mereka yang telah melewati tahapan demi tahapan yang sesungguhnya penuh onak dan duri, Nabi Yusuf adalah contoh ideal.
Ketika Yusuf diterima jadi bendaharawan Mesir atau Menteri Keuangan maka itu terjadi setelah akumulasi perjalan dan penderitaannya terkumpul sempurna.
Cobaan terawal yang dirasakan Yusuf justru berasal dari orang terdekat yakni dari para saudara tirinya, ia dibawa ke tengah padang pasir lalu dibuang dalam sumur.
Dari sini babak penderitaan silih berganti, Nabi Yusuf lalu diselamatkan oleh pedagang yang melintas, lalu dijual di pasar budak.
Pembelinya adalah penguasa Mesir, sebagai budak ia bekerja sebagai pelayan di istana. Penderitaan selanjutnya ketika Yusuf menjadi korban tipu muslihat istri penguasa yang mengantarkan dirinya mendekam dalam penjara selama beberapa tahun.
Setelah penderitaan datang bertubi-tubi dengan durasi waktu begitu lama, dan dilewati dengan sukses oleh Nabi Yusuf, barulah ia diberi kedudukan sebagai menteri keuangan yang sangat terhormat di Mesir.
Kedudukan tersebut tidak datang begitu saja, tapi setelah lulus dari ujian yang butuh ketabahan dan kesabaran.
Imam Syafi’i berkata, “Seseorang tidak akan diberikan kedudukan sebelum ia diberikan cobaan”. Dan cobaan yang ditimpakan pada Nabi Yusuf merupakan sunnatullah bagi seorang pemimpin yang menjadikan jabatan sebagai medan dakwah sebagaimana yang dilalui para nabi, ulama, dan wali Allah.
Kesuksesan Yusuf dalam merebut dan menduduki jabatan penting dalam pemerintahan Mesir sehingga diabadikan dalam Al-Qur’an dan menjadi pelajaran bagi umat manusia sepanjang zaman karena tiga sebab utama.
Pertama, dalam ketaatan pada Allah. Kedua, sabar dalam menjauhi perbuatan maksiat. Ketiga, sabar menerima ketentuan-ketentuan Allah.