Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tuai Pro Kontra, Ahli Akhirnya Ungkap Cara Kerja Metode 'Cuci Otak' Dokter Terawan, Amankah?

Ternyata, sebelum pemberhentian oleh MKEK IDI, terapi yang dicetuskan oleh Terawan telah lama mengundang pro dan kontra.

Editor: Sakinah Sudin
shutterstock

TRIBUN-TIMUR.COM - Kontroversi mengenai terapi cuci otak atau brain wash yang dicetuskan dr Terawan Agus Putranto menghiasi pemberitaan beberapa hari terakhir.

Apalagi, setelah dokter spesialis radiologi dari RSPAD Gatot Subroto itu diberhentikan oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Sebelumnya, Terawan mengaku, terapinya ini memberikan hasil yang bagus kepada pasien.

Dokter terawan dan keluarga pasien
Dokter terawan dan keluarga pasien ()

Baca: Terkuak! Ternyata Veronica Pernah Ancam Ahok Begini, Simak 4 Fakta di Sidang Putusan Cerai

Baca: Ini Deretan Barang Mewah yang Dibeli Kiki Hasibuan untuk Esty Agustin Pakai Uang Jamaah First Travel

"Ada banyak pasien yang merasa sembuh atau diringankan oleh terapi 'cuci otak' itu,” ujar Terawan, dilansir dari Wartakotalive.

Ternyata, sebelum pemberhentian oleh MKEK IDI, terapi yang dicetuskan oleh Terawan telah lama mengundang pro dan kontra.

Salah satunya dari Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi).

Dalam laporan Kompas.com tahun 2012, Ketua Umum Perdossi Prof M Hasan Machfoed mempertanyakan terapi cuci otak tersebut untuk penderita stroke.

Hal ini diungkapkan pada pembukaan Pertemuan Ilmiah Nasional Stroke di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (23/11/2012).

Baca: Dituding Iklankan Diri, Dokter Terawan Angkat Bicara dan Tantang Tunjukkan Bukti

Baca: Ngaku Dihamili Enji, Wanita Ini Sebut Kelakuan Tak Pantas Mantan Suami Ayu Ting Ting Itu

Prosedur Waktu

Menurut Hasan, pada terapi cuci otak, terapis memasukkan obat ke pembuluh darah otak penderita stroke.

Dalam dunia kedokteran, proses itu disebut trombolisis yang memiliki prosedur batas waktu ketat.

Dalam panduan, trombolisis dapat diberikan hingga 8 jam setelah penderita terkena stroke.

Tapi, jika terapi itu diberikan pada pasien yang serangan sudah lebih dari 8 jam, apalagi berbulan-bulan atau bertahun-tahun, bisa menimbulkan masalah.

Kontroversi ini tidak berhenti pada tahun 2012 saja.

Baca: Daftar Dewan Komisaris dan Direksi GMTD yang Baru, Ada Nama Ketua Kadin Sulsel

Baca: Meski Tanpa Saddil, Aji Santoso Pede Incar Satu Poin dari PSM

Hanya alat diagnosis

Menurut laporan Kompas.com 2014, para ahli saraf berpendapat, terapi cuci otak tidak dapat mengobati penyakit stroke.

Itu karena alat yang digunakan pada terapi ini sebenarnya untuk melakukan diagnosis saja.

Alat yang dipakai dalam terapi cuci otak dokter Terawan adalah Digital Substracion Angiography (DSA).

Baca: Januari hingga Maret 2018, 16 Warga Mamuju Tewas di Jalan Raya

Baca: Pendukung Barcelona di Sinjai Optimis Juara Liga Champions

"Brain wash itu bukan istilah kedokteran. Metode yang digunakan DSA itu alat diagnostik, sama seperti alat rontgen. Jadi bukan untuk terapi," ujar Hasan dalam Seminar Neurointervensi di Jakarta, Kamis (17/12/2014).

Prosedur DSA menggunakan kontras untuk memperjelas gambaran pembuluh darah.

Saat prosedur ini dilakukan, pasien diberikan obat heparin untuk mencegah pembekuan darah selama prosedur.

Melalui DSA, kelainan pembuluh darah di otak bisa diketahui.

Baca: Ini 4 Rekor Cristiano Ronaldo di Liga Champions yang Tak Dimiliki Messi, No 3 Paling Baru

Setelah itu, pasien akan diberi terapi atau pengobatan yang sesuai dengan kelainannya.

Menurut Hasan, penggunaan dasar DSA sebagai alat terapi stroke harus dibuktikan terlebih dahulu secara ilmiah.

“Dari segi etika kedokteran, tidak dibenarkan (penggunaannya tanpa pembuktian ilmiah).

Baca: Bangun PLTB di Takalar, Syamsari Kitta dan SYL Tandatangani Komitmen bersama PLN

Kode etik kita sangat berat karena berhubungan dengan kesehatan manusia. Untuk penelitian harus dicoba dulu pada hewan.

Pokoknya sangat ketat karena taruhannya nyawa,” ujar Hasan.

Dokter Spesialis Saraf Fritz Sumantri Usman menambahkan, DSA sudah digunakan sejak lama sebagai alat diagnostik.

Baca: Ely Sugigi Akhirnya Ungkap Sifat Buruk Mantan-mantan Suaminya, Penyebab Mereka Cerai

Dunia internasional pun hingga saat ini hanya menyetujui DSA sebagai alat diagnostik, bukan untuk pencegahan maupun pengobatan.

Keamanan Selain itu, Fritz juga menjelaskan DSA tidak bisa dilakukan pada sembarangan orang.

"DSA bisa dilakukan apabila sudah terkena serangan stroke berulang. Atau serangan stroke dengan faktor risiko tertentu, seperti kencing manis, jantung, hipertensi, hingga stroke di usia muda," ujar Fritz.

Baca: Astaga! Siapa Artis Pria Yang Jadi Gigolo? Roby Abbas Blak-blakan Artis Nyambi Prostitusi Online

"DSA itu alat diagnosis gold standar untuk membidik kelainan pembuluh darah di otak," lanjut Fritz.

Sebelum DSA, biasanya telah dilakukan pengecekan dengan MRI atau CT

Fritz menambahkan, DSA tidak bisa dilakukan kepada seseorang yang tidak sakit.

Para dokter saraf tidak menyarankan pasien mengikuti terapi cuci otak yang metode dasarnya menggunakan DSA tersebut untuk mencegah terkena stroke atau menyembuhkan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Terapi Cuci Otak Dokter Terawan Bisa Obati Stroke? Ini Kata Ahli"

Baca: Tersangkut Kasus Dugaan Ujaran Kebencian, Nasib Ome Ditentukan Pekan Depan

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved