Menelusur Perut Bumi Pacitan, Aksi Menantang Tim Ekspedisi Nusantara Mapala 09 FT Unhas
Untuk menuju Luweng Ombo akses paling mudah adalah dari ruas jalan Pacitan-Yogya.
Penulis: Alfian | Editor: Arif Fuddin Usman
“Saat ketemu Pak Suparni, ia menyebut susur gua menjadi kegiatan yang menantang adrenalin. Dan kebetulan bapak itu yang temani almarhun Norman Edwin, eksplorer Luweng Ombo pertama kali sejak tahun 1983,” cerita Firman.
“Termasuk bapak ini sudah temani orang-orang asing untuk turun menelusur di sana (Luweng Ombo). Dari cerita bapak ini, sampai saat ini belum didapat ujung lorongnya. Terakhir itu sudah sampai 25 km,” lanjutnya.
Baca: 3 Prodi Unhas Raih Akreditasi ASEAN. Menyusul 3 Lagi, Program Studi Apa Saja Itu?
Baca: Dosen Sastra Unhas Ini Punya Tips Jitu Belajar Bahasa Bugis untuk Penutur Asing
Lalu cerita pun mengalir dari Pak Suparni, jika ada beberapa daerah di kabupaten Pacitan ini, sempat mengalami bencana alam berupa longsor dan banjir.
Hal itu disebabkan akibat curah hujan yang sangat tinggi selama dua hari sebelum kedatangan tim. Curah hujan yang tinggi memang hampir merata di seluruh wilayah Pulau Jawa akibat adanya Siklon Tropis Cempaka di pesisir selatan Jawa.

Saat itu, Tim mengagendakan susur gua pada 26-28 November 2017, namun ditunda. Tim beberapa hari menunggu di Kota Surabaya sampai keadaan kembali aman dan stabil. Hingga seminggu menunggu, akhirnya sampai di Luweng Ombo
“Hal ini tentu tak mengurungkan semangat tim untuk menyukseskan kegiatan tersebut. Kami seminggu kemudian baru benar-benar di Pacitan setelah cuaca normal kembali,” tambah Koordinator Caving Mapala 09 di ekspedisi gua ini, Fredy Andi Lolo.
Persiapan Dini Hari
Tim kemudian memutuskan untuk mulai melakukan penulusuran saat kondisi cuaca cerah pada, Sabtu (9/12/2017). Sebelumnya mulai dini hari pukul 04.00 WIB, tim orientasi ke lokasi dan memasang semua perlengkapan hingga pagi hari. Setelahnya tim beristirahat tim turun.
Baca: Rektor Unhas Apresiasi Tiga Prodi yang Raih Akreditasi Internasional
Baca: Mantan Striker PSM Ini Meninggalkan Bhayangkara FC, Klub Mana Dituju Spaso?
“Saat memasuki Luweng Ombo, dipastikan Anda akan masuk dalam dunia tersendiri, duania lain. Sinar matahari yang sangat kurang sampai di dasar gua, membuat dasar gua lembab, apalagi kami turun saat masuk musim hujan,” kata Freddy.
Perlahan dengan metode single rope, cerita Firman, Anda bisa mengamati sekeliling, diman semakin ke bawah semakin lebar guanya. Karena minim sinar matahari, di dasar gua hanya vegetasi jenis lumut-lumutan, paku-pakuan, tanaman sulur, semak yang subur.

“Ketika Anda turun, harus hati-hati. Dan ketika sudah sampai di bawah, Anda akan menemukan banyak lorong gelap dengan batu-batuan yang penuh dengan lumut. Lorong-lorong ini berbagai ukuran. Ada yang lebar hingga yang seukuran badan manusia,” lanjutnya.