Enjoy Celebes Tribun Timur 2017
Dari Linggis, Lembah Hijau Rumbia Berikan Kesejukan Jeneponto
Bahkan ada yang bilangi saya gila karena harus memindahkan batu besar hanya menggunakan linggis dan menggali kolam renang dengan linggis
Penulis: Muslimin Emba | Editor: Ridwan Putra
Ridwan Nojeng sebagai perintis dan pengembang obyek wistaa tersebut mengaku awal menggarap lahan obyek wisata seluas 2 hektare itu di tahun 2010. Ia bersama sejumlah pemuda desa setempat harus menguras tenaga dan waktu.
"Awalnya kami rintis tanpa modal sepersen pun, hanya modal tenaga untuk meratakan tanah, bersih-bersih, dibantu puluhan pemuda, dan sesekali juga warga memindahkan batu-batu besar. Murni modal tenaga," ungkapnya.
Baca: Serunya Camping Sambil Menguji Adrenalin di Lembah Hijau Malino
Butuh waktu sedikitnya 36 bulan atau tiga tahun untuk “menyulap” lahan yang ditumbuhi semak belukar tersebut menjadi kawasan wisata alam yang cantik seperti saat ini. Awalnya ada sekitar 60 pemuda yang ikut membuka lahan wisata di lokasi tersebut, namun kini tersisa 20-an orang tetap bertahan bekerja sama mengembangkan Lembah Hijau Rumbia.
"Bahkan ada yang bilangi saya gila karena harus memindahkan batu besar hanya menggunakan linggis dan menggali kolam renang dengan linggis. Tapi saya punya prinsip jalan saja terus, dimana ada start disitu pasti ada finis. Alhamdulillah, hasilnya sudah seperti sekarang ini," tambahnya.
Berkat perjuangan Nojeng dan rekan-rekan pemuda desa setempat, Lembah Hijau Rumbia yang dirintisnya dengan tema "Surga di Tanah Gersang" pun mengantarkan Lembah Hijau Rumbia tersebut mewakili Sulsel meraih penghargaan sebagai juara di ajang Satu Indonesia Aswar (SIA) 2016 untuk kategori wisata berbasis lingkungan.(*)