Cokoloe Raja Kerbau Polongbangkeng Mati di Usia 40 Tahun, Ini Penyebabnya
Padahal kerbau ini menjadi salah satu hewan sakral di Desa Lantang, Kecamatan Polongbangkeng Selatan.
Penulis: Reni Kamaruddin | Editor: Imam Wahyudi

TRIBUNTAKALAR.COM, POLONGBANGKENG SELATAN - Seekor kerbau berusia sekitar empat puluh tahun akhirnya tumbang di Desa Cakura, Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Senin (6/11/2017).
Warga sekitar menyebut kerbau berbobot sekitar 1 ton ini raja tedong Polongbangkeng (Raja Kerbau Polongbangkeng) dan oleh warga kerap diberi nama Cokoloe.
Cokoloe si Raja kerbau Polongbangkeng ini tumbang diduga karena keracunan.
Padahal kerbau ini menjadi salah satu hewan sakral di Desa Lantang, Kecamatan Polongbangkeng Selatan.
Konon, selama hidup raja kerbau ini dilepas di alam bebas tanpa pengawasan dari sang pemilik.
Warga sekitar khususnya warga Desa Lantang percaya bahwa raja kerbau tidak akan ada yang berani mencurinya.
"Itu kerbau milik keluarga kami, dulu Almarhum bapak yang lepas itu kerbau untuk hidup liar. Sejarah orang lantang raja kerbau yang bebas kemana-kemana tidak dikurung dan tidak berani ada curi," Ujar Camat Mangngarabombang Mappaturun.
Mappaturun menjelaskan, jika dijual raja kerbau ini harganya mencapai hingga miliaran rupiah. karena memiliki belang pada bagian matanya.