Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Siapa Sangka, Dulunya Culun, 2 Santri Asal Pinrang Ini Kini Kuliah Beasiswa S2 di Luar Negeri

Tak heran, jikalau pesantren banyak melahirkan santri yang berprestasi dari berbagai kancah, baik lokal, nasional, bahkan internasional.

Penulis: Hery Syahrullah | Editor: Hasriyani Latif
hery syahrullah/tribunpinrang.com
Idil dan Fadli saat masih mondok di Pesantren DDI Al-Badar Parepare 

Laporan Wartawan TribunPinrang.com, Hery Syahrullah

TRIBUNPINRANG.COM, WATANG SAWITTO - Pondok Pesantren merupakan wadah pendidikan yang tak hanya fokus menyuguhkan ilmu-ilmu yang berkaitan tentang agama. Namun juga melirik disiplin ilmu lain, sebagaimana yang disuguhkan di sekolah-sekolah pada umumnya.

Tak heran, jikalau pesantren banyak melahirkan santri yang berprestasi dari berbagai kancah, baik lokal, nasional, bahkan internasional.

Seperti dua santri alumni Pondok Pesantren DDI Al-Badar Parepare asal Pinrang, Muhammad Fadli Azis (24) dan Muhammad Idil Haq Amir (24).

Baca: Dai Muda Bulukumba Ikut Semarakkan Hari Santri Nasional

Kini, keduanya mendapat beasiswa kuliah S2 di luar negeri. Fadli di University of Manchester, Inggris, Jurusan Teknik Elektro atau Advanced Electrical Power System Engineering. Sementara Idil di Pusan National University, Korea Selatan.

Menururut Fadli, pencapaian yang ia dapatkan hari ini, merupakan efek dari pembinaan yang pernah ia peroleh dari pesantren selama enam tahun.

"Beruntunglah kita temen-temen santri yang mondok di pesantren. Di tempat inilah kita mempelajari ilmu agama secara mendalam langsung dari ahlinya. Tentu sebagai santri, seharusnya meneruskan perjuangan ilmuan-ilmuan muslim terdahulu," tuturnya saat dikonfirmasi TribunPinrang.com, Minggu (22/10/2017).

Fadli menyebut, pemilik media sosial Facebook Mark Zuckerberg saja sempat mengungkapkan kekagumannya terhadap salah seorang ilmuan muslim Al-Khawrizm.

Baca: Membanggakan, Santri Asadiyah Wajo Wakili Sulsel di PON Remaja 2018

"Saat orang-orang mengaguminya. Beliau malah heran dan tertawa. Dan dengan bangga dia mengatakan bahwa seharusnya yang kita puji adalah bapak Al-Khawarizm, penemu dari teori aljabar. Tanpa adanya penemuan dari bapak ini, facebook tidak akan ada," jelas Fadli.

Sementara itu, Idil mengungkapkan, berbagai pengalaman serta pendidikan karakter sangat berpengaruh terhadap pencapaiannya saat ini. 

"Kehidupan di pesantren menjadi sebuah alat simulasi untuk menghadapi kehidupan nyata di luar. Apa yang saya capai saat ini, tidak terlepas dari apa yang saya dapatkan dari pondok pesantren. Di pesantren, saya sudah terbiasa untuk menjadi pribadi yang mandiri dan berusaha untuk mencapai suatu hal tanpa harus mengandalkan orang tua," ucapnya.

Motivasi terbesar saat itu, cerita Idil, dirinya harus bisa mengenyam pendidikan setinggi mungkin tanpa harus membebani orangtua.

"Dan motivasi besar ini saya dapatkan dari beberapa ustad yang setiap hari saya dengarkan pengajiannya," kisahnya.

Menurut Idil, mendapat beasiswa bukan melulu mengenai kecerdasan dan kemampuan akademis, akan tetapi soft skill yang saat ini menjadi poin penting. 

Baca: Bagaimana Suka Duka Mondok di Pesantren? Begini Cerita Santri Babul Khaer Bulukumba

"Soft skill ini meliputi akhlak, kemampuan bersosialisasi serta berkomunikasi terhadap orang lain. Dan itu selalu diasah di pesantren," tuturnya.

Dalam momentum Hari Santri Nasional 2017, keduanya tak lupa meluapkan kerinduannya terhadap dunia santri dan pesantren.

Mereka berharap, dunia tak lagi memandang santri sebagai orang yang paham bidang ilmu agama saja. Namun, juga mampu bersaing dalam bidang lain. Seperti sains dan teknologi.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved