Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Jangan Salahkan Diri Sendiri Ketika Keguguran. Ini Penjelasan Medisnya

"Saya pikir sangat penting agar ibu hamil yang keguguran untuk mengetahui bahwa hal itu bukan kesalahan mereka," kata Prof. Smith.

Editor: Sakinah Sudin
theherald.com (Brock Perks)
Professor Roger Smith (tengah) didampingi koleganya Trent Butler, Kaushik Maiti, Roger Smith, Eng-Cheng Chan and Jonathan Paul. 

Terobosan Baru, Ilmuwan Ungkap Penyebab Utama Keguguran Tiba-tiba

TRIBUN-TIMUR.COM – Memiliki anak adalah impian setiap pasangan suami istri. Kehadiran buah hati akan semakin melengkapi kebahagiaan keluarga.

Masa-masa kehamilan pun menjadi hal yang membahagiakan. Namun, terkadang terjadi masalah yang tak pernah disangka-sangka dan tak diharapkan.

Salah satu hal paling buruk yang dapat terjadi selama kehamilan, bayi yang tumbuh di dalam rahim ibunya tiba-tiba meninggal seringkali tanpa penjelasan. Di Australia, misalnya, sekitar satu dari 100 kehamilan berakhir dengan kematian janin.

Baca: Ternyata Ini Penyebab Kebakaran di RS Wahidin, Sayangnya Alat RS Tak Berfungsi

Namun Professor Roger Smith AM, seorang peneliti dari Hunter Medical Research Institute (HMRI) telah membuat terobosan besar dalam memahami misteri keguguran. Dia bersama timnya kini mengembangkan tes yang bisa memperingatkan ahli kandungan bila kondisi bayi dalam bahaya besar.

"Hal ini jelas proyek paling menarik yang pernah saya ikuti selama ini mengingat potensinya dalam mempengaruhi kehidupan masyarakat di seluruh dunia," kata Prof. Smith.

Dia dan timnya telah menemukan bahwa banyak kejadian keguguran dipicu oleh kondisi plasenta yang memburuk.

"Dengan melihat ke semua orang yang Anda kenal di sekeliling kita, akan terlihat bahwa mereka menua pada tingkat yang berbeda," katanya.

"Hal itu hampir sama dengan plasenta. Beberapa plasenta menua lebih cepat dibandingkan yang lainnya," jelas Prof. Smith.

Pemantauan plasenta

Plasenta merupakan organ vital yang menghubungkan bayi yang sedang tumbuh dengan ibunya melalui tali pusar.

Prof. Smith percaya bahwa ada plasenta yang mulai menua beberapa minggu sebelum waktu melahirkan. Plasenta ini perlahan-lahan membuat janin kekurangan nutrisi dan oksigen yang dibutuhkannya untuk bertahan hidup.

"Jika plasenta bisa bekerja, kadar oksigen pada bayi menurun, dan jika turun cukup rendah, bayinya akan mati," jelas Prof. Smith.

Plasenta yang memburuk juga mengeluarkan enzim yang disebut aldehyde oxidase.

Prof. Smith berharap untuk mengembangkan tes dalam tiga sampai lima tahun ke depan. Hasilnya diharapkan akan bisa mengingatkan dokter untuk meningkatkan tingkat enzim dalam aliran darah seorang ibu hamil.

Professor Roger Smith menjelaskan sel plasenta yang sehat dirusak oleh enzim yang disebut aldehyde oxidase (Supplied: Hunter Medical Research Institute)
Professor Roger Smith menjelaskan sel plasenta yang sehat dirusak oleh enzim yang disebut aldehyde oxidase (Supplied: Hunter Medical Research Institute) ()

"Mungkin kami bisa mengembangkan tes diagnostik yang dapat mengenali adanya tanda-tanda penuaan plasenta melalui darah ibu hamil, dan dengan begitu dapat meramalkan kejadian yang menghancurkan ini sehingga dokter kandungan dapat melakukan operasi caesar dan mengeluarkan bayi sebelum meninggal," katanya.

Namun, bayi hanya memiliki kesempatan bertahan hidup di luar rahim ibunya setelah mencapai 27 minggu masa kehamilan.

"Jika janin bayi terlalu muda untuk dilahirkan, kita mungkin bisa memberinya obat yang menghambat enzim tersebut untuk memperlambat penuaan plasenta, dan memungkinkan bayinya bertahan dalam rahim sampai dia bisa selamat saat dia lahir," kata Prof. Smith.

Memperpanjang umur manusia

Aldehyde oxidase merupakan enzim yang bertanggung jawab terhadap tanda-tanda penuaan pada tubuh manusia, termasuk plasenta.

Jika tim peneliti Prof. Smith dapat mengetahui bagaimana cara mengendalikan kehadiran enzim ini di dalam tubuh, kemungkinan medisnya bisa tak terbatas.

"Ada kemungkinan bahwa jika kita mengembangkan cara berbeda untuk menghentikan enzim ini bekerja dan menyebabkan kerusakan, hal itu dapat membuat tingkat penuaan lebih rendah di jaringan lain dan bahkan pertambahan usia yang sehat," kata Prof. Smith.

Baca: Kasus Obat PCC: Polisi Tetapkan 5 Tersangka. Siapa Sajakah.?

Namun, prioritas utama baginya adalah mengurangi jumlah keguguran yang dialami wanita hamil di Australia.

"Saya pikir sangat penting agar ibu hamil yang keguguran untuk mengetahui bahwa hal itu bukan kesalahan mereka," katanya.

"Ini adalah sesuatu yang terjadi pada plasenta. Mereka hanya bisa memiliki sedikit kendali terhadapnya," jelasnya.

"Tidak ada yang bisa mereka lakukan untuk mencegahnya. Jadi mereka seharusnya tidak merasa bersalah," papar Prof. Smith.

Penelitiannya akan dipublikasikan dalam American Journal of Obstetrics and Gynecology bulan November mendatang. (*)

Berita ini sudah diterbitkan di Kompas.com

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved