8 Fakta Mengejutkan Jaringan Saracen, No 6 Ada Nama Capres, No 7 Nama Purnawirawan Jenderal
Dari tersangka Jasriadi, polisi mengamankan barang bukti 50 kartu sim berbagai operator, 5 hardisk CPU dan1 harddisk komputer jinjing, 4 ponsel, 5 fla
Adapun, untuk membuat buzzer sekitar 15 orang, biayanya mencapai Rp 45 juta.
Ketuanya mematok tarif Rp 10 juta.
Jika ditotal dengan biaya lain-lain mencapai Rp 72 juta.
"Yang terakhir ada cost untuk wartawan. Ini kan baru data-data yang ditemukan dari yang bersangkutan," kata Awi.
Saracen mengunggah konten ujaran kebencian dan berbau SARA berdasarkan pesanan.
Tujuan mereka menyebarkan konten tersebut semata alasan ekonomi.
6. Simpatisan Prabowo
Dikutip dari Dw.com, Jasriadi mengaku melancarkan kampanye hitam untuk mendukung Prabowo Subianto dalam Pemilu Kepresidenan tahun 2014.
Dalam sebuah wawancara ekslusif dengan Tempo, dia mengatakan bisnis fitnah Saracen dimulai setelah pemilu kepresidenan 2014.
"Dulu saat pilpres 2014 banyak akun Facebook yang menghina Islam dan Pak Prabowo", ujarnya. "Saya membajak akun yang sudah kelewatan menyerang Islam dan Pak Prabowo. Kan banyak grup diskusi seperti itu, nanti saya akan alih. Lalu saya ganti namanya menjadi Allah Maha Besar atau Saracen."
Jasriadi dibekuk aparat kepolisian bersama dua tersangka lain, yakni Faizal Muhammad Tonong yang merupakan ketua bidang media informasi dan Sri Rahayu Ningsih yang mengkoordinasikan grup Saracen di berbagai wilayah.
Meski begitu Jasriadi memastikan dirinya tidak terlibat langsung dalam tim sukses pasangan Prabowo dan Hatta Rajasa.
7. Purnawirawan jenderal
Terkait tokoh intelektual dan penyandang dan Saracen, Jasriadi mengaku tidak mengenal dua sosok yang tercatat sebagai anggota Dewan Penasehat, yakni pengacara Front Pembela Indonesia Eggi Sudjana dan bekas perwira TNI, Mayjend Ampi Tanudjiwa.
"Tidak pernah, saya lupa siapa yang mengusulkan nama mereka masuk. Pokoknya ada yang minta nama mereka masuk. Jadi masuk. Tapi tidak pernah kita bertemu," imbuhnya lagi.