Ini 6 Wisata Heritage Makassar yang Patut Dikunjungi
Nah, agar tidak bingung, kami merekomendasikan beberapa objek wisata heritage yang ada di kota Makassar yang banyak dikunjungi dan masih menjadi hits
Penulis: Nurul Adha Islamiah | Editor: Ardy Muchlis
Laporan Wartawan Tribun Timur, Nurul Adha Islamiah
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Makassar menyimpan beragam kekayaan peninggalan sejarah dan budaya. Selain menikmati beragam olahan kuliner spesial, Anda dapat menjajal destinasi wisata heriatage di sejumlah ruas di kota ini.
Nah, agar tidak bingung, kami merekomendasikan beberapa objek wisata heritage yang ada di kota Makassar yang banyak dikunjungi dan masih menjadi hits di Makassar.
1. Fort Rotterdam
Lokasinya relatif dekat dengan Pantai Losari Makassar. Berjarak tempuh sekitar 26 menit atau 19,2 km dari bandara Sultan Hasanuddin Makassar.
Benteng Ujung Pandang atau yang dikenal dengan dengan nama Fort Rotterdam menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di kota Makassar. Di akhir pekan, objek wisata sejarah ini ramai dikunjungi oleh wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.

Lokasinya yang cukup eksotik dan berada di wilayah pesisir Makassar menjadi daya tarik tersendiri bagi warga. Begitupun dengan arsitektur bangunan dan luasnya ruang terbuka yang membuat pengunjung merasa nyaman serta menjadi pilihan lokasi yang menarik untuk mengabadikan gambar.
Di dalam Fort Rotterdam terdapat beberapa ruangan tahanan atau penjara yang salah satunya dipakai untuk menahan Pangeran Diponegoro serta terdapat juga sebuah gereja yang dibangun pada jaman penjajahan Belanda.
Ada juga Museum La Galigo yang menyimpan lebih dari 5000 koleksi yang diantaranya merupakan koleksi numismatic, prasejarah, keramik, naskah, naskah serta etnografi yang terdiri dari beberapa jenis teknologi, kesenian serta berbagai benda lain yang digunakan oleh suku Bugis, Mandar, Toraja dan Makassar.
2. Makam Raja Tallo
Berlokasi di Jl Sultan Abdullah Raya, kelurahan Tallo, kecamatan Tallo. Sekitar 8 km sebelah utara titik 0 kota Makassar. Berjarak tempuh sekitar 20 menit atau 15 km dari bandara Sultan Hasanuddin.
Kompleks makam ini dibangun sekitar abad ke-17 dan merupakan tempat pemakaman Raja-raja Tallo abad ke-17 hingga abad ke-19.
Kerajaan Tallo dulunya merupakan bagian dari kerajaan Gowa. Namun, pada masa pemerintahan Raja Gowa VI yakni Tunatangkalopi, kerajaan Gowa dibagi menjadi dua (Gowa dan Tallo) dan diserahkan kepada kedua puteranya.

Kedua kerajaan baru tersebut kemudian membentuk suatu persekutuan yang kekuasaannya sangat berpengaruh di wilayah Indonesia bagian timur.
Di kawasan kompleks terdapat sejumlah makam raja-raja Tallo maupun utusan kerajaan dari luar Sulsel.