Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

opini

Tahun Ajaran Baru, Saudagar Bugis Makassar dan Pilgub Sulsel

Kebutuhan yang tidak kalah pentingnya untuk ditanamkan ke anak adalah kesiapan mental dalam mengarungi babak baru dalam kehidupan akademik & sosialnya

Editor: Jumadi Mappanganro
handover
Muhammad Yassir 

Oleh: Muhammad Yassir
Widyaiswara Dinas Penddikan Sulsel

BEGITU banyak pusat keramaian dan tempat rekreasi dipadati oleh siswa dan orangtua dalam mengisi liburan panjangnya.

Terlihat keceriaan mewarnai wajah mereka. Selama hampir satu bulan mereka tidak disibukkan dengan aktivitas sekolah, ulangan, pekerjaan rumah bahkan rutintas bangun pagi.

Namun masa itu akan segera berlalu. Tahun ajaran baru untuk dunia akademik akan segera dimulai. Begitu banyak persiapan telah dilakukan.

Toko-toko buku dan pakaian seragam sekolah sudah mulai dipadati. Orang tua sudah sangat sibuk memenuhi kebutuhan ini-itu bahkan tidak jarang bolos kantor agar bisa menemani anaknya berbelanja.

(BACA JUGA: Putra Keduanya Bakal Nikahi Gadis Pinrang, Bupati Barru Sebar 10 Ribu Undangan)

Kebutuhan yang tidak kalah pentingnya untuk ditanamkan ke anak adalah kesiapan mental dalam mengarungi babak baru dalam kehidupan akademik dan sosialnya. Karena ketika anak memasuki tahun ajaran baru sesungguhnya mereka akan dihadapkan pada berbagai kondisi baru.

Anak akan berhadapan dengan teman-teman baru, guru-guru baru, tuntutan materi pelajaran yang lebih kompleks, perubahan waktu belajar dan istirahat di sekolah dan lain-lain.

Perubahan-perubahan tersebut akan lebih terasa oleh anak yang lulus SD lalu masuk SMP dan SMA.

Atau mereka yang akan masuk pesantren ataupun mereka yang akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Perubahan-perubahan ini hendaknya disadari oleh anak dan orangtua agar tidak terjadi shock yang menyebabkan anak tidak mampu beradaptasi di lingkungan barunya.

(BACA JUGA: Berkat Karate, Pria Bungoro Pangkep Ini Lulus Polisi. Ini Prestasinya)

Di sini dibutuhkan kecerdasan psikologis anak yaitu kemampuan seseorang untuk beradaptasi dengan lingkungannya.

Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan dalam implementasi peralihan kewenangan pendidikan menengah tentu saja telah melakukan serangkaian persiapan sesuai tupoksinya.

Antara lain adalah menyiapkan sistem penerimaan peserta didik baru secara online agar proses penerimaannya dapat lebih obyektif, transparan dan akuntabel.

Saudagar BM
Pekan terkhir ini masyarakat Sulawesi Selatan yang tergabung dalam pengusaha Bugis Makassar (BM) baru saja usai melakukan pertemuan XVII di Makassar.

Pertemuan yang digagas sejak tahun 1994 ini merupakan ajang pertemuan para saudagar Bugis Makassar yang berada di Makassar maupun di perantauan.

Para saudagar ini meyakini bahwa kunci sukses pembangunan terletak pada kemandirian pribuminya. Menjadi pengusaha (saudagar) bukan hanya monopoli satu golongan tertentu saja.

Darah passompe (pengembara) telah mengalir dalam tubuh mereka sehingga mewariskan semangat berdagang hingga lintas pulau.

Wakil Presiden Jusuf Kalla berharap tiap tahun makin banyak pengusaha Bugis Makassar yang bermunculan sehingga pertemuan ini dapat menebarkan virus-virus pengusaha agar terjadi keseimbangan dalam negara Indonesia.

Tentu keseimbangan yang dimaksud Wapres adalah keseimbangan pembangunan. Keseimbangan menghasilkan pemerataan.

Pilgub Sulsel
Pemilihan Gubernur akan berlangsung tidak lama lagi. Berbagai upaya mulai dilakukan oleh para kandidat untuk merebut hati pemilik suara.

Namun apapun namanya, pilgub tidak lain adalah memilih pemimpin. Pemimpin yang melakukan pembangunan dan pada hakikat pembagunan adalah perbaikan isi pikiran manusia.

Pikiran manusia inilah nantinya yang menentukan energi, skill dan karakter. Karakter yang membawa pikiran manusia menjadi ‘orang’ bukan orang-orangan, inilah yang kita sebut dengan siri’ (Dr. Shelly Errington).

Prof Mattulada pernah menuliskan bahwa pertama, seorang pemimpin haruslah macca (cendekia). Ia harus mempunya kompetensi sebagai seorang pemimpin, mempunyai ilmu pemerintahan yang mumpuni.

Mempunyai pengetahuan yang sangat baik tentang apa yang akan dilakukannya nanti.

Ia juga harus bijaksana. Kedua, pemimpin harus malempu’ (jujur). Jujur berarti hati tindakan tidaklah berbeda. Ketiga, pemimpin harus warani (pemberani).

Pemimpin tidak takut dalam mengambil tindakan apapun sesuai kewenangannya. Ia berani memperjuangkan program kerja pro rakyat demi kesejahteraan warganya.

Keempat, getteng (teguh dalam pendirian). Tidak gentar terhadap siapapun dan dalam keadaan apapun saat ia berada pada posisi yang benar. Ia tidak plin-plan.

Kesimpulan
Tahun ajaran baru pada hakikatnya bukanlah awal proses pendidikan formal saja. Tetapi adalah awal proses yang panjang dari sebuah pembangunan karakter manusia (macca, malempu, warani na magetteng).

Menciptakan seorang pemimpin bukanlah perkara instan. Butuh proses yang panjang sebagaimana pendidikan itu adalah sebuah proses.

Butuh pendidikan akhlaq sejak dini dari rumah sendiri. Seorang calon pemimpin butuh buku yang banyak untuk dibaca dan dipelajari sebagaimana calon siswa baru mempersiapkan kelengkapan belajarnya sebelum tahun ajaran baru dimulai.

Pertemuan saudagar Bugis-Makassar pada sisi lain hendaknya menjadi inspirasi bagi semua peserta didik agar tidak hanya menjadikan PNS (Pegawai Negeri Sipil) menjadi cita-citanya.

Negara ini butuh pengusaha. Pengusaha yang bersinergi dengan pihak pemerintah untuk menggerakkan pembangunan yang merata. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved