Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Warga Tewas Ditelan Ular

Detik-detik Warga Bunuh Ular Piton yang Menelan Akbar, Tiga Kelompok 60 Orang

Sehingga untuk membedah perutnya, sesudah dibunuh, ular itu harus dipindahkan tempat yang lebih kering.

Penulis: Nurhadi | Editor: Ilham Mangenre
Detik-detik Warga Bunuh Ular Piton yang Menelan Akbar, Tiga Kelompok 60 Orang - akbar_20170329_131723.jpg
TRIBUNSULBAR.COM/NURHADI/REPRO
Jasad Akbar, petani kelapa sawit di Desa Salubiro, Kecamatan Korossa, Kabupaten Mamuju Tengah, Provinsi Sulawesi Barat, saat dikeluarkan dari perut ular piton yang memangsanya, Senin (27/3/2017) malam. Foto Akbar semasa hidup (kanan).
Detik-detik Warga Bunuh Ular Piton yang Menelan Akbar, Tiga Kelompok 60 Orang - ular-sulbar_20170329_173341.jpg
nurhadi/tribunsulbar.com
Ular piton sepanjang tujuh meter yang menelan Akbar (25) warga Desa Salubiro, Kecamatan Karossa, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulbar, sempat jadi tontonan warga di lokasi kejadian.

MAMUJU TENGAH, TRIBUN-TIMUR.COM- Kabid Humas Polda Sulawesi Barat AKBP Mashura mengatakan, awalnya warga desa melapor kepada polisi bahwa Akbar, petani kelapa sawit berusia 25 tahun, itu sudah lebih dari 24 jam belum juga pulang.

Baca juga: Ayah Akbar: Langsung Lembek Badanku Dengar Anakku Ditelan Ular Piton

"Barulah dilakukan pencarian ke kebun, tidak ditemukan. Yang ada hanya ular piton di parit yang tidak bergerak. Curigalah warga," kata Mashura.

Baca juga: Mamuju ‘Sarang’ Ular Piton Terbesar di Indonesia

"(Ular) dibedah, ditemukan Akbar di dalam ular itu," ujar Mashura.

Sekretaris Desa Salubiro, Junaedi mengatakan kepada Isyana Artharini dari BBC Indonesia, pencarian melibatkan 60 penduduk desa, yang terbagi menjadi tiga kelompok.

Baca: Blak-blakan Inul soal Siapa Sebenarnya Sosok Dihina Pake Syurban Mojok Ama Wanita Main Sex Skype

Pencarian dimulai sejak petang hari dan mereka baru menemukan ular di kebun kelapa sawit sekitar pukul 21.30 WITA.

Saat ditemukan, ular itu tidak bergerak, tapi masih dalam kondisi hidup.

Baca: Akbar Tewas Ditelan Ular Piton saat Anaknya Baru Lahir dan Inilah Isi Mimpinya Jelang Peristiwa itu

"Mulutnya sering terbuka," kata Junaedi. Warga curiga karena melihat perut ular yang besar sekali. Kalau makan babi hutan pasti tidak sebesar itu," katanya.

Mereka lalu membunuh ular tersebut dengan menggunakan tombak dan parang berkali-kali di bagian kepalanya.

Dijelaskan Junaedi, ular itu ditemukan di area yang berair dan berlumpur.

Baca: Teriakan Terakhir dan Jejak Perlawanan Akbar saat Meregang Nyawa Dimangsa Ular 7 Meter

Sehingga untuk membedah perutnya, sesudah dibunuh, ular itu harus dipindahkan tempat yang lebih kering.

"Sekitar empat meter (dari tempat ditemukannya). Berat sekali," kata Junaedi.

Sehari setelah ditemukannya ular tersebut dan Akbar di dalamnya, keluarga Akbar bersama warga, menurut Junaedi, mengukur ular tersebut.

Hasilnya?

"Tujuh meter lebih (panjangnya)," kata Junaedi.

Kok Memangsa Manusia?

Pakar ular atau herpetologis dari Universitas Brawijaya, Nia Kurniawan mengatakan manusia bukan mangsa utamanya, namun ular sanca memilih mangsa yang sesuai kebutuhan kalorinya.

"Ular piton itu lebih memangsa babi hutan dan anjing hutan, yang lebih mudah ditemui daripada manusia.

Itu kebetulan saja kali ini, antara habitat manusia dan ular sanca itu tumnpang tindih, yang memungkinkan manusia dimakan oleh piton," kata Nia Kurniawan.

Perilaku ular sanca atau piton dalam memangsa manusia, kata, bukan karena dia terancam, tapi karena memang lapar dan harus makan.

"Hewan karnivora, baik itu buaya, singa, harimau, ular, itu kan mengukur ukuran kalori. Jadi kalau dia ularnya besar, dia pengen makan, dia menghitung massa tubuh mangsanya'" kata Nia.

"Kalau ular ukuran empat meter itu, ada tikus lewat, tidak akan dimakan sama dia. Tapi kalau yang lebih besar minimal seukuran babi hutan, baru dia mau mengejar. Karena dia menghitung energi, energi untuk memangsa itu kan cukup besar.

Jadi piton itu menjatuhkan diri, membelit. Dia akan menunggu sampai tidak ada detak jantung, baru dia akan melonggarkan, terus memakan," paparnya pula.

Maka jika piton yang dilaporkan mencapai tujuh meter, mereka akan mendapat kalori yang dibutuhkan dari korban seukuran manusia.

"Kalau kita dililit piton, jangan kita terlalu berontak-berontak. Pertama, energi kita habis, kedua, nggak bisa lepas dari piton. Kalau kita pura-pura lemas, bisa seketika itu ada kemungkinan lolos," kata Nia.

Piton biasanya akan menjatuhkan diri dari pohon-pohon yang tinggi, sehingga Nia memperkirakan bahwa daerah perkebunan kelapa sawit dulunya adalah kawasan hutan yang merupakan tempat mereka mencari makan dan bertahan hidup.

Ukuran piton yang besar membuatnya tidak bisa mengejar mangsa, seperti halnya kobra yang menyukai kebun kelapa sawit di Riau karena teduh.

Namun baik kobra maupun piton kemungkinan melihat kebun kelapa sawit sebagai lokasi mendapatkan sumber makanan.

Bagi ular sanca, kebun kelapa sawit menguntungkan karena kawasan itu menarik perhatian babi hutan, monyet, anjing hutan atau manusia -semuanya berpotensi menjadi mangsa yang bisa memberikan kalori cukup bagi mereka.

Juru bicara kepolisian Sulawesi Barat, Mashura, mengatakan, kebun sawit Akbar berada di pinggir jalan provinsi yang kondisinya bagus, kata Mashura, namun untuk masuk ke dalam, ada jalan-jalan setapak dan parit.

Keberadaan ular piton di wilayah itu, menurut Mashura, cukup langka.

Menurutnya, beberapa bulan sebelumnya, warga juga sempat melaporkan adanya ular piton pada polisi.

Ular itu kemudian ditangkap bersama dengan Dinas Kehutanan dan Pertanian dan dilaporkan ditembak di tempat karena warga yang merasa takut.

"Tidak setiap minggu, setiap bulan, tidak (ada ular). Sepanjang 2016 ditemukan baru sekali, baru sekarang ditemukan lagi. Namanya hutan, perlu diantisipasi," kata Mashura.

Junaedi mengatakan dia tak ingat tepatnya kapan lahan dibuka, namun lahan itu tak khusus dibuka untuk kelapa sawit.

"Dulu cokelat, jeruk, baru sekarang kelapa sawit," katanya.

Namun ketika lahan dibuka, mereka tak pernah mendengar adanya laporan soal keberadaan ular.

Konflik antara satwa dan manusia di perkebunan kelapa sawit beberapa kali terjadi, tapi seringnya melibatkan gajah dan orangutan.

Gajah dan orangutan yang memakani buah kelapa sawit dianggap sebagai hama oleh penduduk sekitar, dan satwa itu pun diracun, diburu dan ditembak, atau malah dibakar dan dimakan oleh warga.

8 Tragedi Ular Mangsa Manusia

Kejadian tragis yang menimpa Akbar yang diperkirakan terjadi antara Minggu (26/3/2017) dan Senin (27/3/2017) langsung tercatat pada situs ensiklopeda Wikipedia sebagai serangan ular mematikan ke-delapan yang memangsa manusia.

Baca: Teriakan Terakhir dan Jejak Perlawanan Akbar saat Meregang Nyawa Dimangsa Ular 7 Meter

Berdasarkan catatan Wikipedia.org pula, tragedi menimpa Akbar adalah yang kedua yang terjadi di Indonesia.

1. Pertama disebutkan terjadi di pulau Salibabu, Sulawesi Utara, awal tahun 2000-an lalu.

Seorang anak 14 tahun tewas dan diduga dimakan oleh ular sepanjang 5,17 meter.

2. Franz Werner melaporkan kasus dari Burma terjadi baik di awal 1910-an atau pada tahun 1927.

Seorang bernama Maung Chit Chine, yang pergi berburu dengan teman-temannya, rupanya dimakan oleh ular sepanjang enam meter.

3. Pada tahun 1932, Frank Buck menulis tentang seorang anak remaja yang dimakan oleh ular sepanjang 7,6 meter peliharaannya sendiri di Filipina.

4. Pada tanggal 4 September 1995, Ee Heng Chuan, seorang penyadap karet 29 tahun dari negara bagianJohor, bagian selatan dilaporkan telah tewas dimangsa ular piton raksasa.

Ukuran ular tersebut diperkirakan sepanjang tujuh meter.

Ular itu mati usai diberondong tembakan.

5. Pada tanggal 23 Oktober 2008, seorang wanita 25 tahun di Virginia, AS tewas diserang piton peliharannya.

Ular sepanjang empat meter itu melilit tuannya sendiri hingga tewas.

6. Pada tanggal 21 Januari 2009, seorang anak usia tiga tahun di Las Vegas, Amerika Serikat dililit ular sepanjang 5,5 meter.

Namun nyawa anak itu berhasil ditolong.

7. Di Filipina, enam kematian karena ular dikatakan telah didokumentasikan dalam jangka waktu 40 tahun terakhir.

Insiden yang menimpa Akbar menggemparkan dunia.

Sejumlah media luar negeri ikut memberitakan nasib tragis yang menimpa pria 25 tahun itu.

Tribun Timur Rujukan Media Asing

Media asing ramai-ramai berkiblat ke Tribun Timur Makassar (tribun-timur.com) terkait kematian Muhammad Akbar "Salubiru” bin Muhamad Ramli (25 tahun) yang ditelan ular piton atau ular sanca kembang raksasa. 

Salah satunya portal Inggris The Sun atau thesun.co.uk dan media terbesar kedua Britania Raya setelah The Sun yakni Daily Mail (dailymail.co.uk).

Edisi online The Sun atau thesun.co.uk yang mengutip tribun-timur.com
Edisi online The Sun atau thesun.co.uk yang mengutip tribun-timur.com)
Simak saja laman raksasa portal Inggris, khususnya edisi online The Sun atau thesun.co.uk dan media terbesar kedua Britania Raya setelah The Sun yakni Daily Mail (dailymail.co.uk).
Daily Mail (dailymail.co.uk) mengutip berita tribun-timur.com 

Di Amerika Serikat, salah satunya USA Today atau usatoday.com. Yah, media nasional Amerika Serikat itu turut mengutip tribun-timur.com.

Di Amerika Serikat, USA Today atau usatoday.com. Yah, surat media nasional Amerika Serikat itu turut mengutip tribun-timur.com.
Di Amerika Serikat, USA Today atau usatoday.com. Yah, surat media nasional Amerika Serikat itu turut mengutip tribun-timur.com. 

Masih banyak media Benua Eropa dan Amerika lainnya yang menjadikan tribun-timur.com rujukan berita ular piton yang memangsa Akbar.

Baca: Sebelum Tewas Ditelan Ular, Akbar Mimpi Dipanggil Almarhumah Ibunya, Berikut Ceritanya

Mereka tidak serta-merta mengutip, namun terlebih dahulu meminta izin editor tribun-timur.com via email.

Memang, tribun-timur.com melalui kanalnya tribunsulbar.com yang pertama, on the spot, menemukan fakta maut langka itu, empat hari lalu.

Dengan kata kunci ular piton, mesin telusur Google menempatkan laman tribun-timur atau makassar.tribunnews.com di posisi teratas dan yang pertama memberitakan.  

Memang, tribun-timur.com melalui kanalnya tribunsulbar.com yang pertama menemukan fakta maut langka itu, empat hari lalu.
Memang, tribun-timur.com melalui kanalnya tribunsulbar.com yang pertama menemukan fakta maut langka itu, empat hari lalu. (ilo mangenre/tribun-timur.com)

Setelah reporter Tribunsulbar.com, Nurhadi Para' menelusuri kebenarannya secara seksama, barulah pada Selasa 28 Maret 2017 pukul 09:18 Wita, editor tribun-timur.com melansir untuk dikonsumsi publik.

Baca: BREAKING NEWS: Warga Mamuju Tewas Ditelan Ular Piton

Pengelola jaringan televisi Telemundo 52 yang berbasis di California, Amerika Serikat, mengirimkan email untuk permintaan penggunaan berita dan video dari Tribun Timur.

Dalam email yang dikirim Rabu (29/3/2017), Telemundo 52 Assignment Editor Erick Mendoza meminta izin untuk menyiarkan pemberitaan Tribun Timur yang berjudul Warga Salubiro Mamuju Sempat Dengar Teriakan Akbar Sebelum Ditelan Ular Piton .

Telemundo Los Angeles
Telemundo Los Angeles (dok Tribun)

Website berita asal Inggris, Metro.co.uk, juga menjadikan berita Tribun Timur tersebut sebagai sumber untuk pemberitaan mereka mengenai ular di Sulbar tersebut yang berjudul Villagers cut open seven-metre python to find their dead friend inside

Judul berita terebut juga disadur ke dalam bahasa Inggris oleh media Asia Straittimes, Straittimes.com, dengan judul  Missing man found dead in belly of 7m-long python in Indonesia: Report

Kemudian juga website berita terpopuler di Inggris, The Sun, juga menjadikan Tribun Timur sebagai referensi pemberitaan mereka soal ini.

Dalam berita berjudul Gruesome moment dead man’s corpse is cut out of the stomach of a massive python in Indonesiatersebut, media yang beralamat  di www.thesun.co.uk ini merajuk pada pemberitaan Tribun Timur yang berjudul Beginilah Ular Piton Menelan Akbar Petani Sawit Memuju Tengah  

Kanal media populer Inggris Daily Star melalui dailystar.co.uk dalam berita berjudul GRAPHIC VID: Villagers discover DEAD MAN inside gigantic 23ft python in terrifying video juga menayangkan unggahan video penemuan mayat Akbar di dalam perut piton, yang diunggah oleh Tribun Timur.

Demikian pula media online asia asiancorrespondent.com menggunakan berita dan video Tribun Timur sebagai sumber dalam berita mereka yang berjudul Indonesian farmers find missing friend after cutting open python .

Asian Correspondent menjadikan Tribun Timur sebagai sumber
Asian Correspondent menjadikan Tribun Timur sebagai sumber (dok Tribun)

Piton Raksasa 7,1 Meter

Muhammad Akbar ‘Salubiru” bin Muhamad Ramli (25 tahun), petani kebun kelapa sawit di Karossa, Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, (516 km utera Makassar), Senin (27/3/2017) malam, ditemukan tewas mengenaskan di kabun miliknya, Dusun Pangerang, Desa Salubiro, Kecamatan Karossa.

Mayat ayah dua anak ini, ditemukan dalam perut ular piton atau sanca kembang (Python reticulatus), malam hari.

Selasa (28/3) siang, pemuda pendiam ini dimakamkan warga di pekuburan Islam Kampung Salubiro.

Baca: Ayah Akbar: Langsung Lembek Badanku Dengar Anakku Ditelan Ular Piton

Hingga, Rabu (29/3) malam, istrinya, Maimunah alias Muna (23) belum mengetahui kabar meninggalnya sang suami.

“Baru satu bulan lebih diantar istrinya ke pedamalam Palopo, Luwu. Disana tak ada sinyal hape,” kata Junaidi, Sekretaris Desa Salubiro, kepada Nurhadi Para, repoter Tribun Sulbar.com, kemarin.

Baca: 7 Fakta Kematian Tragis Akbar Ditelan Ular Piton, Nomor 3 Paling Miris

Ular piton pemangsa Akbar, mencapai 7,1 m. ‘Mayat’ ular diukur dengan meteran kayu, setelah warga menghancurkan kepala ular, dan membela perut, dan menyamak kulitnya.

Ular piton pemangsa Akbar, mencapai 7,1 m.

Baca: Berita Ular Piton Tribun Timur Jadi Rujukan Pemberitaan Media Amerika dan Inggris

Baca: Istri Akbar Belum Tahu Suaminya Ditelan Ular Piton di Mamuju Sulbar

‘Mayat’ ular diukur dengan meteran kayu, setelah warga menghancurkan kepala ular, dan membela perut, dan menyamak kulitnya.

Berat ular diperkirakan mencapai 158 kg, atau nyaris empat kali lipat dari tubuh Akbar. Tinggi badan Akbar 164 cm dengan berat 62 kg.

Berita selengkapnya dapat dibaca pada edisi cetak Harian Tribun Timur, Kamis (30//3/2017) hari ini. (tribun-timur.com/tribunsulbar/BBC)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved