Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Banyak BUMDes Mandek, Prof Aminuddin: Pengelolaan Buruk dan Kurangnya SDM

Banyaknya BUMDes mandek di Sulsel mendapatkan perhatian bagi para akademisi termasuk Prof Aminuddin Ilmar

Penulis: Renaldi Cahyadi | Editor: Ari Maryadi
Instagram Aminuddin Ilmar
BUMDES - Pengamat Pemerintahan Unhas, Prof Aminuddin Ilmar. Prof Aminuddin sebut pengelolaan buruk jadi banyak BUMDes mandek. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Dari 2.255 desa di Sulawesi Selatan (Sulsel), tercatat hanya 1.545 Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang aktif. 

Artinya, sebanyak 710 BUMDes di Sulsel ini dinyatakan mandek atau tidak beroperasi.

Banyaknya BUMDes mandek di Sulsel mendapatkan perhatian bagi para akademisi.

Salah satunya dari, Pengamat Pemerintahan Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Aminuddin Ilmar.

Ia menilai kondisi ini sebagai cerminan dari persoalan mendasar yang belum terselesaikan, terutama di tingkat desa. 

Menurutnya, BUMDes sejatinya memiliki peran strategis yang mirip dengan koperasi dalam menggerakkan ekonomi dari desa.

"Ada dua faktor utama yang menyebabkan kenapa BUMDes bermasalah, yaitu pengelolaan dan pendanaan," katanya saat dihubungi, Kamis (27/5/2025).

Ia mengaku, jika modal yang dimiliki oleh BUMDes sering kali tidak cukup untuk mengaktifkan potensi produk dan hasil desa. 

Padahal, secara ideal, BUMDes dapat didorong melalui dana desa sebagai bentuk dukungan dari pemerintah. 

Namun kenyataannya, banyak kepala desa belum memahami sepenuhnya urgensi dan tujuan dari pendirian BUMDes.

"Inilah yang menjadi perhatian utama, karena pengelolaan yang buruk dan minimnya SDM dengan kapasitas serta talenta bisnis membuat BUMDes sulit berkembang," ungkapnya.

Menurut Prof Aminuddin, tantangan terbesar adalah bagaimana menemukan SDM yang kompeten di desa untuk mengelola unit usaha tersebut. 

Dari segi pendanaan, kata Prof Aminuddin, bergantung sepenuhnya pada dana desa bukanlah solusi yang berkelanjutan. 

Banyak desa memilih untuk memprioritaskan anggaran untuk kebutuhan lain yang dianggap lebih mendesak, sehingga BUMDes tak menjadi prioritas.

"Banyak BUMDes yang akhirnya tidak bergerak karena tidak ada dukungan dana, dan bidang usaha yang mereka jalankan pun tidak menjanjikan," ujarnya.

"Produk-produk lokal tidak bisa dipasarkan dengan optimal, sehingga keuntungan pun sulit diraih," tambah dia.

Lebih jauh, kata Prof Aminuddin, perlunya pembinaan dan penanganan serius dalam mengelola BUMDes di tingkat desa.

“Pembinaan yang minim ini juga menjadi hambatan besar bagi BUMDes untuk berkembang,” jelasnya.

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved