Pendakian Aconcagua Mapala 09 FT Unhas
Di Puncak Aconcagua, Bendera Tribun Timur pun Ikut Berkibar
Angin bersuitan sebagai penanda laju yang sangat kencang disertai udara dingin -10 derajat celcius tak mereka hiraukan.
Penulis: Arif Fuddin Usman | Editor: Arif Fuddin Usman
“Bayangkan saja, kami dari pukul 17.10 hingga pukul 21.20 waktu Argentina hanya mampu turun 200-an meter dari puncak,” kenang Aco dalam tulisannya.

Baca: 24 Peserta Ikut Dikdas dan Ormed Ke-21 Mapala 09 Teknik Unhas
Karena hari mulai gelap, Tim Ewako dan pemandu memutuskan untuk singgah beristirahat di Cueva, sebuah tebing di ketinggian 6700 mdpl dan berjarak 200 meter dari puncak Aconcagua.
Saat itu suhu diperkirakan -25 derajat celcius dengan kecepatan angin 50 km/jam. Tim hanya beratapkan langit dan terbantu oleh tonjolan tebing yang menjorok keluar, hingga udara dingin dan hantaman salju tidak langsung menerpa mereka.
“Ketika itu, kami memutuskan istirahat di tebing Cueva. Hari gelap dan diputuskan pagi hari baru turun karena cuaca dan lingkungan yang tak memungkinkan,” kenang mahasiswa Teknik Geologi angkatan 2011 ini.
Tim hanya berselimutkan bendera almamater Unhas dan bendera Organisasi Kemahasiswaan Fakultas Teknik Unhas (OKFT-UH). Ya, saat Summit, tim memang tak diizinkan membawa beban berat di carrier bag.
“Alhamdulillah Tim masih diberikan keselamatan dan bisa bertahan di masa kristis saat itu. Tanpa selimut dan bekal yang ada di carrier bag, kami mencoba bertahan,” lanjutnya.
Teringat Norman Edwin
Saat kejadian itu, Aco dan tim Ewako sempat teringat kejadian 25 tahun yang lalu saat dua pendaki Indonesia Norman Edwin dan Didik Syamsu Triwahyudi, anggota Tim Seven Summits Indonesia pertama, asal Mapala UI gugur di Treverse dan Independezia.
Titik dimana kedua pendaki Indonesia tersebut gugur hanya berjarak kurang lebih 500 meter dari tempat tim Ewako 3 berjuang melawan badai salju.
“Alhamdulillah, kami mendapat sebuah pengalaman hidup yang luar biasa. Dan pelajaran betapa berartinya hidup. Perjalanan ini mempunyai banyak cerita. Ini perjalanan yang paling berkesan selama hidup saya,” ujar Aco diamini Yunus dan Adi.

Baca: Suhu -25 Derajat Celcius, Berikut Menit-menit Setelah Mapala 09 di Puncak Aconcagua
Mereka pun bertahan hingga keesokan harinya. Dan dengan semangat juang pantang menyerah, plus cuaca kembali membaik, perjalanan turun dilanjutkan. Targetnya adalah turun di Camp Berlin di ketinggian 5.970 mdpl.
Pada pukul 09.00 waktu setempat, setelah kondisi kesehatan membaik, tim lanjut turun. Tim berpapasan dengan Ranger di Independencia dan langsung bergerak ke Camp Berlin.
Pukul 13.00, tim tiba di Camp Berlin, berjarak 5,5 km dari puncak. Di sini tim diperiksa oleh dokter dan hasilnya Adi (Haryadi) mengalami gejala frostbite. Aco mengalami High Acute Mountain Sickness (HAMS), sementara Lato –sapaan akrab Yusuf mengalami kelelahan.