Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Mengejutkan! Ternyata Segini Bayaran dan Syarat Ikut Reality Show Take Me Out

Take Me Out Indonesia merupakan acara yang bertemakan pencarian pasangan.

Editor: Ilham Arsyam

Selain pasangan Egy-Ayu, Lea Tiko Alu (32) dan Sandy Rinaldy (28) adalah pasangan yang bertemu di Take Me Out (TMO) dan lolos sampai 16 besar. Mereka merasa cocok karena memiliki sisi lain kehidupan yang sama, yakni berprofesi sebagai penari, pernah disakiti pacar, dan sama-sama suka membagi pendapatan ke orangtua.

”Waktu Take Me Out episode kelima, aku cowok terakhir yang keluar. Lihat cowok lain pada ditolak ataupun dicela, aku jadi enggak yakin juga bakal dipilih. Belum-belum sudah ngedrop dan nervous karena berhadapan dengan 30 cewek yang komentarnya sadis-sadis. Tapi, aku berusaha tetap yakin bakal dipilih, karena aku punya modal utama, cinta,” kata Sandy, yang butuh waktu enam tahun untuk melupakan seorang gadis yang dipacarinya selama 1,5 tahun.

Bagi Lea, TMO tak hanya ajang untuk mencari pacar. ”Gue tahu, mantan pacar gue suka menonton acara ini. Gue pengin tunjukin ke dia..., Halo! Gue tetap survive, sudah memilih cowok baru lagi,” ujarnya seraya menambahakan, dia menyukai Sandy dengan segala kesederhanaannya.

Meski memiliki kecocokan, Lea tak memasang target bahwa dia dan Sandy harus melanjutkan hubungan sampai ke pernikahan. ”Jika tidak berlanjut ke jenjang pernikahan, paling tidak gue dapat sahabat baru,” ujarnya.

Para cowok peserta Take Him Out (THO) juga memiliki kisah seru. Tiga cowok, yakni Reindra Bayu, Irvans, dan Alexander, menemukan pasangan setelah ikut 12 episode. Ketiganya termasuk peserta yang paling lama bercokol di THO. Alexander akhirnya menggaet Vivi, kakak kandung Yuanita Christiani, wanita presenter Take Me Out dan Take Him Out.

”Setelah bertemu Vivi, perjalanan kita masih panjang. Seperti pasangan lain yang berpacaran, kita harus melakukan penjajakan, untuk menemukan kecocokan. Memang sulit ya, apalagi Vivi dan aku sama-sama sibuk kerja,” ungkap Alex yang ditemui Warta Kota pekan lalu di sebuah gedung bioskop.

Dia membantah anggapan bahwa perjodohan di THO/TMO merupakan rekayasa agar acara tersebut laris. ”Selesai Take Him Out, aku dapat tawaran tampil di acara semacam ini di stasiun televisi lain. Tapi pakai skrip. Itu baru rekayasa. Aku tidak mau. Di Take Him Out ataupun Take Me Out, kita bicara spontan. Tapi, kita sebelumnya di-briefing agar tidak bicara kasar ataupun yang menyinggung fisik dan berbau SARA,” jelas Alex.

Menurut dia, keikutsertaannya di THO berdampak positif terhadap bisnisnya. ”Sejak gue terkenal, produk gue jadi makin laris,” kata pengusaha distro dan produk merek Rescue itu.

Suksesnya THO/TMO season 1 yang tayang di Indosiar membuat audisi THO/TMO season 2 kebanjiran pelamar. Para pelamar yang lolos audisi akan mulai tampil pekan ini. Menurut Ubey Sain, salah satu produser THO/TMO, sebagian pelamar mendaftar lewat jalur online.

”Memang, ada kecenderungan masyarakat kita masih malu-malu untuk antre langsung mengikuti audisi kontak jodoh. Jadi, sebagian besar, lebih dari 30.000 peserta, daftar audisi lewat online. Masih banyak yang takut dibilang enggak laku. Tapi, peserta audisi yang sekarang memang lebih ramai, karena mereka sudah nonton lebih dulu,” katanya.

Beragam latarbelakang

Zody Basari, juga produser THO/TMO, menambahkan bahwa kedua acara itu bukan ajang untuk wanita ataupun pria lajang yang berkocek tebal. ”Namanya reality show, pesertanya sangat beragam. Kami membagi pesertanya dari yang ekonomi bawah, menengah, dan atas. Untuk peserta cowok, yang penting dia punya pekerjaan tetap. Lain dengan yang cewek, penghasilan nomor kesekian,” katanya.

Menurut Zody, peserta cowok THO/TMO berasal dari beragam profesi dan kelas ekonominya pun bermacam-macam, mulai dari A, B, C, hingga D. Pekerjaan mereka mulai kapster, backpacker, staf tata usaha di penjara, wiraswastawan, hingga dokter pemilik aset Rp 1 miliar maupun miliarder pemilik usaha perkebunan. Pada saat latihan, para peserta yang berduit ada yang sudah tampil jor-joran, misalnya datang dengan mobil mewah.

Ubey mengaku memiliki pengalaman unik. Pada salah satu episode, dia mendapati seorang direktur perusahaan pengimpor bahan baku minyak wangi. ”Usianya 27 tahun, ganteng, single, dan punya anak asuh. Kami bingung, kok dia mau ikut? Lalu, dia bilang, "Gue bukan orang yang tidak laku, tapi gue sibuk kerja',” katanya.

Menurut Ubey, profesi bukan penentu utama seorang pria akan mendapatkan pasangan di THO/TMO. ”Yang lebih repot TMO. Event saya punya mobil Alphard atau Mercy, itu buat jaminan karena bagi cewek yang pertama dilihat adalah fisiknya. Kalau si cowok smart atau ganteng, baru dia lihat apakah cowok ini mapan. Cewek itu lebih pemilih,” ujarnya.

Afni, staf Humas Freemantle, mengatakan bahwa penonton ingin semua peserta menemukan pasangannya. ”Semakin banyak yang ketemu jodohnya, ratingnya makin tinggi. Makanya, kami suka takut mengecewakan penonton. Paling sulit memang TMO. Kalau di THO, minimal tiga cowok pasti dapat pasangan setiap minggunya,” katanya.

Tapi, bukan berarti pihak Indosiar dan Freemantle selalu mencari peserta yang tampan atau cantik. ”Selera orang beda-beda. Ada yang lebih suka perempuan gemuk daripada yang langsing. Ada yang suka perempuan bukan karena cantiknya, tapi energiknya. Yang penting bagi kami, peserta punya kepercayaan diri yang tinggi, enggak gagap ngomong, dan berani tampil di panggung,” jelas Zody.

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved