Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Soal Keracunan Tude di Jeneponto, Ini Analisa Peneliti WWF Indonesia

Kerang yang baik adalah berasal dari perairan yang tidak tercemar.

Penulis: Arif Fuddin Usman | Editor: Anita Kusuma Wardana
Muslimin Emba/tribunjeneponto.com
Tim Surveilans Dinas Kesehatan Jeneponto mengambil sampel kerang laut bulu (tude) yang mengakibatkan puluhan warga Desa Mallasoro Kecamatan Bangkala keracunan dan dua meninggal dunia, Rabu (31/8/2016). 

Idham Malik
Aquaculture Officer WWF-Indonesia dan Alumni Perikanan Unhas

TRIBUN-TIMUR.COM-Kerang merupakan organisme yang mengandung protein tinggi dan baik bagi kesehatan. Karena itu, masih menjadi sumber protein penting bagi masyarakat pesisir di Indonesia. Tak terkecuali di Sulawesi Selatan.

Tapi, banyak warga yang kerap mengonsumsi kerang, belum memperoleh informasi memadai tentang pentingnya mengetahui sumber perairan tempat kerang hidup. Kerang yang baik adalah berasal dari perairan yang tidak tercemar.

Dalam mengonsumsi organisme laut ini, kita perlu kehati-hatian. Sebab, spesies ini memiliki sifat filter feeder (mengonsumsi unsur hara di perairan dengan cara penyerapan). Kerang menyerap segala sesuatu di perairan, tanpa mempengaruhi secara langsung hidupnya.

Jika perairan mengandung logam berat, maka logam berat tersebut akan ikut diserap oleh kerang. Sementara banyak logam berat yang membahayakan tubuh manusia dan jika konsentrasinya berlebihan dapat menyebabkan keracunan dan kematian.

Manusia yang mengonsumsi kerang berpeluang terpapar logam berat seperti Cd (cadmium), Pb (timbal) dan Hg (raksa). Nah, hal seperti inilah yang mungkin terjadi kepada warga Jeneponto yang meninggal akibat keracunan kerang.

Logam berat dalam bentuk ion mudah larut dalam air, sehingga dapat diserap tubuh ikan atau kerang. Di dalam tubuh manusia, ion ini berikatan dengan enzim, lalu menghambat fungsi enzim.

Senyawa kompleks logam berat tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia. Maka terjadilah bioakumulasi yang kemudian mengakibatkan biomagnifikasi (peningkatan konsentrasi zat dalam tubuh). Penumpukan logam berat dalam tubuh menyebabkan keracunan hingga kematian.

Untuk itu, harus ada analisa kandungan logam berat pada daerah potensial budidaya kerang. Uji logam berat dapat dilakukan dengan menghubungi UPT terdekat serta pada laboratorium uji logam berat yang telah terakreditasi 17025.

Pembudidaya dapat pula menilai kualitas air dan keberadaan logam berat berdasarkan keberadaan bintang laut, bulu babi, serta melihat dasar perairan yang masih baik dan bukan dasar perairan yang berwarna hitam dan berbau.

Keracunan juga dapat disebabkan oleh kerang yang berasal dari perairan yang mengalami plankton blooming (red tide). Plankton terdiri dari jenis Dinoplagellata yang dapat meracuni tubuh.

Hal yang dilakukan warga pengonsumsi kerang setelah mengetahui bahwa perairan tersebut tercemar, baiknya melakukan depurasi atau purifikasi, yaitu teknik pembersihan kerang dari racun (toksik), dengan cara mengaliri kerang dengan air laut bersih selama 12–24 jam.

Kerang yang sudah didepurasi dapat dilakukan perebusan untuk memudahkan aktivitas pengupasan cangkang kerang, yang dilanjutkan dengan pengupasan cangkang atau pemisahan daging dan cangkang kerang hijau. Selanjutnya siap dikonsumsi atau dijual. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved